Selasa, 14 Agustus 2012

Bayi Vietnam :)

Secara fisik tidak banyak yang berbeda antara orang Indonesia dengan Vietnam. Hanya saja mereka nampak lebih putih dan sipit. Justru orang Indonesia harusnya banyak bersyukur karena memiliki karakteristik yang lebih beragam, ada yang berkulit putih, sawo matang, hingga hitam. Sedang di Vietnam mayoritas berwajah oriental. Termasuk seorang batita yang saya temui kala membeli bubur ketan hitam.
Menggemaskan!










Keep Learning, Keep Growing!!

Sabtu, 11 Agustus 2012

Bubur ala Vietnam

Sejujurnya saya tidak tahu banyak seluk beluk tentang makanan. Terlebih lagi saya termasuk anak yang susah sekali untuk makan. Namun semenjak sulit untuk mendapatkan makanan khas Indonesia, timbul ketertarikan saya untuk mengabadikan makanan yang jarang saya temui. Hehe.\

Selama puasa, bagi kita orang Indonesia terbiasa berbuka dengan takjil atau makanan pembuka yang manis seperti kolak. Namun berhubung kolak tidak begitu populer di Vietnam, akhirnya kami mencari makanan pengganti. Hingga bertemulah kami dengan bubur. Saya tidak seberapa yakin bagaimana rasa bubur ini. Hehe. Namun tambahan kacang, jelly, santan yang sangat kental, dan dipadu dengan agar-agar rumput laut membuat bubur ini tidak kalah lezat dengan bubur kacang hijau ala Indonesia.





Keep Learning, Keep Growing!!

Jumat, 10 Agustus 2012

Mimpi saya 4 tahun silam

Empat belas tahun silam saya tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa saya bisa pergi ke Jakarta. Karena bagi keluarga saya, sangat sulit bisa pergi ke ibu kota. Selain karena tidak ada saudara dan handai taulan yang bisa dikunjungi, kami pun tidak punya banyak uang untuk sekedar berlibur ke Jakarta. Namun nyatanya berkat doa dari ibu saya, akhirnya saya berangkat juga ke Jakarta. Saya pergi bukan hanya untuk bersenang-senang, namun untuk berlomba bersama teman-teman saya lainnya.

Hingga beberapa tahun kemudian dan lulus SMA, itulah prestasi "ter-amazing" yang pernah saya ukir. Saya tidak membayangkan bisa berkenalan dengan teman-teman dari luar Kabupaten Cilacap. Semua keluarga saya lahir, besar, berkembang, hidup, dan berdomisili di Cilacap.

Tidak heran saya begitu girang bisa berteman dengan anak dari Semarang, Pati, Demak dan Magelang. Saat itu kami sama-sama membawa nama Jawa Tengah di Lomba Mata Pelajaran tingkat Nasional. Meski gagal meraih emas, namun saya masih bangga karena bisa berkontribusi dengan mengamankan juara V di mata pelajaran Seni Rupa hingga Jawa Tengah menjadi Juara Umum kala itu.

Kini, saya sudah tidak terlalu ingat siapa saja teman-teman saya saat itu. Namun ada kebanggaan tersendiri bisa memiliki teman-teman di luar kota saya. Pertemanan ini lahir bukan sekedar asal kenal, namun kenal karena dipertemukan melalui sebuah ajang kompetisi.

Tujuh tahun setelah peristiwa fenomenal itu, saya pun kembali dipersatukan bersama 180 teman lainnya dalam satu angkatan Jurusan Teknik Mesin. Saya banyak memiliki teman mulai dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur. Sesaat saya merasa seperti de javu, berkenalan dan bergaul dengan orang-orang baru dari daerah yang masih asing bagi saya.

Hingga kemudian di suatu hari saat training pengembangan diri di Pesma SDM IPTEK, seorang trainer (Pak Ahmad Guntar) menyampaikan sebuah konsep self development  yang diilhami dari pidato mendiang Steve Jobs saat seremoni kelulusan di Harvard University. Pak Guntar membakar semangat kami lewat connecting the dots principle. Persis seperti apa yang disampaikan Steve Jobs.

Alam bawah sadar saya menggiring saya ke medio 97 saat saya berlomba di Jakarta. Kemudian lari lagi ke masa pengkaderan Maba Mesin 2006 (POROS 2006). Saya kemudian berpikir sedikit liar. Bila di usia 10 tahun saja saya bisa melebarkan pergaulan ke level provinsi, kemudian usia 18 tahun merambah level nasional. Maka selambat-lambatnya 10 tahun lagi saya harus sudah bisa menembus level regional atau internasional.

Sedikit terkesan muluk saat itu. Namun bila kita tidak berani bermimpi bagaimana kita bisa meraih sesuatu yang istimewa. Saya teringat quotes yang sangat popular dari Walt Disney, "if you can dream it, you can do it".

Belum juga 4 tahun sejak saya bermimpi seperti itu, Alloh telah membukakan jalan-Nya. Meski hanya merupakan bagian kecil dari tim Tuban Plant Benchmarking, namun saya harus banyak bersyukur bisa menembus hingga level ini. Banyak teman-teman baru dari negeri tetangga yang bisa saya kenal dan menjadi rekan kerja yang baru. Banyak hal dan budaya baru yang telah saya pelajari disini. Dan kesempatan untuk mengembangkan diri di level internasional pun semakin terbuka lebar.

Terus terang kesempatan saya ke Vietnam membuat saya semakin kecil di hadapan Nya. Saya takkan mampu berbuat dan meraih segalanya tanpa pertolongan Nya. Saya langsung teringat impian saya 4 tahun yang lalu akan mimpi ke luar negeri. Sekali lagi, saya membuktikan bahwa kita memang harus berani bermimpi. Bila memang sudah bermimpi maka berusaha dengan keras dan banyak-banyaklah meminta doa. Dan untuk meng-akselerasi doa, jangan lupa meminta doa restu dari ibu kita tercinta.

Sampai jumpa di Indonesia.

Kien Luong District, Vietnam 2012




Keep Learning, Keep Growing!!

Senin, 06 Agustus 2012

6 Hari Lagi Saya Pulang!!

Saat saya pertama kali ingin bepergian ke luar negeri, ada banyak bayangan indah di kepala saya. Bertemu orang-orang yang benar asing, budaya setempat yang berbeda, mencoba makanan khas daerah setempat (dengan catatan halal), menikmati keindahan alam yang menakjubkan dan lain sebagainya. Namun, setelah hampir 4 minggu tinggal di negeri orang, tidak semua yang saya alami seindah seperti apa yang bayangkan.

Saya tidak berada dalam konteks menyesali kepergian ini, justru sebaliknya. Rasa syukur saya tidak henti-hentinya mengalir dari bibir saya. Negara asing pertama yang saya tinggali memiliki cuaca, kultur, dan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan negara saya. Meski dalam beberapa hal, terutama fasilitas infrastruktur, tidak lebih baik dari negara saya. Namun tanpa saya sadari hal ini justru memudahkan saya untuk beradaptasi dengan lingkungan setempat.

Meski saya cukup kesulitan mendapatkan makanan halal, namun saya tetap harus banyak bersyukur. Bagaimana tidak, meski saya tinggal di daerah yang lebih terpencil daripada kota kelahiran saya (selama di Vietnam saya tinggal di Kien Luong, dekat perbatasan Kamboja- Vietnam), namun fasilitas akomodasi yang saya dapatkan lebih dari cukup untuk ukuran saya. Akses internet (meski kadang mati-hidup), fasilitas layanan laundry, hotel yang nyaman, dan transportasi yang siap mengantar kemanapun kami pergi. Terlebih lagi semua cost terkait perjalanan ini totally covered by perusahaan.

Selanjutnya, meski aktivitas yang saya jalani cenderung monoton karena selalu berulang dari hari ke hari. Bahkan untuk menu makanan yang kita santap pun selalu berulang (mengingat keterbatasan pilihan makanan halal) hingga berat badan saya menurun. Namun saya harus bersyukur karena saya punya banyak waktu untuk lebih berkonsentrasi beribadah selama bulan Ramadhan. Karena saya berangkat kerja jam 6.30 dan pulang jam 16.30. Sedang hiburan di daerah ini sangat terbatas, bahkan saya katakan tidak ada. Bahkan saya bisa menamatkan satu buah buku selama 1 minggu. Dan sekarang saya sedang menghabiskan satu buah buku lagi.

Kemudian, meski sebagian besar orang disini kesulitan berbahasa Inggris. Saya justru belajar makna sebenarnya tentang kemampuan berkomunikasi dan berbahasa. Karena bahasa Inggris disini belum cukup familiar, saya terbiasa menggunakan bahasa tubuh atau Tarzan di beberapa hari awal. Hingga kemudian di hari-hari berikutnya kami banyak bertemu rekan-rekan sesama karyawan Holcim yang fasih berbahasa Inggris. Saya pun bisa dengan mudah berkomunikasi dengan mereka.

Kemampuan berbahasa ternyata bukan hanya terletak pada seberapa excellence kita menguasai bahasa, namun justru bagaimana memanfaatkannya untuk menyampaikan ide dan gagasan kita. Hingga lawan bicara kita bisa menerima dan merespon dengan baik apa-apa yang telah kita sampaikan.

Sejujurnya tingkat kepercayaan diri saya naik berkali lipat meski kemampuan bahasa Inggris saya sangat jauh dari kesempurnaan. Karena kembali lagi pada uraian saya bahwa yang terpenting adalah ide yang kita sampaikan dapat dimengerti dan umpan balik yang kita harapkan. Selama di sini cukup nyaman berkomunikasi dengan warga negara Jerman, Inggris, dan tentu saja Vietnam.

Pada akhirnya, meski saya telah berhasil meraih sebagian dari impian saya, yaitu bepergian dan tinggal di luar negeri gratis serta menaikkan level diri dan pergaulan hingga ke tingkat regional. Namun rasa rindu akan suasana kampung halaman masih sangat sulit diredam bila harus tinggal selama 4 minggu di negeri orang (saya harus salut kepada teman dan kakak senior yang menempuh pendidikan di luar negeri selama bertahun-tahun).

Kerinduan ini tidak terkait karena segala keterbatasan yang saya dapati selama ini. Bahkan bila saya harus tinggal di Eropa sekalipun yang penuh dengan fasilitas hidup yang lebih baik, saya tidak yakin bahwa rasa rindu akan masakan rumah, momentum canda-tawa dengan adik dan keluarga, bisa begitu saja dibendung. Lebih-lebih bila kelak saya sudah berkeluarga. Karena kemana pun kita pergi rasa rindu akan kampung halaman akan selalu muncul.

Meski, menurut saya, bepergian ke luar negeri selalu menyenangkan. Namun melakukan perjalanan dinas selama 4 minggu tidak akan ada apa-apanya bila dibandingkan dengan liburan meski hanya 4 hari. Karena bekerja sangat berbeda dengan berlibur. Saya hanya memindahkan load pekerjaan dari satu tempat ke tempat lain.

Oleh karenanya kemanapun kita pergi, make sure kita selalu punya cara untuk membuat suasana hati riang dan gembira hingga kita bisa menikmati detik demi detik waktu yang kita lalui dan menangkap banyak inspirasi serta pengalaman berharga.

Alhamdulillah, 6 hari lagi saya pulang ke tanah air. Saya cium tangan ibu dan adik-adik saya.
Makanan rumah sudah menanti :)

Tempe Mendoan khas Banyumas
Sumber : mia-wulan.blogspot.com


Keep Learning, Keep Growing!!

Sabtu, 04 Agustus 2012

Quote of the Week

"..We don't just get old because of our age. We look old because the people surrounding us look fresher and more agile.."

Rhenald Kasali


Keep Learning, Keep Growing!!

Kamis, 02 Agustus 2012

Mbak Mimin, Karyawan Inspiratif

Saya adalah orang yang sepakat dengan pendapat bahwa lingkungan sekitar memiliki pengaruh yang tidak kecil terhadap kita. Bersyukurlah bagi yang bisa menemukan lingkungan ataupun komunitas yang sangat mendukung perkembangan diri kita. Dan harus lebih bersyukur lagi bila mampu beradaptasi dengan beraneka ragam lingkungan, hingga bisa memperkaya khazsanah wawasan diri kita.
 
Dari sekian banyak lingkungan tempat saya bergaul, saya sangat terkesan dengan apa yang saya peroleh selama beraktivitas di Koperasi Mahasiswa dr.Angka ITS. Banyak hal dan inspirasi yang saya dapatkan. Entah interaksi antar sesama pengurus-pengawas, anggota, pembina dan bahkan karyawan sekalipun.

Dari sekian banyak karyawan, ada seorang karyawan yang cukup memberikan kesan mendalam. Hingga tiap datang bulan Ramadhan saya selalu teringat beliau. Kami akrab memanggilnya Mbak Mimin. Saya dan teman-teman memiliki hubungan yang sangat dekat bukan hanya karena kami semata-mata sesama keluarga besar kopma, namun juga karena usia beliau yang sebagian besar sebaya dengan orang tua kami. Tidak mengherankan bila kedekatan kami seperti ibu dan anak.
 
Oleh karenanya tidak mengejutkan bila kami sering curhat dengan beliau, dan tentu saja obrolan kami tidak terbatas pada satu hal. Bahkan saat saya fall in love dengan sesorang yang yang baru saja mengambil gambar untuk penyusunan buku 25 Mahasiswa Inspiratif, saya pun bercerita dengan beliau. Hehe

Dari sekian banyak interaksi antara saya dengan beliau, ada satu obrolah yang sangat membekas dalam diri saya. Terlebih bila Ramadhan datang. Saya pasti akan teringat beliau akan hal ini.

Suatu siang, kira-kira hari ke 7 Ramadhan, saat saya sedang berkunjung ke Kopma, kami bercerita banyak tentang puasa.  Kemudian, entah bagaimana awalnya, saya bertanya kepada beliau sudah berapa Juz yang beliau baca sejauh ini. Jawaban beliau cukup membuat saya kaget, hingga hari tersebut beliau sudah membaca hingga Juz 14 atau 15.

Ternyata beliau memiliki target yang sangat tinggi. Dalam sebulan target beliau adalah dua kali khatam Al-Quran. Artinya setiap hari minimal beliau harus menyelesaikan 2 Juz. Saya begitu kagum terlebih bila melihat kesibukan beliau sebagai ibu rumah tangga sekaligus. Saya malu, dengan  kesibukan yang hanya berkutat dengan aktivitas kemahasiswaan, saya mentok berani menargertkan 1 Juz dalam sehari.

Sejak saat itu saya terlecut untuk berbuat seperti yang telah beliau lakukan tiap tahun.Beliau selalu mengingatkan untuk memiliki target-target ibadah harian tiap kali Ramadhan tiba.  Hingga Ramadhan yang datang sekali dalam setahun tidak berlalu begitu saja. Terlebih kita belum tentu menemui Ramadhan lagi di tahun depan.

Sebenarnya tidak hanya itu saja, masih banyak amalan-amalan harian  beliau yang menggugah saya. Memang, inspirasi tidak harus selalu datang dari orang-orang yang sudah kondang. Bila kita mau menyadari dan sedikit lebih menyelami, banyak hal-hal sederhana yang bisa kita petik hikmah maupun inspirasinya.

Mbak Mimin (kedua dari kiri) bersama karyawan kopma dan keluarga saat rekreasi karyawan 2010.


Keep Learning, Keep Growing!!