Jumat, 23 Desember 2011

Bermain Alat Musik : Antara Harapan atau Impian


Sumber : Wikipedia.org

Suatu pagi di akhir pekan, partner saya mengunjungi sebuah acara di Graha ITS. Disambut dengan permainan harpa dan biola yang sangat classy dan tentu saja membuat siapa saja yang mendengarnya mendadak melting. Seketika dia pun mengirimkan pesan singkat ke saya, bertanya penuh harap apakah saya bisa memainkan sebuah alat musik?

Saat itu saya pun menjawab tanpa pikir panjang, ya sure saya bisa! Saya membayangkan betapa girangnya partner saya disana. Mungkin pikirannya sudah berimajinasi ke sebuah romantic dinner yang diiringi permainan jemari saya diantara susunan tuts piano. Sekedar ingin memastikan, dia pun bertanya lagi alat musik apa yang saya bisa?

Kali ini saya menjawab polos tanpa dosa, saya biasa main pian..pianika! Saya yakin gambaran dan harapan mengalami sebuah romantic dinner seketika runtuh, hilang, dan menguap dari imajinasinya. Hehehe.

**
Ya sejak sekolah dasar hingga SMA, bukan susunan angka dan huruf di materi aljabar, bukan pula rumitnya rumus-rumus di fisika dan kimia, bukan kumpulan formula tenses dan jumlah vocabulary di bahasa Inggris yang membuat saya panas dingin di kelas. Tapi susunan not balok dan ornamen-ornamennya yang membuat saya harus menahan rasa grogi, berpadu hasrat ingin buang air selama di kelas.

Seni musik! Jujur, performa saya untuk mata pelajaran yang satu ini kurang memuaskan. Saya ingat betul bila ada nada yang salah saat praktik alat musik bersama di kelas, nearly always that's my fault! Saya harus belajar mati-matian di rumah hanya untuk menghafalkan sebuah lagu dan memainkannya dengan pianika.

Meski begitu, bukan berarti saya tidak pernah mencoba untuk menjadi anak band. Saya adalah "mantan" vocalist semasa SMP, meski bukan yang terbaik. Saya merupakan seorang penikmat seni. Mulai dari permainan musik orkestra yang berkelas, accapella, terlebih recycle song yang dibawakan dengan aliran jazzy. Sedang untuk grup Band, saya termasuk yang menyukai lagu-lagu ciptaan Erros dan Dewa Budjana, Sheila on 7 dan GIGI.

Ada kalanya kita tidak perlu harus menjadi expert pada bidang yang kita sukai. Cukup menjadi penikmat atau pendengar yang baik. Atau sebaliknya, bila memang kita tidak bisa menguasai sebuah bidang keilmuwan jangan sampai kita membenci atau anti terhadapnya. Setiap ilmu memiliki sisi-sisi menarik yang bisa kita manfaatkan. Karena baik-buruknya sebuah ilmu tidak terletak pada konten yang terkandung di dalamnya, tapi terletak pada pemanfaatan ilmu tersebut di tengah peradaban umat manusia.  
"That's why there's no end point in learning something until we can't breath anymore".





Keep Learning, Keep Growing!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar