Minggu, 21 Juli 2019

Menjadi Bapak (1)

Bagi saya, salah satu bagian tersulit dalam hidup adalah menjadi bapak yang baik. Selama sekolah tidak ada mata pelajaran atau mata kuliah khusus yang membahas bagaimana menjadi orang tua yang baik.

Semua ini kita jalani learning by doing. Karena memang akan sangat terasa tuntutan menjadi bapak setelah kita memiliki anak. Kita dituntut banyak hal, salah satunya quality time yang cukup dengan anak.

Banyak yang mengatakan bahwa membiasakan membacakan dongeng atau cerita sebelum tidur bisa mendekatkan dengan anak. Namun kenyataanya, saat membacakan buku cerita justru saya yang sering tertidur dahulu sebelum Azka tidur.

Saya pernah juga mencoba untuk mengajaknya belajar bersama. Saya siapkan buku sekolahnya, diajaknya Azka untuk duduk bersama, dan terbayanglah momen anak tekun dan memperhatikan. Kenyataannya, hanya 2 menit duduk lalu berlarian ke sana kemari atau baru buka halaman 1 langsung loncat ke halaman-halaman berikutnya. 

Saya coba lagi dekati melalui hobinya, menggambar. Awalnya, Azka minta saya untuk menggambar. Okelah, saya menggambar sesuai permintaan, berharap dia kemudian mencontoh dan menggambar sendiri. Kenyataannya selesai satu gambar, dia minta lanjut ke gambar lainnya dan selanjutnya dan selanjutnya.

Sebenarnya kalau urusan gambar, istri saya jauh lebih yahud. Sering saya kalau sudah give up dan lelah, saya gambar saja mesin-mesin pabrik. Bukan apa-apa, karena memang saya tidak se-jago istri saya untuk membuat gambar yang sesuai usia anak, apalagi gambar non mahluk hidup.

Blessing in disguise, justru dari hal-hal atau aktifitas yang berbau mesin/mekanik saya bisa lebih mudah menarik perhatian anak saya. Karena saya pun juga bukan ahli dongeng/fabel,  maka saya lebih sering cerita tentang mesin. Bukan agar Azka mengikuti jejak saya di teknik, tapi karena itulah bahan cerita yang paling mudah saya bagikan.

At the end, semoga di waktu yang terus berjalan, usia Azka yang terus tumbuh dan berkembang, saya punya banyak kesempatan untuk terus membersamainya melalui quality time yang cukup. Kesempatan untuk memainkan peran sebagai bapak yang memiliki kewajiban luar biasa dalam mengarahkannya menjadi pribadi yang lebih baik.

Karena semakin Azka tumbuh besar, saya harus siap berbagi waktu dan perhatian Azka dengan sekelompok anak yang hampir tiap sore kompak teriak di luar pagar rumah.

"Assalamualaikummmmm...Azkaaaaaa!!!!"

*ah Time flies so fast.

Keep Learning, Keep Growing!

Rabu, 03 Juli 2019

Cerita Pasca Ramadhan : Sepeda Azka

Ramadhan tahun ini saya dan istri menjanjikan
reward sepeda baru untuk Azka jika ikut berpuasa selama 30 hari.

Meski baru kuat sampai dhuhur dan sahur yang kadang on time kadang malah mirip sarapan, at least he learn a lot during last Ramadhan.

Minggu kemarin, finally, kita ajak Azka ke salah satu toko sepeda. Kita carikan sepeda dengan harga yang sesuai budget. Lalu kita biarkan Azka memilih.

Singkat cerita dipilihlah sepeda type BMX berwarna merah. Lalu kita bawa pulang langsung dengan sepeda motor.

Lalu dimulailah petualangan baru bersama si sepeda.

Hari pertama langsung dipakainya keliling. Tidak mudah awalnya, karena memang kita carikan sepeda yang agak besar, sehingga dia kesulitan menyeimbangkan sepeda. Bolak balik jatuh. Saya semangatin terus, agar jangan menyerah.

Hari kedua sepulang kerja, Azka laporan bahwa siang tadi jatuh di tetangga sebelah dan cerita kalau dia bersama temannya perbaiki sendiri sepedanya.

Saya tidak terlalu serius menanggapinya sampai istri saya cerita yang sebenarnya. Azka bongkar cover rantai sendiri, lalu pasang kembali rantainya yang lepas, sementara temannya (anak teman saya, good boy) memegangi sepedanya.

Alamak..Abimu dulu 5 tahun masih nangisan  dan sering nangisin anak orang.

Kmmudian malam itu menjadi malam yang penuh rengekan Azka, meminta saya untuk memberi oli di rantai lah, untuk mengecek sepedanya lah, and so on. Karena setelah diperbaiki siang tadi, masih ada yang noise di sepedanya.

Hari ketiga. Pagi hari, as promised night before, saya mengecek sepedanya yang masih noise. Aha..ini sprocket belakang kurang kencang, Azka sangat antusias. Sementara saya mencari tools di kunci, eh Azka sudah dapat kunci untuk buka cover rantai.

Saya kalah cepat.

Finally solved masalah noise sprocket belakang. But he wants more. Dilepaslah part part yang menurutnya kurang pas dilihat. Dibongkarlah cover roda dan aksesories roda. Dibilangnya bikin jelek (moteji-mau tepok jidat).

Well hari itu berlanjutnya acara berputar-putar dia dengan sepedanya.

We realized that may he'd just demonstrated his deepest passion in doing such mechanical work. To be honest, we don't force him to do something  like  that. We only facilitated him to explore his strength.

I guess it come from his Grandfathers gen, not me..hehe. Anyway doa saya dan istri, agar Azka tetap tumbuh jadi anak sholeh dan bermanfaat untuk ummat.

Semoga sepedanya berkah nak.

Love you

Abi&Ummi

Keep Learning Keep Growing!!