Kamis, 10 Mei 2012

Aku Bangga (meski) Ayahku Seorang Pekerja Kasar

Sejak berkomitmen untuk berusaha menuliskan kisah-kisah orang inspiratif tiap minggunya, saya seperti terpacu untuk terus melihat perilaku orang-orang di sekitar dalam sudut pandang yang positif.  Setiap orang memiliki value yang kadang kala tersembunyi dan perlu kita gali lebih dalam untuk mengambil hikmahya.

Saya sangat berterima kasih kepada seseorang yang saya temui kemarin sore. Beliau adalah seorang pekerja kontrak dengan upah harian di pabrik tempat saya bekerja. Saat itu saya sedang berjalan kaki bersama seorang teman saat beliau tiba tiba datang menghampiri kami.

Beliau menyapa kami dengan sumringah, meski raut wajah beliau menunjukkan betapa letih dan lelahnya beliau. Setelah berbasa-basi singkat penuh keakraban, beliau dengan sopan menunjukkan sekumpulan kertas hasil print. Beliau meminta kami mengecek hasil print tersebut. Ternyata hasil print tersebut adalah tugas milik seorang anaknya yang masih duduk di bangku kelas 5 SD.

Guru di sekolahnya, memberinya tugas untuk membuat kliping tentang Regular Verbs dan Irregular Verbs. Karena keterbatasan fasilitas yang beliau miliki di rumah, baik komputer, printer maupun koneksi internet. Akhirnya beliau meminta tolong seorang karyawan pabrik untuk membantu menyelesaikannya.

Karena kasih sayang yang besarlah yang mendorong beliau rela melakukan apa saja demi anaknya. Saya tidak yakin sang anak tahu dengan pasti apa yang ayahnya lakukan di luar sana. Dia hanya tahu bahwa sang ayah pulang dengan membawa tugas sekolahnya yang sudah hampir selesai.

Beliau meneruskan cerita, setiap bulan beliau harus mengeluarkan uang sebesar dua belas ribu lima ratus rupiah untuk pelajaran tambahan di sekolah, pelajaran komputer. Hebatnya, sang anak selalu meraih nilai tertinggi di kelasnya untuk mata pelajaran tersebut. Dari cara beliau bercerita, saya bisa menggambarkan betapa bangganya beliau akan anaknya.

Namun sesaat kemudian saya berubah mendadak nelangsa, saat beliau bercerita bahwa sang anak suatu hari bertanya berapa harga laptop Pak? Beliau menjawab, “ Harga satu laptop sama dengan gaji bapak setahun nak." 

Meski sebenarnya sang anak berhak untuk mendapatkan laptop atas prestasi belajarnya yang luar biasa, namun beliau belum memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal itu. Sehingga beliau pun hanya bisa berpesan “Sekarang yang penting kamu belajar yang rajin ya”. 

Jleb!!Sekali lagi, saya diingatkan untuk terus banyak bersyukur. Saya masih bisa hidup dan dibesarkan dengan segala fasilitas yang lebih dari cukup, pendidikan dan lingkungan yang baik. Saya pun diingatkan betapa kasih dan sayang orang tua sangat besar. Di tengah keterbatasan yang ada, mereka rela melakukan apa saja untuk anak-anaknya.

Oleh karena pengorbanan yang besar dan atas nafkah yang halal, tidak ada alasan untuk tidak bangga kepada orang tua kita, meski hanya seorang pekerja kasar.

Sumber : Syadside.wordpress.com


Keep Learning, Keep Growing!!

1 komentar:

  1. subhanalloh, alhamdulillah...
    saya bersyukur dengan apa yang telah saya terima sekarang ini, memang sebagian kecil 2,5% dari harta kita pantas dan wajib untuk mereka.
    semoga kita terus diingatkan tuk tetap bersyukur dan ikhlas dengan pa yang telah aku terima.

    BalasHapus