Minggu, 03 November 2013

Kisah Penebang Kayu


Konon dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang sedang berencana membuka hutan seluas 2 hektar untuk memperluas ibu kotanya. Maka dicarilah tim penebang kayu terhebat seantero negeri. Setelah melakukan pencarian ke sana kemari, didapatlah 2 tim penebang kayu yang siap dibayar untuk membuka hutan dalam waktu singkat.  

Kedua tim diberikan hutan dengan luas wilayah yang sama, masing-masing 1 hektar. Barang siapa yang berhasil membuka hutan paling cepat, akan diberi hadiah atau bonus yang menggiurkan. Alhasil kedua tim saling bersaing sengit untuk beradu cepat dalam menebang pohon dan membuka hutan.

Di minggu pertama, tim 1 berhasil mengungguli tim 2. Mereka sudah berhasil membuka 1/3 dari luas hutan yang harus dibuka. Sedang tim dua hanya berhasil membuka ¼ dari luas hutan yang harus dibuka.

Di minggu kedua dan ketiga, tim 1 mulai menunjukkan penuruan produktivitas. Selama 2 minggu, mereka hanya berhasil menambah 1/3 dari luas hutan. Sedang tim 2 berhasil mempertahankan performanya tiap minggunya. Hingga sampai minggu ketiga mereka berhasil membuka ¾ dari luas hutan yang harus dibuka. Tersisa ¼ lagi dari total luas hutan yang harus dibuka.

Hingga akhirnya, sebelum minggu ke-empat berakhir, tim 2 berhasil menuntaskan pekerjaannya. Semua pohon di hutan seluas 1 hektar berhasil ditebang oleh mereka. Sedang tim 1 yang terus menurun peformanya di akhir minggu ke-4 masih menyisakan lahan seluas 1/6 dari total hutan yang harus dibuka. Alhasil tim 2 berhasil meraih bonus yang dijanjikan oleh kerajaan.

Saat memberikan bonus di depan rakyatnya, Sang Raja yang merasa kagum pun bertanya kepada tim 2, apa yang telah menjadi rahasia mereka hingga berhasil membuka lahan dalam waktu singkat.

Perwakilan tim 2 pun menuturkan rahasia yang tidak dilakukan oleh tim 1. Mereka secara rutin mengasah kapaknya hingga untuk memastikannya tetap tajam saat dipakai. Kecakapan dan ketangkasan dalam menebang pohon memang penting untuk mengejar target. Namun bila tidak didukung dengan kapak yang tajam maka secakap apapun si penebang pohon, hasilnya tetap tidak akan memuaskan.

Inilah yang tidak dilakukan oleh tim 1. Mereka terlalu fokus dalam menebang pohon dan membuka hutan, tanpa mempedulikan kondisi kapak yang mereka pakai. Oleh karenanya, tanpa mereka sadari, produktivitas mereka terus menurun secara perlahan seiring menumpulnya kapak mereka.

 
Sumber : flexmedia.co.id


**
Hal seperti ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering larut dalam rutinas dan kesibukan untuk mengejar target yang dipatok oleh atasan. Kita terus tenggelam dalam kompetisi untuk terus berlari mencapai hasil yang terbaik. Hari demi hari kita terus bekerja dengan keras tanpa memberikan waktu kepada diri sendiri untuk sejenak istirahat, berintropeksi atau evaluasi diri.

Lingkungan sekitar yang terus berubah juga membuat kita mau tidak mau untuk terus meng-up grade diri. Oleh karenanya, up grading/training yang rutin, silaturahmi/memperluas relasi dan jaringan, hingga hal paling sepele seperti membaca buku-buku di luar bidang pekerjaan kita, akan memperluas wawasan dan meningkatkan daya saing kita.

Pada akhirnya, proses pengembangan diri yang terus dilakukan tanpa henti akan menjadi kunci agar kita bisa tetap survive dan competitive.



Keep Learning, Keep Growing!!

Selasa, 15 Oktober 2013

Selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H

Segenap keluarga besar
Essa Abubakar Wahid dan Tyzha Inandia
mengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H

"Mari kita mengambil hikmah dan teladan
dari 
kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS"






Keep Learning, Keep Growing!!

Rabu, 09 Oktober 2013

Home Sweet Home


Bismillah...
Tampak depan

Garasi

Kitchen Set

Ruang Tamu

Ruang Tengah



*Illustrasi dan design oleh : Agam Tri, ST


Keep Learning, Keep Growing!!

Minggu, 06 Oktober 2013

Cerita Pasca Menikah #6 : Bilang Cowok Salah, Bilang Cewek Salah

Beberapa minggu ini saya dan pasangan saya sedang senang-senangnya menikmati hari-hari yang kami lewati. Banyak hal yang kami lakukan bersama. Salah satunya, meski tidak ada bioskop, kami cukup sering menonton film bersama, cukup dengan menyewa beberapa judul film di sebuah persewaan film.

Selain itu, hampir tiap pagi saya diantar berangkat kerja hingga di lokasi pick up point bus perusahaan. 
Sepanjang jalan tangan saya tak pernah lepas dari genggamannya.

Sepanjang pagi hingga malam, kami terus berbalas canda tawa dan saling ledek-meledek. Topik ledekan kami tidak jauh-jauh dari ego dan arogansi untuk membanggakan diri masing-masing.

Mulai dari saling membanggakan kota asal kami (meski sejujurnya kami berasal dari kota kecil yang tidak cukup hebat untuk dibanggakan hehe) hingga beradu argumen tentang siapakah diantara kami yang pertama kali naksir satu sama lain.

Argumen istri saya selalu sama dari dulu hingga sekarang, dia menganggap saya telah memeletnya (#tepokjidat) hingga dia tergila-gila dengan saya. Sedang saya selalu menyanggahnya dengan mengatakan bahwa dia selalu mencari-cari alasan untuk bisa memotret saya secara langsung saat menyusun buku 25 Mahasiswa Inspiratif ITS 2009.

Hingga suatu malam canda tawa di antara kami hampir saja berubah menjadi ledakan tangis air mata. Hal ini bermula saat sedang istirahat sepulang kerja dan tanpa sepengetahuan saya, istri saya mengutak-atik smart phone saya.

Tak lama kemudian terdengar teriakan dari istri saya saat dia menemukan sebuah percakapan di whatsapp antara saya dengan sebuah akun tanpa nama dengan profile gambar wanita berjilbab, tentu saja yang dia tidak mengenal wanita tersebut.

Saya pun kaget bukan main saat istri saya mendadak berteriak, "INIIII APAAA'AANN??? KOK KAMU BILANG KANGENN-KANGENN SAMA CEWEK??!!!KAMU KANGENN METHAA YAA..

Bagai disambar petir, jatuh dari atap, dan tertimpa tangga, saya pun terperanjat dari tempat istirahat saya. Saya raih smartphone saya dari tangannya. Saya buka dan baca percakapan yang dia maksud.

"Lagi neng endi Meth? Kangen lah..(Sedang dimana meth? Kangen lah..-red)".

Saya baca dan cek lagi akun tersebut. Karena saya memang belum menyimpan akun tersebut.

Setelah menghela nafas, saya menenangkannya sambil menjelaskan bahwa "Meth" yang saya maksud adalah "MAMETH" bukan "Metha". Nama aslinya "Rachmat Imam Santoso". Panggilan sayang saya kepadanya adalah "Mameth".

Istri pun membalas bertanya, "Kok fotonya cewek?". Sambil memeluknya, saya jelaskan bahwa itu cewek yang menjadi profil pict-nya tidak lain adalah foto istrinya.

Syukur Alhamdulillah, istri saya pun kembali tenang setelah saya jelaskan bahwa Mameth adalah lelaki tulen. Saya dan dia satu sekolah dari TK hingga SMA. Kami sangat dekat hingga kini. Terlalu banyak memories manis antara saya dengan dia. Hehehe.

Foto ini diambil saat hari pernikahan Mameth .Dari Ki-Ka : Ginanjar (Ketua Kelas 2F), saya, Mameth, (tentu saja) istrinya, dan Majid (teman satu meja saya dari SMP hingga SMA)

****
Fiuhh...untunglah setelah itu emosi istri saya berangsur-angsur mereda. Karena saya tidak tahu harus bilang apa lagi, bila emosinya justru meledak lagi setelah dia tahu saya sedang kangen-kangenan dengan seorang cowok.

"APAHHHH...KAMUU KANGEN-KANGENNANN SAMA COWOKKK????"
"KAMU COWOKK APAA'ANN???"


#bilangcowoksalah,bilangceweksalah..
#tepokjidat





Keep Learning, Keep Growing!!

Selasa, 17 September 2013

Hadiah Ramadhan


Hi pembaca, it's too old no meet (sudah lama tidak ketemu - Vickysisasi) hehe..

Lebih dari 1 bulan saya tidak meng-up date  blog ini. Bila kemudian saya kembali bergairah untuk sejenak duduk di depan laptop dan menulis, salah satunya karena teringat salah satu postingan istri saya, "writing keeps me sane" . Terjemahan bebasnya kira-kira berbunyi seperti ini, "menulis menjaga saya tetap waras".

Entah terinspirasi dari mana istri saya saat menulis kalimat tersebut.Tapi saya merasakan betul betapa hidup ini akan terasa sangat monoton bila kita tidak memiliki karya.

Berkarya memang tidak terbatas pada hal-hal yang berbau seni saja. Bagi istri saya, bisa rutin berbagi cerita dan ide melalui tulisan sudah bisa disebut berkarya. Meski terlihat sederhana, namun dalam aplikasi sehari-harinya, tentu tidak sesederhana itu.

Bagi saya, bukan masalah mencari ide atau kehabisan ide, namun justru menjaga semangat menulis-lah yang terbilang sulit. Apalagi saya hampir tiap hari menghabiskan waktu 12 jam sejak mulai berangkat bekerja hingga pulang lagi di rumah. Hingga tidak mudah bagi saya untuk duduk sejenak menuliskan ide dan berbagi cerita. Karena fisik dan pikiran sudah terkuras untuk pekerjaan.

Di saat sulit inilah peran seorang partner sangat terasa. Saling mensupport dan "memanas-manasi" adalah hal yang rutin dilancarkan oleh istri saya. Meski saya lebih sering "tambeng-bandel/muka badak" hingga sangat susah untuk diberi masukan. Namun istri saya seperti anak kecil yang tak pernah kehabisan akal untuk mencari celah. Selalu berulang kali mencoba dan mengingatkan saya.

For that reason, akhirnya lahirnya saya mencoba duduk tenang di akhir pekan ini. Membuka laptop. Menancapkan modem. Mengayunkan jari-jemari di atas keyboard dan membiarkannya bernari-nari seirama dengan impuls yang dikirim oleh sel-sel otak.

*
Then, sebagai momen awal saya akan bercerita tentang beberapa hal yang berkesan selama satu bulan terakhir.

1.Holcim Tuban Sport Fiesta.

Ini adalah sebuah event perlombaan olah-raga antar departemen di lingkup perusahaan tempat saya bekerja. Ada begitu banyak cabang olah-raga yang diperlombakan, mulai dari tenis meja, bulu tangkis, tenis lapangan, hingga futsal.

Dari sekian cabang, hanya futsal yang saya ikuti. Hehe. Meski tidak terlalu pandai dan lihai, saya cukup antusias.

Berpose sebelum bertanding.

Setelah memenangkan pertandingan di babak final.


Kami sukses tidak terkalahkan di 2 pertandingan awal. Total 5 gol berhasil kami sarangkan ke gawan lawan. Meski kami juga harus kebobolan 5 gol juga. Hehehe.

Barulah di semifinal kami berhasil mengalahkan tim lawan. Melalui pertandingan yang sarat emosi, kami berhasil menyarangkan 3 gol. Sedang tim lawan hanya berhasil membalas 2 gol.

Hingga di pertandingan final, lagi-lagi kami berhasil memupuskan asa tim lawan untuk merengkuh Trophy Tuban Fiesta untuk pertama kalinya. Kami berhasil membuat tim lawan tak berkutik dengan skor 3-2.

GM Holcim Tuban Plant, Sidik Darusulistyo, saat memberikan trophy kepada saya dan Pak Sony Agus Laswanto

Berfoto bersama GM Holcim Tuban Plant dan para juara.

Kemenangan untuk semua :)

Saya banyak belajar dari kompetisi seperti ini. Bahwa keunggulan skill dan fisik tidak akan berarti apa-apa bila tidak disertai dengan kekuatan mental juara yang mumpuni. Bermental juara bukan berarti menganggap kita-lah yang terhebat dan menganggap lawan berada di bawah kita. Namun lebih ke arah memupuk sikap percaya diri yang terkontrol, tetap tenang dan fokus untuk terus berjuang keras hingga menit terakhir, tidak mudah terpancing emosi dan tidak memandang sebelah mata setiap lawan yang dihadapi.

Pada akhirnya, prestasi ini akan menjadi awal catatan manis bagi saya. Insya Allah prestasi selanjutnya akan menyusul.
 

2. Ramadhan Serba Pertama!!

Setelah lebh dari 20 tahun melewati Ramadhan dengan status "bujang", akhirnya tiba saatnya saya merasakan Ramadhan sebagai pasangan suami-istri. Ramadhan kali ini terasa lebih berat (di beberapa sisi), tapi lebih banyak cerianya. Kami sahur dan berbuka bersama, serta aneka ibadah Ramadhan lainnya yang kami lalui bersama.

Meski terasa aneh di awalnya, karena perbedaan kebiasaan selama berpuasa. Kami merasa semakin hari semakin menyatu. Menurut istri saya, saya akan lebih mudah "dikendalikan" bila perut sudah dibuat kenyang. Hehe. Oleh karenanya, hampir setiap pulang kerja, selalu ada camilan pengganjal perut :). Jauh berbeda saat saya masih hidup mengenaskan sebagai seorang bujang.

Hal seru lainnya adalah merencanakan mudik. Ada 2 keluarga besar yang terpisah jarak lebih dari 1000 km (Cilacap-Bontang). Kami berpikir bagaimana caranya bisa melewati Lebaran bersama kedua keluarga tanpa mengorbankan salah satu keluarga dan melewatkan kemuliaan 10 hari terakhir.

Mudik pertama bersama istri dengan kereta api (Argo Wilis).

Syukur Alhamdulillah, keluarga istri saya dari Bontang memutuskan berlebaran di Surabaya, sehingga memudahkan bagi kami berdua untuk menghabiskan waktu di Cilacap sebelum dan sesaat setelah lebaran serta kemudian bersama-sama berlebaran di Surabaya.

3. Hadiah Ramadhan

Datangnya bulan Syawal bukan berarti datangnya kebebasan setelah sebulan penuh menahan diri. Namun sebaliknya, bagaimana caranya jejak-jejak selama Ramadhan tetap berlanjut dan membekas di bulan-bulan berikutnya.

Oleh karenannya, kami mencoba sebisa mungkin saling mengingatkan untuk menjaga amalan-amalan tersebut. Seperti kami menjaga apa yang telah dititipkan oleh Allah di dalam perut istri saya. :)
(Selebihnya saya akan berbagi cerita di postingan berikutnya).




Keep Learning, Keep Growing!!


Jumat, 26 Juli 2013

Quote of the Week

..Aku meminta kekuatan, dan Allah memberikan ku kesulitan untuk mendidik aku menjadi kuat
 
..Aku bertanya tentang kebijaksanaan, dan Allah mendatangkan ku masalah untuk diselesaikan
 
..Aku meminta untuk kemakmuran, dan Allah memberikan ku tenaga untuk bekerja
 
..Aku meminta keberanian, dan Allah mengirimkan bahaya kepada ku untuk di atasi
 
..Aku meminta cinta, tetapi Dia menghadirkan kepada ku orang-orang yang bermasalah untuk di bantu
 
..Aku meminta nikmat, namun Allah memberikan aku peluang
 
..Aku tidak meminta apa-apa untuk diri ku, tetapi aku menerima semua apa yang aku perlukan”



 
Salahuddin al-Ayyubi –Penakluk Jurusalem 1187M selepas Sayyidina Umar al-Khattab

Rabu, 03 Juli 2013

Quote of the Week

It is a capital mistake to theorize before one has data. 

Insensibly one begins to twist facts to suit theories, instead 
  
of theories to suit facts. 





(Sherlock Holmes - A Scandal in Bohemia)

Rabu, 19 Juni 2013

Testimonial 25 tahun

Waktu memang tidak pernah ingkar. Inilah yang selalu tepat, baik saat datang dan pergi. Tidak pernah terlalu awal dan tidak pernah terlambat. Seperti apa yang pernah saya dengar dari pepatah Arab, waktu adalah pedang. Waktu akan menjadi senjata yang berguna bila kita mampu memanfaatkannya secara benar. Sebaliknya, bila kita tidak pandai memanfaatkannya, bisa-bisa kita sendirilah yang terhunus olehnya.  

Tidak terasa, 25 tahun sudah sejak pertama kali kedua orang tua saya memancarkan rona bahagia di mukanya atas kelahiran buah hatinya. Hari ini, 25 tahun yang lalu, seorang anak manusia yang telah dinantikan selama 2 tahun pernikahan akhirnya lahir di dunia. Seorang anak yang menjadi investasi untuk amal yang tidak pernah putus. Seorang anak yang menjadi harapan dan tumpuan bagi orang tua serta adik-adiknya.




**
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Sang Pemilik Bumi dan Langit, Alloh SWT. Atas segala nikmat yang tidak pernah bisa saya hitung. Kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kondusif. Kesempatan untuk menuntut ilmu hingga perguruan tinggi. Kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan figur-figur inspiratif. Hingga kesempatan untuk berpetualang, menjelajah, dan berbagi cerita serta inspirasi dengan sesama.

Serta sholawat untuk tokoh paling inspiratif sepanjang masa, pembawa kabar gembira, pemimpin ummat sekaligus utusan Alloh, Nabi Muhammad SAW.

Kepada pasangan Endi Suwandi dan Siti Amanah, orang tua kandung saya, kepadanya rasa hormat dan sayang selalu saya curahkan. Beribu maaf atas segala kesulitan, halangan, dan rasa malu yang diakibatkan karena ulah saya selama mendidik dan membesarkan saya. Bila hingga saat ini saya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, semua semata karena izin Alloh serta peran bapak dan mama. Oleh karenanya, jutaan terima kasih saya ucapkan.

Hormat dan terima kasih saya ucapkan kepada pasangan Moch. Hatta dan Ifat Fariza, yang telah mengikhlaskan putri sulungnya untuk menghabiskan sisa usianya bersama saya, Tyzha Inandia. Serta mohon maaf atas segala kekeliruan dan kesalahan selama ini. 

Kepada partner hidup, Tyzha Inandia, terima kasih atas rasa cinta, kasih sayang, inspirasi, motivasi, kepercayaan, dan kesempatan untuk berlari bersama mengejar impian menjadi pribadi dan keluarga yang lebih berkualitas dan bermanfaat. 

Kepada keempat adik-adik saya. Tumbuh dan berkembanglah menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari kakak kalian. Di pundak kalian jugalah nama baik dan masa depan negeri ini bertumpu. Bersama-sama kita saling bahu-membahu membangun peradaban yang lebih baik. Bila banyak hal yang kurang dari saya, jangan ragu untuk menegur dan saya mohon maaf atas semua itu. Ambil dan tirulah hal-hal yang sekiranya bermanfaat dan berguna.

Serta saudara, teman, guru, dosen, rekan kerja, dan semua orang yang berada di sekeliling saya. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan. Terima kasih atas kerja sama, saran, inspirasi, dan motivasinya selama ini. Tidak ada seorang yang berhasil dan sukses, melainkan karena kerja keras dan dukungan orang-orang di sekitarnya. 

Hari ini saya genapkan usia saya 25 tahun. Inilah waktu yang sudah saya habiskan di dunia. Bila usia normal kebanyakan manusia adalah 65 tahun, maka saya hampir mencapai setengahnya. Meski demikian, saya tetap tidak tahu berapa lagi waktu dan kesempatan saya yang tersisa untuk mencari bekal untuk kehidupan selanjutnya. 

