Untuk pertama kalinya saya bertemu senior yang akan saya ceritakan pagi hari ini di pertengahan tahun 2006 dalam sebuah forum acara pengkaderan. Beliau saat itu masih duduk di semester 5 Jurusan Teknik Mesin ITS. Didampingi oleh beberapa temannya, beliau maju ke depan memperkenalkan klub pers Dimensi, sebuah komunitas pecinta jurnalistik di kampus saya. Pertemuan singkat itu tidak meninggalkan kesan yang begitu mendalam, mengingat saat itu saya duduk di deretan tengah dan hanya memandang dari jarak yang cukup jauh.
Perkenalan kami pun berlanjut ketika rangkaian acara pengkaderan mahasiswa baru (maba) mewajibkan kami untuk magang di tiap-tiap klub yang ada di Teknik Mesin. Pada saat itulah saya mulai sedikit terinspirasi olehnya. Pola pendekatan klub Dimensi secara umum dan pendekatan beliau secara khusus, membuat saya menaruh perhatian khusus pada klub ini. Pemutaran film tentang fakta-fakta dibalik peristiwa G30S/PKI membuat saya serasa dibawa terbang ke dalam sebuah gelora semangat ala mahasiswa yang sangat kental. Pembawaan beliau yang santai, humble , humoris, dan apa adanya, membuat saya nyaman berdiskusi dengannya, tanpa harus tegang menahan rasa takut. Fakta yang menunjukkan betapa beliau memiliki karakter yang berbeda dengan kebanyakan senior saat itu.
Ketakjuban saya kembali muncul saat Open Recruitment untuk anggota Dimensi. Meskipun, menurut saya klub ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki klub lain namun hal ini tidak menjamin jika klub ini akan digandrungi oleh banyak mahasiswa. Dikelilingi oleh banyak mahasiswi dengan sedikit mahasiswa, itulah kondisi beliau saat memimpin klub tersebut. Tentu saja bukan ini yang membuat saya takjub dan terinspirasi dari beliau. Namun saat beliau mengumumkan bahwa sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kinerja klub yang kurang baik, beliau mengajukan diri untuk kembali memimpin Dimensi untuk satu periode kepengurusan lagi. Sebuah pengorbanan yang sangat jarang ditemui akhir-akhir ini. Beliau berani mengambil resiko tertunda kelulusannya untuk memperbaiki, lebih tepatnya menyelamatkan, sebuah klub.Total 2 periode Dimensi dipimpin oleh beliau.
Dalam perjalanannya, hubungan kami makin dekat. Saya belajar dan berdiskusi banyak dengan beliau, entah perkara akademik, softskill, maupun hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas beliau yang sangat padat sangat menginspirasi saya. Beliau termasuk senior yang mudah bergaul, bergaul dengan kakak kelasnya maupun adik kelasnya. tidak heran beliau mudah diterima di berbagai kalangan. Sepengetahuan saya, beliau aktif di HMM*, LBMM**, forum kepemanduan, forum pelatihan dan forum Pers. Diluar itu ada sebuah fakta yang sangat menginspirasi, di tengah padatnya aktifitas kemahasiswaan, beliau masih bisa mencatatkan namanya pada ME award. Sebuah penghargaan yang ditujukkan kepada 20 mahasiswa yang memiliki IP tertinggi dan peningkatan prestasi akademik terbaik. Sebuah prestasi yang memacu saya untuk berusaha lebih keras dalam kuliah.
Ketakjuban saya terus berlanjut saat berada di bawah kepemimpinan beliau. Sifat kedewasaannya, mudah menerima masukan, menjamin kebebasan untuk berkreasi, dan talent management-nya membuat saya dan anggota baru saat itu menjadi lebih mudah mingle dan percaya diri untuk perform. Saya bisa mengatakan bahwa di periode kedua beliau memimpin, Dimensi mengalami grafik yang terus menanjak. Kesuksesan penyelenggaraan M-Force, berjalannya proses mentoring, meningkatnya produktifitas menulis dan terbitnya majalah merupakan indikasinya. Lebih dari itu setiap anggota Dimensi yang dipimpinnya merasa sangat nyaman dan bangga bergabung pada klub pers ini.
Bagi saya, keberhasilan pemimpin bukan hanya dilihat saat beliau berhasil memimpin orang lain, namun saat beliau berhasil melahirkan para pemimpin baru. Di bawah bimbingannya, tercatat Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin 2008 dan Direktur Utama Koperasi Mahasiswa dr.Angka ITS 2009 berasal dari anggota Dimensi. Tidak berlebihan bila sebutan "Buset" bukan sekedar singkatan nama, namun sebuah kekaguman dan ketakjuban orang kepadanya. Demikianlah cerita saya tentang Budi "Buset" Setiyadi. Sebuah ungkapan kebanggaan pernah berkolaborasi bersamanya yang berlanjut hingga kini pada perusahaan yang sama. Truly Legend!
Keep Learning Keep Growing
Perkenalan kami pun berlanjut ketika rangkaian acara pengkaderan mahasiswa baru (maba) mewajibkan kami untuk magang di tiap-tiap klub yang ada di Teknik Mesin. Pada saat itulah saya mulai sedikit terinspirasi olehnya. Pola pendekatan klub Dimensi secara umum dan pendekatan beliau secara khusus, membuat saya menaruh perhatian khusus pada klub ini. Pemutaran film tentang fakta-fakta dibalik peristiwa G30S/PKI membuat saya serasa dibawa terbang ke dalam sebuah gelora semangat ala mahasiswa yang sangat kental. Pembawaan beliau yang santai, humble , humoris, dan apa adanya, membuat saya nyaman berdiskusi dengannya, tanpa harus tegang menahan rasa takut. Fakta yang menunjukkan betapa beliau memiliki karakter yang berbeda dengan kebanyakan senior saat itu.
Ketakjuban saya kembali muncul saat Open Recruitment untuk anggota Dimensi. Meskipun, menurut saya klub ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki klub lain namun hal ini tidak menjamin jika klub ini akan digandrungi oleh banyak mahasiswa. Dikelilingi oleh banyak mahasiswi dengan sedikit mahasiswa, itulah kondisi beliau saat memimpin klub tersebut. Tentu saja bukan ini yang membuat saya takjub dan terinspirasi dari beliau. Namun saat beliau mengumumkan bahwa sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kinerja klub yang kurang baik, beliau mengajukan diri untuk kembali memimpin Dimensi untuk satu periode kepengurusan lagi. Sebuah pengorbanan yang sangat jarang ditemui akhir-akhir ini. Beliau berani mengambil resiko tertunda kelulusannya untuk memperbaiki, lebih tepatnya menyelamatkan, sebuah klub.Total 2 periode Dimensi dipimpin oleh beliau.
Dalam perjalanannya, hubungan kami makin dekat. Saya belajar dan berdiskusi banyak dengan beliau, entah perkara akademik, softskill, maupun hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas beliau yang sangat padat sangat menginspirasi saya. Beliau termasuk senior yang mudah bergaul, bergaul dengan kakak kelasnya maupun adik kelasnya. tidak heran beliau mudah diterima di berbagai kalangan. Sepengetahuan saya, beliau aktif di HMM*, LBMM**, forum kepemanduan, forum pelatihan dan forum Pers. Diluar itu ada sebuah fakta yang sangat menginspirasi, di tengah padatnya aktifitas kemahasiswaan, beliau masih bisa mencatatkan namanya pada ME award. Sebuah penghargaan yang ditujukkan kepada 20 mahasiswa yang memiliki IP tertinggi dan peningkatan prestasi akademik terbaik. Sebuah prestasi yang memacu saya untuk berusaha lebih keras dalam kuliah.
Ketakjuban saya terus berlanjut saat berada di bawah kepemimpinan beliau. Sifat kedewasaannya, mudah menerima masukan, menjamin kebebasan untuk berkreasi, dan talent management-nya membuat saya dan anggota baru saat itu menjadi lebih mudah mingle dan percaya diri untuk perform. Saya bisa mengatakan bahwa di periode kedua beliau memimpin, Dimensi mengalami grafik yang terus menanjak. Kesuksesan penyelenggaraan M-Force, berjalannya proses mentoring, meningkatnya produktifitas menulis dan terbitnya majalah merupakan indikasinya. Lebih dari itu setiap anggota Dimensi yang dipimpinnya merasa sangat nyaman dan bangga bergabung pada klub pers ini.
Bagi saya, keberhasilan pemimpin bukan hanya dilihat saat beliau berhasil memimpin orang lain, namun saat beliau berhasil melahirkan para pemimpin baru. Di bawah bimbingannya, tercatat Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin 2008 dan Direktur Utama Koperasi Mahasiswa dr.Angka ITS 2009 berasal dari anggota Dimensi. Tidak berlebihan bila sebutan "Buset" bukan sekedar singkatan nama, namun sebuah kekaguman dan ketakjuban orang kepadanya. Demikianlah cerita saya tentang Budi "Buset" Setiyadi. Sebuah ungkapan kebanggaan pernah berkolaborasi bersamanya yang berlanjut hingga kini pada perusahaan yang sama. Truly Legend!
Mas Buset dan saya saat makan siang bersama di kantin perusahaan. |
Keep Learning Keep Growing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar