Senin, 22 Desember 2014

Cerita Pasca Menikah #11 : Hari Ini Dua Tahun Yang Lalu..

Hari ini dua tahun yang lalu, adalah hari yang bersejarah bagi saya dan istri. Hari dimana ada beberapa hal yang semula haram menjadi halal dan  beberapa hal lainnya yang semula halal menjadi haram.  

Hari ini dua tahun yang lalu adalah hari dimana dua keluarga besar dari dua kota yang berbeda, berkumpul, berdoa, dan terhubung dalam sebuah ikatan persaudaraan.

Hari ini dua tahun yang lalu adalah hari dimana Masjid kampus ITS (lagi-lagi) hadir dalam milestone kehidupan kami. Setelah sempat menyambut kami dalam mentoring akbar saat mahasiswa baru, hari itu Manarul Ilmi menyambut kehadiran kami sebagai calon suami-istri sekaligus menjadi saksi bisu prosesi akad nikah kami.

Hari ini dua tahun yang lalu adalah hari dimana Graha Sepuluh Nopember, tempat dimana kami pernah diterima sebagai mahasiswa baru dan dilepas sebagai Sarjana Teknik, menyambut para undangan yang datang memberikan restu dan doanya kepada kami.

*
Kini, dua tahun sudah kami lewati bersama sebagai suami istri. Kami mendapatkan begitu banyak rezeki yang tak terduga seperti yang Allah janjikan. Sempat tinggal di sebuah kamar kos berukuran 3x4 sebelum mengontrak  sebuah rumah dengan 2 ruang kamar tidur.

Satu setengah tahun kemudian, kami pindah lagi. Tidak lebih besar, namun Insya Allah lebih nyaman karena rumah tersebut kami desain sendiri sesuai dengan kebutuhan. Sekali lagi Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Allah berikan keleluasan rizki kepada kami dan kedua orang tua kami (semoga Allah menyayangi kedua orang tua kami sebagaimana mereka menyayangi kami).

Kini, dua tahun usia pernikahan. Kami bukan lagi “berdua” namun “bertiga”. Setelah sempat menikmati masa-masa indah hidup berdua selama kurang lebih 6 bulan,  kehadiran bayi laki-laki lucu, riang, susah diam yang kami beri nama Umar Azka Al Faruq Wahid, membuat kami  
Buyut memanggilnya Umar. Kung-Uti dan Mbah Tung-Mbah Ti memanggilnya Azka. Sedang kami, selain Azka kami juga memanggilnya dengan nickname Pupa* (semoga kau selalu dalam lindungan-Nya).

**
Di awal-awal membangun rumah tangga, tak selamanya kami jalani dengan mulus, ada kalanya hidup ini dibumbui oleh romantisme anak muda, perbedaan pendapat hingga perselisihan. Sewajarnya dalam proses bersatunya dua insan dengan kultur dan karakter yang berbeda. Konflik, kompromi, dan kolaborasi akan selalu hadir sebagai proses adaptasi. Harus diakui bahwa hal tersebut membuat hidup kami makin dinamis.

Satu hal yang saya ingat saat Prof.Abdullah Shahab menyampaikan khutbah pernikahan. Bahwa pernikahan yang hanya dilandasi karena cinta semata, tidak akan berumur panjang.  Oleh karenanya usia pernikahan akan berumur panjang bila dilandasi karena ibadah.

Semoga Allah selalu memudahkan jalan kami untuk terus mendekat pada-Nya, memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Hingga, usia dan kesempatan yang tersisa bisa kami maksimalkan untuk sebanyak-banyaknya memberikan manfaat. 

***
Happy Anniversary mon chéri Tyzha Inandia. Terima kasih atas segala bentuk perhatian dan kasih sayang. 
Mohon maaf atas segala salah dan kebodohan yang membuatmu geli dan tak habis pikir. hehe. 

Selamat hari Ibu duhai ibu muda Ummu Umar "Pupa" Azka.


Dua keluarga berbeda yang terikat menjadi satu.
Dari ki-ka : Nisa, Salsa, Salas, Bapak Endi, Mamah, Royyan, Mas Ganteng, Mbak Cantik, Ibu, Bapak Hatta, Izzah, dan Adryn. 

Semalam saja, Ratu dan Raja 
Ummi, Abbi, dan Pupa Azka


Keep Learning, Keep Growing!!

*Pupa : Pemuda Ulet Pemberani dan Amanah..tsahh!


Rabu, 03 September 2014

Cerita Pasca Menikah #10 : Kebahagiaan yang dinanti-nanti


Hari ini, tepat lima bulan yang lalu – 3 April 2014, saya dan istri diliputi kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagiaan yang juga dirasakan oleh kedua orang tua kami di Cilacap dan Bontang. 

Sulit digambarkan betapa bahagianya saat itu. Kebahagiaan yang sebenarnya pernah dirasakan sebelumnya oleh kedua orang tua dan kakek-nenek kami. Semangat akan datangnya seorang anggota baru dalam keluarga besar. Kebahagiaan yang diiringi dengan tumbuhnya harapan yang membuncah tinggi dari sang calon penerus perjuangan.

Generasi penerus yang kelak didambakan bisa membawa peradaban ke arah yang jauh lebih baik. Generasi penerus yang tidak pernah melupakan dan selalu mendoakan para pendahulunya.   
Kebahagiaan ini telah membawa kami ke dalam fase kehidupan berikutnya. Kami bisa merasakan apa yang dahulu orang tua kami rasakan. Orang tua kami bisa merasakan apa yang dirasakan oleh kakek-nenek kami dulu kala. Pada akhirnya, semua merasakan hal yang pernah dirasakan oleh para pendahulu kami.

Semua kebahagiaan ini telah membawa perubahan dalam hidup kami sehari-hari. Terbangun di tengah malam karena tangisan bayi. Rasa cemas bila terlalu lama meninggalkan si kecil di rumah. Rasa lelah yang seketika hilang selepas pulang kerja saat melihat senyuman sang kecil.

Meski “kerepotan” kami sedikit bertambah saat bepergian ke luar kota. Namun di sisi lain, kami harus bersyukur. Kini kami bukan lagi berdua. Sekarang kami bertiga! Tak ada lagi sepi yang dirasakan istri, saat saya pergi bekerja di siang hari.

So much things which has changed our living life. Sejujurnya,that’s  so much things that wanna be shared. Sayangnya waktu berjalan sangat cepat, dan we both even don’t have any time to keep on desk and update the stories. Kami terlalu larut pada detil kebahagiaan yang tersurat dalam perubahan hidup kami.

Anyway, I found another reason to keep the stories updated. It’s not to keep the blog fresh, but to keep the story to be history for the future.

Semoga saya dan istri selalu diberi kesabaran untuk terus belajar dan saling mengingatkan. Hingga bisa sama-sama tumbuh menjadi orang tua yang bisa membesarkan buah hati kami menjadi pribadi sesuai dengan do’a yang tersirat dalam namanya, Umar Azka Al Faruq Wahid.

 
Foto ini diambil selepas sholat Ied saat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.




Keep Learning, Keep Growing!!

Rabu, 20 Agustus 2014

6 Pertanyaan Imam Al Ghozali kepada Muridnya

Pagi ini saya mendapat broadcast di grup whatsapp yang cukup menarik perhatian saya. Semoga bermanfaat.

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. 

Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. 

Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. 

Tapi yang paling benar adalah "Masa lalu"Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. 

Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). 

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. 

Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "Meninggalkan Sholat"

Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. 

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukaiperasaan saudaranya sendiri.


Semoga kisah di atas bisa menginspirasi kita untuk terus instropeksi diri dan saling mengingatkan dalam kebaikan.


Keep Learning, Keep Growing!!

Rabu, 26 Maret 2014

Habibie - SBY - Essa Abubakar

Presiden ke 3 RI sedang berpidato tentang Pancasila
Presiden ke 4 RI Susilo Bambang Yudhoyono saat berpidato tentang hubungan RI dan Malaysia
Saya seusai perayaan Harkopnas tahun 2010 menjajal podium yang dipakai oleh kedua orang besar di atas saya :) 



"If you can dream it, You can do it"

-Walt Disney-



Keep Learning, Keep Growing!!


Kamis, 13 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #9 : Kunjungan Perdana Ke Dokter Kandungan

--lanjutan dari cerita sebelumnya--

Malam harinya kami berdua pergi memeriksakan diri ke dokter kandungan. Sengaja kami mencari dokter perempuan. Bagi kami, selama masih ada dokter kandungan perempuan kami tidak akan datang ke dokter laki-laki. Semata-mata karena pertimbangan syariah dan kenyamanan dalam pemeriksaan.

Singkat cerita, kami meluncur ke sebuah klinik dokter kandungan. Kami duduk bersama pasien lainnya di ruang tunggu. Ada pasien yang diantar suaminya, ada pula yang diantar keluarga besarnya. Maklum praktik dokter kandungan perempuan di Tuban sangat jarang, wajar bila peminatnya sangat banyak dan datang dari berbagai pelosok pedesaan.

Menariknya, baru kali ini saya melihat begitu banyak perempuan dengan perut membesar berkumpul dalam sebuah tempat, at the same time and same moment. Ada yang mungkin baru 4 bulan, ada pula yang sudah sangat besar, mungkin usia 7-8 bulan.

Sebagai laki-laki yang tidak pernah ke klinik dokter kandungan, saya takjub menyaksikan pemandangan seperti ini. Terlintas di pikiran, betapa dahsyatnya efek yang diakibatkan oleh proses ovulasi yang dilakukan sepasang lawan jenis.

Bagi pria urusan mungkin selesai seketika itu juga di atas ranjang (bila dilakukan di atas ranjang), namun tidak bagi perempuan. Ini baru permulaan. Dialah yang akan mengandung selama kurang lebih 9 bulan dan kemudian baru melahirkan.

Singkat cerita, setelah beberapa pasien saling bergantian keluar dan masuk, tibalah kami pasangan muda, yang lebih pas terlihat sebagai anak kuliah ketimbang pasagan suami istri, masuk ke ruang periksa.

Seorang dokter perempuan dan suster menyambut kami berdua. Tidak ada ekspresi yang spesial, setidaknya sedikit senyuman. Maklum di kota kecil seperti Tuban pelayanan terhadap konsumen belum sebaik Surabaya.

Setelah ditanya apakah ada keluhan atau tidak, istri saya pun mulai dipersilahkan untuk berbaring di tempat yang telah disediakan. Bu dokter mulai menyiapkan alat USG, persis seperti seorang engineer melakukan ultrasonic test untuk melihat defect pada sebuah logam.
  
Setelah suster mengolesi perut istri dengan semacam gel, barulah Bu Dokter dengan dinginnya mulai menggerak-gerakan probe diatas perut istri saya. Tak lama kemudian tampaklah sebuah titik hitam kecil.

Sumber : tyzhainandia.blogspot.com

Ya! Itulah yang kami tunggu selama 6 bulan pernikahan. Dialah satu-satunya sel kelamin jantan yang berhasil menembus ovum dan bertransformasi menjadi zygot. Dialah  Sang Juara yang berhasil menyisihkan berjuta-juta sel lainnya dalam sebuah pertarungan hidup atau mati.

Inilah Sang Juara yang survive berenang menempuh jarak dan medan yang sangat berat. Bahkan, bila kelak dia hidup sehat dan dewasa, mungkin inilah pertarungan paling mengerikan yang pernah dia jalani.

Semoga dengan bekal pengalaman menyisihkan jutaan kompetitor, dia bisa tumbuh menjadi pemimpin ummat yang bermental juara. Pemimpin yang tumbuh bukan karena pencitraan, tapi karena memang terlahir dan berkembang untuk menjadi seorang pemimpin.

**

Malam itu kami berdua hanya saling memandang, cengar-cengir, dan (lagi-lagi) speechless.

Sementara itu, saya berbisik dalam hati, Great job buddy!





Keep Learning, Keep Growing!!

Selasa, 11 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #8 : Biii...POSITIF!!!

Sepertinya, saya memang termasuk salah seorang korban dari tayangan “sinetron”. Sinetron memberikan beberapa pemahaman yang menyesatkan kepada saya.

Saya mengira bahwa seorang perempuan yang hamil akan muntah-muntah di pagi hari setelah “jungkir-balik berakrobatik mengerahkan seluruh tenaga” bersama suami pada malam harinya, persis seperti apa yang pernah saya saksikan di sinetron “Pernikahan Dini”. Hehe. Hal ini yang membuat saya selalu harap-harap cemas di pagi hari. Apalagi Jumat pagi. Berharap istri saya mual-mual dan muntah-muntah

Pada kenyataannya, rentang waktu antara berhubungan badan dengan gejala muntah-muntah tidaklah secepat yang saya bayangkan. Setiap perempuan akan mengalami rentang waktu yang berbeda-beda.

Selain itu, gejala seorang perempuan hamil tidak selalu disertai dengan muntah-muntah. Seperti yang dialami oleh istri saya. Gejala-gejala kehamilan tanpa kami sadari sudah mulai tampak di akhir bulan Ramadhan tahun lalu.

Diawali pembengkakan gusi sebelum mudik, hingga pegal-pegal di seluruh badan saat Hari Raya Idul Fitri. Kami mengira setelah melakukan perjalanan mudik sejauh ratusan kilometer dari Tuban-Surabaya hingga Cilacap, sewajarnya badan akan kelelahan. Itu sebabnya kami sedikit menghiraukan gejala tersebut.

Sekembalinya kami di Surabaya, istri saya masih saja mengeluhkan gejala yang sama. Sekujur badan serasa lemas-pegal. Sampai di sini kami masih berpikir bahwa ini akibat setelah melakukan perjalanan jauh. Kami baru mulai gelisah ketika istri saya sadar bahwa sudah beberapa minggu dia telat datang bulan. Ini saatnya kami mencoba lagi peruntungan test pack.

Ya, sayangnya ini bukan pertama kalinya istri saya telat datang bulan. Itu sebabnya kami tidak terlalu berharap banyak. Istri saya memang sering telat datang bulan. Hampir setiap telat datang bulan saya selalu membeli test pack. Selama itu pula hasilnya selalu negative. Itu sebabnya, saya tidak terlalu berharap banyak pada hasil test pack. 

Karena di Surabaya saat itu masih ramai sanak saudara dan orang tua, kami menunda pengecekan test pack sampai kami kembali di Tuban.

Sampai suatu pagi, saat saya sudah mulai kerja. Sebuah panggilan masuk ke HP saya. Saya yang masih berkutat di depan laptop mencoba mengalihkan perhatian ke HP. Saya terima panggilan tersebut, sejurus kemudian terdengar suara perempuan berteriak lantang di sana.

“BII…POSITIFF!”





Setelah memastikan bahwa itu benar-benar suara istri sah saya, langsung saja saya merasakan surprise, haru, dan senang. Semua bercampur menjadi satu. Saya speechless. Rasanya bumi berhenti berotasi selama 10 detik, persis seperti pertama kali bertemu istri saya. Perfect


bersambung


Keep Learning, Keep Growing!!

Senin, 10 Februari 2014

My Younger Brother's Dream : "Aero Space Shuttle"






Those sketches show us how 12-years old kid has much imagination than us. 
Hopefully all of Indonesian kid are able to find their way in making their huge dreams become true.

Good luck Essa Zulfikar Salas!!



Keep Learning, Keep Growing!!

Jumat, 07 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #7 : Pertanyaan basa-basi yang menohok

Seperti halnya kebanyakan pasangan muda,  kehadiran seorang anak adalah salah hal yang kami tunggu-tunggu. Bahkan “memiliki anak” adalah salah satu resolusi yang kami canangkan di tahun 2013.

Bagi kami, menikmati masa muda akan lebih seru dan menantang ketika ada buah hati. Karena kehadiran anak akan membuat kita berpikir berulang kali tiap kali akan bertindak. Oleh karena itu, secara otomatis kita akan tehindar dari aktivitas yang kurang bermanfaat.

Kami bukannya tidak menyadari konsekuensi memiliki anak kecil di usia muda. Di tahun-tahun awal, tidak akan mudah bagi kami untuk  travelling sesuka hati. Namun bila saatnya nanti sang anak sudah cukup besar dan aman, tentu travelling akan menjadi lebih mengesankan. Bepergian dan bertualang bertiga akan semakin seru.   

Kami tetap tidak berniat menunda momongan. Bagi kami, semakin cepat memiliki momongan, mengakselerasi kami untuk tumbuh lebih “dewasa” dan “matang” lebih cepat.

Getting faster in having children, getting faster in being stable, both in economic and social, means getting faster in readiness to support our family, our younger brothers & sisters. Not to mention that we’re not too old for having grandchildren.”

Faktanya tidak semudah itu kami dikaruniai seorang anak. Meski tak lama, namun kami tetap harus menunggu 6 bulan lamanya, terhitung dari Desember 2012 hingga Agustus 2013. 

Selama periode itu kami menikmati waktu-waktu berdua. Aktivitas kami banyak dihabiskan untuk bepergian bersama, menelusuri jalur-jalur perjalanan yang belum pernah kami lewati, menyewa beberapa film dan menonton bersama di rumah, “kulakan” kain berdua dan riweuh mengikuti bazzar dari satu mall ke mall lainnya.

Hingga saat “kesepian” mulai menghantui kami berdua, orang-orang diluar sana justru semakin gencar melancarkan pertanyaan yang awalnya biasa namun menohok bagi kami pada akhirnya. Hari demi hari, orang terus berganti, namun pertanyaannya tetap sama, “Mas, istrinya sudah isi belum?”atau “ Gimana, sudah mbathi belum istrinya?”

Pada awalnya, kami santai saja menanggapi pertanyaan seperti itu. Namun lama-kelamaan kami mulai gerah juga. Apakah mereka kira kami tidak “jungkir-balik berakrobatik mengerahkan seluruh tenaga” di sepertiga malam terakhir?

Sebuah pelajaran berharga buat kami, berhati-hatilah bila hendak menanyakan hal-hal yang pribadi, entah itu pekerjaan, pernikahan, kehamilan, atau bahkan kelulusan. Meski terkesan basa-basi, namun bisa jadi hal serius bila yang bersangkutan memang memiliki problem dalam hal mendapatkan pekerjaan, mencari jodoh, memiliki momongan, atau menyelesaikan kuliah.


bersambung..



Keep Learning, Keep Growing!!!

Selasa, 04 Februari 2014

Anomali Waktu (Semakin hari, waktu terasa makin singkat)

Beberapa tahun belakangan ini, terutama semenjak memasuki dunia kerja, waktu terasa lebih cepat. Rasanya baru kemarin mengawali aktivitas di hari Senin, tanpa terasa hari Juma't sudah tiba. Satu minggu serasa seperti satu hari. Satu bulan terasa seperti satu minggu, dan akhirnya satu tahun akan terasa seperti satu bulan.

*
Bila kita mengingat kembali materi fisika yang diajarkan di SMP tentang besaran pokok. Kita akan menemukan bahwa salah satu yang termasuk besaran pokok adalah "waktu". Besaran "waktu" tidak diturunkan dari besaran-besaran lainnya, melainkan berdiri sendiri. Hal ini dikarenakan satuan "waktu", 1 sekon,  memiliki standard yang tetap dalam menentukan besar 1 sekon.

Mulanya, 1 sekon ditetapkan sama dengan 1/86400 rata-rata gerak semu matahari dalam mengelilingi Bumi. Namun, dalam perkembangannnya, metode ini dinilai kurang tepat akibat adanya pergeseran. Hingga akhirnya, pada tahun 1956, ditetapkan bahwa 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan atom cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.

**
Kemudian bila kita melihat contoh sederhana dari hukum relativitas yang dipopulerkan oleh Albert Einstein. Bahwa sebenarnya kecepatan sebuah partikel bisa berbeda tergantung dari mana kita meninjaunya. Seorang penumpang kereta akan mengatakan bahwa orang-orang di luar kereta bergerak sangat cepat, padahal mereka sebenarnya diam. Sebaliknya orang-orang di luar kereta akan mengatakan bahwa penumpang kereta bergerak sangat cepat, padahal penumpang tersebut diam tak bergerak di dalam kereta.


Sumber : http://hdwallpapers4free.com/

***

Bahwa sejatinya waktu yang kita lalui tidaklah berubah. 1 sekon tetaplah 1 sekon sesuai dengan waktu yang dibutuhkan atom cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. 1 menit tetaplah 60 sekon. 1 jam tetaplah 60 menit dan 1 hari tetaplah 24 jam. Semua tetap sesuai dengan ketentuannya, tidak berkurang dan bertambah sedikit pun.

Namun, mengapa waktu tetap saja terasa lebih cepat?

Pada umumnya, kita akan merasakan waktu berjalan lebih cepat bila kita melakukan hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebihan. Bermain game on line, larut dalam rutinitas pekerjaan yang menumpuk atau berlibur ke sebuah tempat wisata.

Satu jam akan terasa sangat cepat, bila kita bermain game on line. Satu hari akan terasa sangat cepat bila hanya untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor. Dan tentu saja satu minggu akan sangat kurang bila hanya untuk sekedar berkeliling dan berlibur di sebuah tempat.

Sebaliknya, untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan akhirat, waktu terasa sangat lambat. Meski normalnya hanya 5 menit yang dibutuhkan untuk membaca 1 halaman Al Quran, namun kita merasa sangat lama untuk membacanya. Begitu pula untuk sholat tarawih berjamaah, sholat jum'at, dan ibadah puasa. Waktu terasa sangat panjang bila dihabiskan untuk beribadah.

Inikah tanda-tanda kiamat yang diriwayatkan oleh Anas RA?

Rasulullah bersabda


"Hari Kiamat tak akan datang kecuali waktu semakin singkat. Penyingkatan ini terjadi sedemikian cara seperti satu tahun yang berlalu seperti sebulan, dan sebulan yang berlalu seperti seminggu, dan seminggu berlalu seperti satu hari dan satu hari yang berlalu seperti satu jam dan satu jam yang berlalu seperti secepat kilat.'' 
(Tirmidhi, Zuhd: 24, 2333).


 Urusan dunia memiliki kecenderungan untuk membuat kita "ketagihan", terus dan terus. Sebaliknya bila berurusan dengan akhirat, kita merasa sangat berat. Oleh karenanya kita tidak boleh lengah, marilah kita manfaatkan waktu yang tersisa dengan cerdas, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ 

(HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)



Dengan demikian, tidak ada lagi alasan untuk menghabiskan waktu dengan aktivitas yang sia-sia.
Mari kelilingi diri dengan lingkungan yang selalu mendukung kita untuk terus berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita sibukkan diri kita dengan aktivitas yang selalu bernilai ibadah. :)



Keep Learning, Keep Growing!!


Referensi.
1. www.ittelkom.ac.id