Dalam rangkaian acara pengkaderan, kami seluruh mahasiswa baru diwajibkan untuk mengenal dan hafal seluruh teman-teman sesama satu angkatan dalam jangka waktu yang sangat pendek. Karena itulah, intensitas komunikasi antar sesama mahasiswa baru terus meningkat. Termasuk komunikasi antara saya dengan seseorang yang di kemudian hari menjadi sosok yang inspiratif. Niken Aridinanti Handamari.
Dia pribadi yang sangat humoris. Meski dalam beberapa hal dia terhitung tomboy, namun sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan. Pernah suatu hari di pertengahan 2006, saya, dia, dan beberapa teman berputar-putar keliling kota Surabaya, menumpang mobil milik salah satu teman kami. Saat melintasi kawasan perumahan elit, kami melihat begitu banyak bangunan rumah megah saling berdampingan.
Sejurus kemudian saya nyeletuk begini, "Wah, kalo punya rumah kayak begini bakal ndak punya tetangga ya". Saya berbicara demikian karena saya berasal dari desa.
Saya melanjutkan, "kalo gini ceritanya besok saya harus punya istri yang mahir mengemudi mobil".
Lalu seorang teman saya bertanya "Loh kok iso?opo hubungane?".
Saya pun menjawab dengan polos, kira-kira begini isinya " Iyalah, biar tar semisal saya lagi ndak di rumah, terus istri mau melahirkan, dia bisa ke rumah sakit sendiri bawa mobil. Kan kita ndak punya tetangga buat dimintai tolong".
Hampir semua penumpang di mobil itu tertawa semua, mereka mungkin berpikir saya edan. Yah, saya akui saat itu saya setengah bercanda. Namun bersamaan dengan itu, ada satu penumpang yang tiba-tiba protes dan marah-marah. Ya itulah Niken. "Enak aja, gak mau ya!Ya dianter dong sama suaminya, gimana sih suami kok gak tanggung jawab".
Saya pun dengan santai membalas, "Loh kok jadi kamu yang protes ken, hayoo ada apa ini...".
Teman-teman saya kembali tertawa, sedang Niken berubah menjadi salah tingkah.Ya, inilah salah satu momen yang sering saya ceritakan kembali bila sedang bertemu dengannya dan kami pun akan tertawa terbahak-bahak..
Selain humoris, dia termasuk sosok yang (menurut saya) telah membuat kampus saya menjadi lebih "hijau". Namun bukan hanya karena dia seorang perempuan, tetapi lebih karena desain dan karya-karya seninya. Kami menjadi akrab dan dekat karena kami sama-sama menyenangi segala sesuatu yang berbau tentang seni. Saya akui dalam beberapa hal, terutama desain, dia jauh lebih lihai dan mahir dari saya. Cita rasa seni sepertinya sudah begitu merasuk dalam dirinya. Saya mulai mengenal fotografi pun dari dia. Karena dia begitu menyenangi fotografi, saya pun membujuknya untuk bergabung dengan Dimensi. Itu sebabnya, bila ada yang bertanya mengapa Niken masuk Dimensi? Jawabannya bukan karena suka menulis, namun karena dibujuk dan "dibohongi" oleh saya. Karena setelah bergabung, kami sama-sama tahu ternyata divisi Fotografi yang ada tidak seheboh yang dibayangkan sebelumnya. Meski demikian kami tidak menyesal, justru kami sangat menikmati tiap momen yang diperoleh selama di Dimensi.
Pekerja keras, itu kata selanjutnya yang membuat saya terinspirasi darinya. Di tengah kesibukan akademis yang sangat padat, dia masih bisa mengerjakan beberapa project/acara besar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Mesin. Dari desain proposal hingga desain publikasi berada di bawah tanggung jawabnya. Selain sentuhan desainnya yang sangat khas, sifat tak kenal lelahnya dan keceriaannya membuat orang-orang di sekelilingnya secara tidak langsung menjadi lebih bersemangat.
Meski dia termasuk aktivis, jangan dibayangkan bahwa dia adalah mahasiswi yang mengabaikan akademik. Dengan kultur keluarganya yang kental akan nuansa akademis, tidak mengherankan bila prestasi akdemiknya pun sangat luar biasa. Beberapa kali dia mencatatkan namanya dalam ME Award*. Sering saya amati bagaimana cara dia belajar.
Sangat profesional!! Kuncinya (menurut saya) adalah pembagian waktu yang jelas. Saat berada di kelas, ya saatnya memperhatikan dosen. Saat rapat, ya saatnya membahas project/ acara kemahasiswaan. Saat di rumah, ya saatnya berisitirahat dan belajar. Konsistensinya dalam belajar dan ditambah kecerdasan yang dia miliki, itulah yang membuat prestasi akademiknya selalu di atas rata-rata. Di saat kebanyakan mahasiswa memiliki range Indeks Prestasi antara 0 sampai 4, dia berhasil memperkecil skalanya menjadi (mungkin) 3,3 sampai 4.
Masih ada satu lagi yang membuat saya bangga pernah berkenalan dengan sosok sepertinya. Dengan segala fasilitas, kepandaian, dan kemudahan lainnya yang dimiliki, tidak membuat dia menjadi orang yang nyaman dengan keadaan. Dia adalah tipikal seorang risk taker. Resiko tertunda kelulusan pernah dia ambil saat awal bergabung dengan tim Sapu Angin** di tahun 2009. Keputusan yang kemudian membuat dia bisa mewujudkan impiannya bepergian keluar negeri tanpa biaya sendiri. Keputusan yang kemudian mencatatkan namanya dalam sejarah perjalanan ITS, karena prestasi Tim Sapu Angin menjadi Juara Asia untuk kelas Urban sekaligus memecahkan rekor Asia dan rekor beberapa benua lainnya untuk kelas yang sama. Hingga kini dia belum banyak berubah, masih saya kenal sebagai seorang risk taker. Dengan bekal IP yang tinggi dan kemampuan softskill lainnya yang mumpuni, mencari pekerjaan seperti kebanyakan orang bukanlah hal yang sulit baginya. Namun jalan lain yang dia tempuh, bersama temannya dia merintis sebuah usaha mandiri, k a m i c i n t a. Profesi yang membuatnya lebih banyak menggunakan kemampuan otak kanan. Profesi yang benar-benar sesuai passion yang dia yakini.
Satu tahun yang lalu tepat pada tanggal ini, 10 Nopember, saya sukses menyelenggarakan seminar saya yang pertama. Ya, seminar tugas akhir tepatnya :) Bila ada beberapa orang yang menjadi figur di belakang kesuksesan saya, sudah pasti dia termasuk di dalamnya. Dia pun menyempatkan diri membantu saya membuatkan poster untuk seminar tersebut.
Kami menjadi begitu akrab bukan hanya karena sama-sama penikmat seni, bukan hanya sering belajar bersama, bukan hanya memiliki beberapa hobi yang sama, bukan hanya beraktivitas di Dimensi, atau bukan karena saya (kebetulan) akrab dengan orang tuanya***. Saya dan teman-teman sesama mahasiwa mesin lainnya, menjadi dekat dan akrab dengannya, karena dia adalah pribadi yang sangat hangat dan menyenangkan.
Itulah cerita saya tentang Niken, seseorang yang berhasil memaksimalkan potensi otak kanan, otak kiri, dan potensi lain yang melekat pada dirinya. Serba Luar Biasa!!!
Jangan pernah ragu dan takut untuk mengeksplorasi tiap potensi yang ada pada diri kita. Sukses untuk kita semua!
Keep Learning, Keep Growing.
*ME award : penghargaan untuk mahasiswa dengan IP dan peningkatan prestasi akademik terbaik.
**ITS Sapu Angin : nama tim ITS-Mesin yang berlaga pada kejuaraan Shell Eco Marathon Asia di Sirkuit Sepang, Malaysia.
*** Sebagai informasi, Ibunda Niken adalah pembina Kopma dr. Angka ITS, organisasi yang pernah saya ikuti semasa kuliah,
Dia pribadi yang sangat humoris. Meski dalam beberapa hal dia terhitung tomboy, namun sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan. Pernah suatu hari di pertengahan 2006, saya, dia, dan beberapa teman berputar-putar keliling kota Surabaya, menumpang mobil milik salah satu teman kami. Saat melintasi kawasan perumahan elit, kami melihat begitu banyak bangunan rumah megah saling berdampingan.
Sejurus kemudian saya nyeletuk begini, "Wah, kalo punya rumah kayak begini bakal ndak punya tetangga ya". Saya berbicara demikian karena saya berasal dari desa.
Saya melanjutkan, "kalo gini ceritanya besok saya harus punya istri yang mahir mengemudi mobil".
Lalu seorang teman saya bertanya "Loh kok iso?opo hubungane?".
Saya pun menjawab dengan polos, kira-kira begini isinya " Iyalah, biar tar semisal saya lagi ndak di rumah, terus istri mau melahirkan, dia bisa ke rumah sakit sendiri bawa mobil. Kan kita ndak punya tetangga buat dimintai tolong".
Hampir semua penumpang di mobil itu tertawa semua, mereka mungkin berpikir saya edan. Yah, saya akui saat itu saya setengah bercanda. Namun bersamaan dengan itu, ada satu penumpang yang tiba-tiba protes dan marah-marah. Ya itulah Niken. "Enak aja, gak mau ya!Ya dianter dong sama suaminya, gimana sih suami kok gak tanggung jawab".
Saya pun dengan santai membalas, "Loh kok jadi kamu yang protes ken, hayoo ada apa ini...".
Teman-teman saya kembali tertawa, sedang Niken berubah menjadi salah tingkah.Ya, inilah salah satu momen yang sering saya ceritakan kembali bila sedang bertemu dengannya dan kami pun akan tertawa terbahak-bahak..
Selain humoris, dia termasuk sosok yang (menurut saya) telah membuat kampus saya menjadi lebih "hijau". Namun bukan hanya karena dia seorang perempuan, tetapi lebih karena desain dan karya-karya seninya. Kami menjadi akrab dan dekat karena kami sama-sama menyenangi segala sesuatu yang berbau tentang seni. Saya akui dalam beberapa hal, terutama desain, dia jauh lebih lihai dan mahir dari saya. Cita rasa seni sepertinya sudah begitu merasuk dalam dirinya. Saya mulai mengenal fotografi pun dari dia. Karena dia begitu menyenangi fotografi, saya pun membujuknya untuk bergabung dengan Dimensi. Itu sebabnya, bila ada yang bertanya mengapa Niken masuk Dimensi? Jawabannya bukan karena suka menulis, namun karena dibujuk dan "dibohongi" oleh saya. Karena setelah bergabung, kami sama-sama tahu ternyata divisi Fotografi yang ada tidak seheboh yang dibayangkan sebelumnya. Meski demikian kami tidak menyesal, justru kami sangat menikmati tiap momen yang diperoleh selama di Dimensi.
Pekerja keras, itu kata selanjutnya yang membuat saya terinspirasi darinya. Di tengah kesibukan akademis yang sangat padat, dia masih bisa mengerjakan beberapa project/acara besar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Mesin. Dari desain proposal hingga desain publikasi berada di bawah tanggung jawabnya. Selain sentuhan desainnya yang sangat khas, sifat tak kenal lelahnya dan keceriaannya membuat orang-orang di sekelilingnya secara tidak langsung menjadi lebih bersemangat.
Meski dia termasuk aktivis, jangan dibayangkan bahwa dia adalah mahasiswi yang mengabaikan akademik. Dengan kultur keluarganya yang kental akan nuansa akademis, tidak mengherankan bila prestasi akdemiknya pun sangat luar biasa. Beberapa kali dia mencatatkan namanya dalam ME Award*. Sering saya amati bagaimana cara dia belajar.
Sangat profesional!! Kuncinya (menurut saya) adalah pembagian waktu yang jelas. Saat berada di kelas, ya saatnya memperhatikan dosen. Saat rapat, ya saatnya membahas project/ acara kemahasiswaan. Saat di rumah, ya saatnya berisitirahat dan belajar. Konsistensinya dalam belajar dan ditambah kecerdasan yang dia miliki, itulah yang membuat prestasi akademiknya selalu di atas rata-rata. Di saat kebanyakan mahasiswa memiliki range Indeks Prestasi antara 0 sampai 4, dia berhasil memperkecil skalanya menjadi (mungkin) 3,3 sampai 4.
Masih ada satu lagi yang membuat saya bangga pernah berkenalan dengan sosok sepertinya. Dengan segala fasilitas, kepandaian, dan kemudahan lainnya yang dimiliki, tidak membuat dia menjadi orang yang nyaman dengan keadaan. Dia adalah tipikal seorang risk taker. Resiko tertunda kelulusan pernah dia ambil saat awal bergabung dengan tim Sapu Angin** di tahun 2009. Keputusan yang kemudian membuat dia bisa mewujudkan impiannya bepergian keluar negeri tanpa biaya sendiri. Keputusan yang kemudian mencatatkan namanya dalam sejarah perjalanan ITS, karena prestasi Tim Sapu Angin menjadi Juara Asia untuk kelas Urban sekaligus memecahkan rekor Asia dan rekor beberapa benua lainnya untuk kelas yang sama. Hingga kini dia belum banyak berubah, masih saya kenal sebagai seorang risk taker. Dengan bekal IP yang tinggi dan kemampuan softskill lainnya yang mumpuni, mencari pekerjaan seperti kebanyakan orang bukanlah hal yang sulit baginya. Namun jalan lain yang dia tempuh, bersama temannya dia merintis sebuah usaha mandiri, k a m i c i n t a. Profesi yang membuatnya lebih banyak menggunakan kemampuan otak kanan. Profesi yang benar-benar sesuai passion yang dia yakini.
Satu tahun yang lalu tepat pada tanggal ini, 10 Nopember, saya sukses menyelenggarakan seminar saya yang pertama. Ya, seminar tugas akhir tepatnya :) Bila ada beberapa orang yang menjadi figur di belakang kesuksesan saya, sudah pasti dia termasuk di dalamnya. Dia pun menyempatkan diri membantu saya membuatkan poster untuk seminar tersebut.
Kami menjadi begitu akrab bukan hanya karena sama-sama penikmat seni, bukan hanya sering belajar bersama, bukan hanya memiliki beberapa hobi yang sama, bukan hanya beraktivitas di Dimensi, atau bukan karena saya (kebetulan) akrab dengan orang tuanya***. Saya dan teman-teman sesama mahasiwa mesin lainnya, menjadi dekat dan akrab dengannya, karena dia adalah pribadi yang sangat hangat dan menyenangkan.
Itulah cerita saya tentang Niken, seseorang yang berhasil memaksimalkan potensi otak kanan, otak kiri, dan potensi lain yang melekat pada dirinya. Serba Luar Biasa!!!
Foto ini diambil saat prosesi wisuda 101 tahun 2010. |
Jangan pernah ragu dan takut untuk mengeksplorasi tiap potensi yang ada pada diri kita. Sukses untuk kita semua!
Keep Learning, Keep Growing.
*ME award : penghargaan untuk mahasiswa dengan IP dan peningkatan prestasi akademik terbaik.
**ITS Sapu Angin : nama tim ITS-Mesin yang berlaga pada kejuaraan Shell Eco Marathon Asia di Sirkuit Sepang, Malaysia.
*** Sebagai informasi, Ibunda Niken adalah pembina Kopma dr. Angka ITS, organisasi yang pernah saya ikuti semasa kuliah,
nyong... dari sekian banyak foto, kamu masukin fotoku yang mukaku jelekk begitu...
BalasHapusbtw, serasa artis deh aku jadinya.. ahahahaha
niken
nikenn,,,koleksi fotomu di hardisk ku terbatas ken..hehhe..setelah memilah milah, ketemu deh foto yang posenya sedikit menggambarkan karakter rockstar nya..:)
BalasHapus