Tidak hanya saya, anda dan kita semua, tidak akan pernah tahu berapa lama lagi hidup di dunia ini. Oleh karena itu, untuk sisa usia yang lebih berkualitas dan bermanfaat, mari sama-sama berdoa agar selalu diberi kesempatan untuk terus belajar, berkembang, beramal dan berbagi, serta dijauhkan dari segala penyakit hati yang merusak semua lini kehidupan. 

Demikian, terima kasih. :)



Keep Learning, Keep Growing!!

Senin, 17 Juni 2013

Cerita Pasca Menikah #5 : Seminar Online Sang Juara school "Dahsyatnya Percepatan Karir dengan Menikah di Usia Muda"

Adalah Miftakhul Falah, seorang sahabat-saudara-entrepreneur-alumni Teknik Kimia ITS, yang menghubungi saya minggu lalu. Beliau menawarkan sesuatu yang sulit saya tolak, yaitu kesempatan untuk berbagi cerita dalam acara Seminar Online yang rutin digelar oleh Sang Juara school. 

To be honest, saya merasa begitu tersanjung saat diminta untuk berbagi cerita. Terlebih topik yang diangkat pun sangat eye catching (terutama bagi pemuda/i berusia 20-an), apalagi jika bukan tentang pernikahan. Meski sebenarnya, saya bukanlah ustadz/da'i yang pandai berapi-api dalam mengorasikan ceramah, pandai membawakan opini, serta kaya akan referensi dan ilmu, meski demikian saya tetap tegakkan kepala dan kokohkan niat untuk berbagi. Tentu saya bukanlah orang yang lebih pandai atau, namun setidaknya saya sudah terlebih dulu merasakan apa dan bagaimana pernikahan itu. 

Saya makin tersanjung karena yang mengundang adalah Sang Juara School. Inilah "pasar" (yang disebut oleh Jamil Azzaini dalam bukunya Kubik Leadership) dimana akan banyak orang-orang dengan tingkat intelektualisme di atas rata-rata bisa temui. Kesempatan saya untuk berkumpul dan mengelilingi diri dengan orang-orang inspiratif. 

Alhasil, setelah bernegoisasi tentang waktu, saya sanggupi permintaan Falah untuk menjadi narasumber dalam acara yang akan dipandu langsung olehnya.
 



 


Inilah kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dan motivasi. Saya tidak berada dalam posisi yang lebih tinggi atau rendah daripada para pendengar yang saya pandu. Saya memposisikan diri dalam level yang sama. Kami sama-sama belajar. Satu hal yang membedakan diantara kami hanyalah "posisi".

Saya seakan-akan berada di dalam sebuah ruangan, dimana untuk memasukinya haruslah melewati serangkaian acara ijab kabul (menikah). Sedang yang menjadi pendengar, mayoritas masih di luar "ruangan" (dalam bahasa sederhana : belum menikah). 

Saya menceritakan dan menggambarkan apa-apa saja yang saya alami di dalam "ruangan" tersebut. Sehingga para pendengar yang berada di luar memperoleh gambaran dan bisa merasakannya, hingga semakin bersemangat untuk beramai-ramai memasuki "ruangan" tersebut (dalam bahasa sederhana : makin bersemangat untuk menikah).

Bila anda tertarik untuk membaca apa saja yang telah kita diskusikan melalui seminar online singkat ini, silahkan berkunjung ke link berikut ini. Semoga ada manfaatnya.

Pada akhirnya saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Meski acara tersebut cukup singkat, namun inilah nikmat yang tidak saya duga-duga sebelumnya. Karena bagi saya "kesempatan" adalah nikmat yang tidak ternilai harganya. Kesempatan untuk berbagi kebahagiaan, pengalaman, cerita, inspirasi, motivasi, kesempatan untuk terus belajar, kesempatan untuk terus berkembang, dan tentu saja kesempatan untuk tumbuh lebih tinggi lagi. 

Danke Schoon Sang Juara school!!



 
Keep Learning, Keep Growing!!


Note : Sang Juara School, bagi saya, bukan hanya sebuah unit bisnis. Lebih dari itu, inilah buah dari hasil idealisme, pengejawantahan passionate dan kreavitas tanpa batas. Dirintis saat masih berstatus mahasiswa dan eksis hingga kini. Doa saya selalu untuk kesuksesan teman-teman saya di Sang Juara school. :)