Senin, 16 Januari 2012

What's next?


“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, merekalah itu orang-orang yang cerdas”. 
HR.Ibnu Majah dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Bani

Banyak self development training dan buku-buku pengembangan diri yang menjelaskan pola pikir alur mundur. Sebuah pola pikir terbalik yang menuntun kita untuk menemukan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh utnuk mencapai tujuan kita. Singkatnya, kita diarahkan untuk mendeskripsikan terlebih dahulu tujuan atau hasil akhir yang diinginkan secara jelas dan gamblang. Then,  barulah kita bisa lebih mudah menentukan langkah-lagkah strategis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Contoh pertama adalah kondisi yang sering dialami oleh siswa yang hendak melanjutkan kuliah. Kita diarahkan untuk menentukan terlebih dahulu jurusan/universitas/institut mana yang hendak kita masuki setelah lulus. Bisa universitas dengan biaya yang murah, menawarkan beraneka ragam beasiswa, kemudahan untuk diserap pasar, hingga universitas dengan fasilitas dan grade yang terbaik. Termasuk plan B bila kita gagal menembus universitas yang dituju. Setelah arah yang hendak diambil terlihat  jelas, kita bisa merancang langkah-langkah strategis yang harus diambil untuk berhasil masuk ke universitas yang diidamkan. Pattern yang sama pun bisa dilakukan setelah masuk kuliah untuk merencanakan phases after graduated, either hendak mencari kerja, meneruskan S2, or berwiraswasta.

Contoh selanjutnya adalah ketika kita hendak  membangun financial planning, either karena kita baru saja naik status menjadi orang berpenghasilan atau hendak membangun keluarga baru. Khusus contoh yang ini, saya terinspirasi buku karya Ligwina Hananto, seorang Financial Planner, yang menuntun kita untuk merancang keuangan sedini mungkin. Dia mengarahkan kita untuk menerangkan dengan jelas dan de tail keinginan yang hendak kita raih (mau lo apa?). Terutama segala sesuatu yang terkait financial aspect baik selagi masih produktif maupun setelah pensiun. Mulai dari biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya tak terduga hingga biaya rekreasi. Setelah jelas semua keinginan kita apa, selanjutnya kita bisa dengan taktis menentukan seberapa besar/penghasilan yang harus kita sisihkan, bentuk investasi dan produk asuransi apa yang paling cocok untuk diambil, hingga jenis penghasilan pasif apa yang bisa kita tempuh.

Dari kedua contoh diatas kita diarahkan untuk berpikir terbalik. Untungnya, in case of  keinginan kita gagal diraih, kita masih bisa menempuh jalan-jalan alternatif untuk (setidaknya) meraih kesuksesan seperti keinginan awal. Semisal kita gagal masuk ke sebuah universitas, kita masih bisa ikut tes masuk universitas lain. Atau semisal kita gagal dalam sebuah investasi, kita bisa mengalihkan uang yang ada untuk investasi yang lainnya.

Terkait urusan hidup dan mati, kita pun diarahkan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai setelah meninggal. Sudah pasti semua orang ingin masuk surga dimana kuncinya adalah ridlo Alloh SWT. Setelah itu kita bisa merasakan betapa pentingnya segala bentuk ibadah apa saja yang harus ditempuh untuk mendapatkan ridho-Nya . Meski sebagian besar orang menyadari hal ini, seringkali kita (termasuk saya) lalai dan kurang semangat dalam menjalani tiap ibadah. Related to hadist di atas, saya secara khusus mengingatkan (dengan keras) diri saya sendiri dan kita pada umumnya selalu mengingat mati to make us sure that we’re keep on spirit in doing any worship activities. Karena lain halnya dengan kedua contoh sebelumnya, setelah mati kita tidak punya other plan B  untuk masuk surga, selain amalan-amalan jariyah.

Have a nice Monday!



Keep Learning, Keep Growing!!!

2 komentar: