Rabu, 26 Juni 2019

Cerita Pasca Menikah : Me-manage Me Time

Me time. Sebuah kesempatan  untuk melakukan aktivitas yang disukai. Bisa bentuknya hobby bersama teman, atau aktivitas sendiri yang bisa memfasilitasi aktualisasi diri.

Sebenarnya baru mengenal istilah ini dari istri saya. Walaupun saya telah mempraktikannya sejak sekolah. Saya biasanya me time dalam bentuk bermain sepakbola/futsal atau mengikuti  kegiatan organisasi.

Setelah menikah, memang tidak seleluasa seperti sebelumnya. Ada hati yang harus dijaga  agar manajemen waktu bisa seimbang. Karena terlalu banyak me time pun justru akan membuat kita nampak egois.

Jalan tengahnya, kita membuat kesepakatan. Kita saling berbagi waktu berapa lama dalam seminggu yang bisa digunakan untuk me time. Atau sesekali saya ajak untuk ikut saya me time, lihat saya main futsal misal. Though it doesn't always work. Karena saya lebih sering dibully daripada dipuji olehnya. Sigh.

Nah, setelah lahir anak pertama variabelnya makin bertambah. Kini ada 2 sosok yang harus "diopeni". Makin challenging. Lahir anak kedua. Wow double combo. Maka skala prioritaskan kita terapkan di semua aktivitas.

Aktivitas yang tidak terlalu memberi added value digeser dulu. Aktivitas yang bisa didelegasikan, ya dicarikan orang lain untuk dikerjakan. Hobi yang menyita waktu dan tidak bisa "disambi", ya dikurangi. Apalagi yang menguras doku. Stop.

Sebaliknya aktivitas yang bisa dilakukan bersama sama, diperbanyak dan dirutinkan. Karena aktivitas seperti ini bisa menambah bounding, selain bisa melepas penat.

Misal berkebun dan cuci mobil bersama, atau main bola berdua, even kita ke masjid bersama saya manfaatkan untuk momen me time bersama anak, sambil kita bercerita atau memasukkan value-value keislaman.

Bahkan saya beberapa kali manfaatkan cuti untuk me time dengan keluarga di rumah. Seperti halnya awal minggu ini. Saya bergantian dengan istri untuk me time dengan anak. Karena anak saya sekarang dua, maka kami bergiliran jaga satu dan lainnya.

We made a list of any activities which cover must do, fun, simple, and of course enhance the bounding. We went to market, car free day, florist, our new friend cafe and resto (tropicana green).

Sedangkan di rumah, saya dan anak pertama refurbish sepeda roda tiga yang sudah 2 tahun tidak dipakai agar bisa dinaiki si bungsu. Lalu kita keliling di sore hari bertiga bersama.

Istri saya pun menyempatkan hampir setengah hari hanya bersama si sulung, karena selama ini dirasa lebih banyak menghabiskan waktu dengan si bungsu. Maka diajaklah si sulung berkeliling dari toko donat hingga reflexy massage. Sementara saya bersama si bungsu di rumah. Every body was happy.

As a couple we need to keep supporting each other, should get better everyday. As a parent we need to take care the children full heartedly. The at the end we elevate our value of "me time", since our family time is now our new me time.

Keep Learning, Keep Growing!!

Sabtu, 22 Juni 2019

Cerita Pasca Menikah : Malam Minggu Yang Lama Takkan Terulang

Istri saya mengandung anak pertama saat usia pernikahan menginjak kira kira 8 bulan. Saat itu, kami masih bisa menikmati momen momen malam minggu dengan santai di tempat makan, jalan-jalan ke mall, dan aktivitas lainnya as a couple.

Kemudian setelah lahir anak pertama, maka saat itulah kami menghabiskan banyak waktu tak lagi berdua, namun bertiga.

Maka tak banyak momen-momen seperti sebelumnya. Tak ada ceritanya duduk duduk santai menikmati kopi atau nongkrong. Tak ada lagi cerita berduaan ke sana ke mari dengan santai.

Situasi berubah menjadi "momong" anywhere-anytime. Beragam scene yang diwarnai dengan tangisan, rengekan, ngamukan khas anak kecil, aksi "pethakilan" tingkat dewa, umek tak berujung, tantrum tak berkesudahan, kita sudah kenyang! Belum lagi bila drama melibatkan anak lain ataupun orang tuanya. Complete! hehe.

Well, inilah fase yang harus kita lewati as a couple. Fase yang berawal dari mengandung, lanjut menggendong, lalu mengandung lagi sambil menggandeng yang besar, dan seterusnya hingga pada akhirnya mereka tumbuh dewasa.

This is phase which makes us as couple to learn by ourselves, since there was not set up yet at our formal education curriculum. We need to learn by sharing w/others, reading many books, googling, and of course by DOING.

This is a phase which I'm sure no body wants to fail. All of us want to see they grow. We don't want to miss this moment. A moment that only come once a life. Tidak akan pernah terulang. Karena semakin lama anak akan semakin besar dan dewasa, sementara kita di waktu yang sama makin tua dan lemah.

Inilah fase dimana banyak pengorbanan dan energi diperlukan. Oleh karenanya, pengingat untuk kita dan saya (terutama), untuk selalu sabar,sabar, dan sabar. Karena kita selalu berharap padaNya agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

رَبَّنَا هَبۡ لَـنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعۡيُنٍ وَّاجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِيۡنَ اِمَامًا‏

[Our Lord! Grant us that our spouses and our offspring be a joy to our eyes,and do make us the leaders of the God-fearing. Al Furqan-74]

Keep Learning, Keep Growing!

Rabu, 19 Juni 2019

31 tahun!

Hari ini 30 tahun yang lalu saya genap berusia 1 tahun. Tak banyak yang bisa saya ingat. Selain cerita orang tua jikalau saya tak "doyan" ASI. Lebih banyak saya meminum susu sapi

Hari ini 20 tahun yang lalu saya genap berusia 11 tahun. Hal terbesar yg paling teringat adalah kesempatan pertama saya bepergian ke Jakarta. Berkumpul bersama anak-anak seluruh Indonesia dalam Lomba Mata Pelajaran SD tingkat Nasional.

Hari ini 10 tahun yang lalu saya genap berusia 21 tahun. Hal indah yang paling saya ingat selain aktivitas di kampus Mesin ITS, adalah tinggal dan berkumpul bersama mahasiswa dari seluruh ITS dalam sebuah program beasiswa SDM Iptek dan aktivitas di Kopma Dr Angka ITS.

Semua perjalanan dan pencapaian tersebut bermuara pada hari ini,dimana atas rahmat Allah SWT saya mencapai hari dimana usia saya genap 31 tahun.

Hal indah yang harus banyak saya syukuri adalah keberadaan "keluarga".

Kehadiran istri yang sangat perhatian membuat saya menjadi paham betapa "perhatian" guru atau dosen killer 10-20 tahun yang lalu, sangat bermanfaat untuk saya saat ini. Saya sudah terbiasa,ups.

Kehadiran 2 anak laki laki yang sangat aktif membuat saya betul betul sadar, betapa kedua orang saya dahulu sangat sabar dan luar biasa penyayang. Now I can feel what they feel 30 years ago. Hehe.

Anyway,  keberadaan mereka membuat saya makin terpacu untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Love You!(makan2 yuk)

Dan pada akhirnya kehadiran orang-orang di sekeliling saya, baik di tempat kerja, lingkungan rumah, dan komunitas lainnya, membuat saya makin bersyukur akan kemurahan Allah SWT.

Pada hakikatnya kita hidup bukan menambah usia, namun menunggu sisa usia yang makin lama makin habis.
Mudah mudahan kesempatan usia yang tersisa makin barokah hingga bisa bersama-sama menuju jannah Nya bersama keluarga dan orang orang di sekeliling kita yang tercinta.

Keep Learning, Keep Growing!!