the-marketeers.com |
Saya memiliki seorang teman sesama siswa GDP yang cukup dekat dengan saya. Kami sama-sama humoris dan pecinta kuliner dari Padang. Kami banyak menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengobrol, bertukar pikiran, belajar, maupun berolahraga. Setiap hari Jumat, kami sering bermain futsal bersama. Saya menjadi penjaga gawang sedang dia menjadi pemain bertahannya. Penampilan fisik dan cara bermainnya mengingatkan saya pada sosok pemain Timnas U-23,Diego Michiels, hanya saja kulitnya sedikit lebih gelap. Ya, itulah Dede Kaladri Syamputra.
Semalam seusai makan, saya sempatkan untuk mampir ke rumah kontrakannya yang hanya terpisah 2 blok dengan rumah saya. Saya berniat mengantarkan uang kepada salah seorang teman sekaligus menjenguk Dede yang sudah seminggu ini terbaring sakit. Sesampainya di rumah kontrakannya, saya langsung menuju kamar Dede untuk sekedar menanyakan kabar terkini dan mengobrol singkat. Nampak rona wajah gembira dan langsung menyambut saya meski saat itu dia nampak sangat lemas. Obrolan kami cukup singkat, tidak sampai 10 menit saya lalu bergegas mengantarkan uang kepada seorang teman lainnya.
Seusai menjenguk dan mengantarkan uang, saya pamit ke Dede. Tanpa saya duga, dia bangkit dari tempat tidurnya dan mengantarkan saya sampai ke depan pintu gerbang, meski saat itu dia masih lemas dan demam cukup tinggi. Dia sempatkan sedikit waktu untuk mengantarkan saya dan berulang kali mengucapkan terima kasih, ungkapan rasa bahagia karena telah dijenguk dan diperhatikan.
Sering kali kita (termasuk saya) sering melupakan hal-hal kecil namun esensial. Kita sering berpikir terlalu tinggi untuk membahagiakan orang lain. Mungkin ada yang berpendapat bahwa membahagiakan orang harus dengan uang, harta, dan sebagainya. Padahal bisa jadi bukan itu yang dibutuhkan olehnya. Malam ini saya kembali belajar dan ditunjukkan bahwa salah satu jalan membahagiakan orang lain adalah dengan memberikan apa yang memang dibutuhkan olehnya. Dede yang sedang sakit, saat ini mungkin tidak terlalu memerlukan makanan enak nan mahal namun justru kepedulian dan perhatian dari orang di sekitarnya. Bagi seorang anak yang sedang tumbuh beranjak besar, bisa jadi bukan mainan dan aneka fasilitas hidup lainnya yang bisa membuatnya selalu merasa bahagia. Namun kehadiran Bapak dan Ibunya-lah di tiap sesi makan pagi dan malam yang bisa membuatnya merasakan kebahagiaan sebagai satu keluarga. Sedikit waktu untuk berbicara di telepon tiap malam bisa jadi merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh seorang perempuan yang terpisah jauh dari pasangannya bukan kiriman paket berisi hadiah.
Hal ini merupakan PR buat saya untuk lebih peka dalam menjalin sebuah relasi, karena kebahagiaan sekali lagi tidak semata diraih dengan limpahan materi namun juga dengan kepedulian dan empati.
Keep Learning, Keep Growing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar