Selasa, 13 Agustus 2019
Menjadi Bapak (2)
Minggu, 21 Juli 2019
Menjadi Bapak (1)
Bagi saya, salah satu bagian tersulit dalam hidup adalah menjadi bapak yang baik. Selama sekolah tidak ada mata pelajaran atau mata kuliah khusus yang membahas bagaimana menjadi orang tua yang baik.
Semua ini kita jalani learning by doing. Karena memang akan sangat terasa tuntutan menjadi bapak setelah kita memiliki anak. Kita dituntut banyak hal, salah satunya quality time yang cukup dengan anak.
Banyak yang mengatakan bahwa membiasakan membacakan dongeng atau cerita sebelum tidur bisa mendekatkan dengan anak. Namun kenyataanya, saat membacakan buku cerita justru saya yang sering tertidur dahulu sebelum Azka tidur.
Saya pernah juga mencoba untuk mengajaknya belajar bersama. Saya siapkan buku sekolahnya, diajaknya Azka untuk duduk bersama, dan terbayanglah momen anak tekun dan memperhatikan. Kenyataannya, hanya 2 menit duduk lalu berlarian ke sana kemari atau baru buka halaman 1 langsung loncat ke halaman-halaman berikutnya.
Saya coba lagi dekati melalui hobinya, menggambar. Awalnya, Azka minta saya untuk menggambar. Okelah, saya menggambar sesuai permintaan, berharap dia kemudian mencontoh dan menggambar sendiri. Kenyataannya selesai satu gambar, dia minta lanjut ke gambar lainnya dan selanjutnya dan selanjutnya.
Sebenarnya kalau urusan gambar, istri saya jauh lebih yahud. Sering saya kalau sudah give up dan lelah, saya gambar saja mesin-mesin pabrik. Bukan apa-apa, karena memang saya tidak se-jago istri saya untuk membuat gambar yang sesuai usia anak, apalagi gambar non mahluk hidup.
Blessing in disguise, justru dari hal-hal atau aktifitas yang berbau mesin/mekanik saya bisa lebih mudah menarik perhatian anak saya. Karena saya pun juga bukan ahli dongeng/fabel, maka saya lebih sering cerita tentang mesin. Bukan agar Azka mengikuti jejak saya di teknik, tapi karena itulah bahan cerita yang paling mudah saya bagikan.
At the end, semoga di waktu yang terus berjalan, usia Azka yang terus tumbuh dan berkembang, saya punya banyak kesempatan untuk terus membersamainya melalui quality time yang cukup. Kesempatan untuk memainkan peran sebagai bapak yang memiliki kewajiban luar biasa dalam mengarahkannya menjadi pribadi yang lebih baik.
Karena semakin Azka tumbuh besar, saya harus siap berbagi waktu dan perhatian Azka dengan sekelompok anak yang hampir tiap sore kompak teriak di luar pagar rumah.
"Assalamualaikummmmm...Azkaaaaaa!!!!"
*ah Time flies so fast.
Keep Learning, Keep Growing!
Rabu, 03 Juli 2019
Cerita Pasca Ramadhan : Sepeda Azka
Ramadhan tahun ini saya dan istri menjanjikan
reward sepeda baru untuk Azka jika ikut berpuasa selama 30 hari.
Meski baru kuat sampai dhuhur dan sahur yang kadang on time kadang malah mirip sarapan, at least he learn a lot during last Ramadhan.
Minggu kemarin, finally, kita ajak Azka ke salah satu toko sepeda. Kita carikan sepeda dengan harga yang sesuai budget. Lalu kita biarkan Azka memilih.
Singkat cerita dipilihlah sepeda type BMX berwarna merah. Lalu kita bawa pulang langsung dengan sepeda motor.
Lalu dimulailah petualangan baru bersama si sepeda.
Hari pertama langsung dipakainya keliling. Tidak mudah awalnya, karena memang kita carikan sepeda yang agak besar, sehingga dia kesulitan menyeimbangkan sepeda. Bolak balik jatuh. Saya semangatin terus, agar jangan menyerah.
Hari kedua sepulang kerja, Azka laporan bahwa siang tadi jatuh di tetangga sebelah dan cerita kalau dia bersama temannya perbaiki sendiri sepedanya.
Saya tidak terlalu serius menanggapinya sampai istri saya cerita yang sebenarnya. Azka bongkar cover rantai sendiri, lalu pasang kembali rantainya yang lepas, sementara temannya (anak teman saya, good boy) memegangi sepedanya.
Alamak..Abimu dulu 5 tahun masih nangisan dan sering nangisin anak orang.
Kmmudian malam itu menjadi malam yang penuh rengekan Azka, meminta saya untuk memberi oli di rantai lah, untuk mengecek sepedanya lah, and so on. Karena setelah diperbaiki siang tadi, masih ada yang noise di sepedanya.
Hari ketiga. Pagi hari, as promised night before, saya mengecek sepedanya yang masih noise. Aha..ini sprocket belakang kurang kencang, Azka sangat antusias. Sementara saya mencari tools di kunci, eh Azka sudah dapat kunci untuk buka cover rantai.
Saya kalah cepat.
Finally solved masalah noise sprocket belakang. But he wants more. Dilepaslah part part yang menurutnya kurang pas dilihat. Dibongkarlah cover roda dan aksesories roda. Dibilangnya bikin jelek (moteji-mau tepok jidat).
Well hari itu berlanjutnya acara berputar-putar dia dengan sepedanya.
We realized that may he'd just demonstrated his deepest passion in doing such mechanical work. To be honest, we don't force him to do something like that. We only facilitated him to explore his strength.
I guess it come from his Grandfathers gen, not me..hehe. Anyway doa saya dan istri, agar Azka tetap tumbuh jadi anak sholeh dan bermanfaat untuk ummat.
Semoga sepedanya berkah nak.
Love you
Abi&Ummi
Keep Learning Keep Growing!!
Rabu, 26 Juni 2019
Cerita Pasca Menikah : Me-manage Me Time
Me time. Sebuah kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disukai. Bisa bentuknya hobby bersama teman, atau aktivitas sendiri yang bisa memfasilitasi aktualisasi diri.
Sebenarnya baru mengenal istilah ini dari istri saya. Walaupun saya telah mempraktikannya sejak sekolah. Saya biasanya me time dalam bentuk bermain sepakbola/futsal atau mengikuti kegiatan organisasi.
Setelah menikah, memang tidak seleluasa seperti sebelumnya. Ada hati yang harus dijaga agar manajemen waktu bisa seimbang. Karena terlalu banyak me time pun justru akan membuat kita nampak egois.
Jalan tengahnya, kita membuat kesepakatan. Kita saling berbagi waktu berapa lama dalam seminggu yang bisa digunakan untuk me time. Atau sesekali saya ajak untuk ikut saya me time, lihat saya main futsal misal. Though it doesn't always work. Karena saya lebih sering dibully daripada dipuji olehnya. Sigh.
Nah, setelah lahir anak pertama variabelnya makin bertambah. Kini ada 2 sosok yang harus "diopeni". Makin challenging. Lahir anak kedua. Wow double combo. Maka skala prioritaskan kita terapkan di semua aktivitas.
Aktivitas yang tidak terlalu memberi added value digeser dulu. Aktivitas yang bisa didelegasikan, ya dicarikan orang lain untuk dikerjakan. Hobi yang menyita waktu dan tidak bisa "disambi", ya dikurangi. Apalagi yang menguras doku. Stop.
Sebaliknya aktivitas yang bisa dilakukan bersama sama, diperbanyak dan dirutinkan. Karena aktivitas seperti ini bisa menambah bounding, selain bisa melepas penat.
Misal berkebun dan cuci mobil bersama, atau main bola berdua, even kita ke masjid bersama saya manfaatkan untuk momen me time bersama anak, sambil kita bercerita atau memasukkan value-value keislaman.
Bahkan saya beberapa kali manfaatkan cuti untuk me time dengan keluarga di rumah. Seperti halnya awal minggu ini. Saya bergantian dengan istri untuk me time dengan anak. Karena anak saya sekarang dua, maka kami bergiliran jaga satu dan lainnya.
We made a list of any activities which cover must do, fun, simple, and of course enhance the bounding. We went to market, car free day, florist, our new friend cafe and resto (tropicana green).
Sedangkan di rumah, saya dan anak pertama refurbish sepeda roda tiga yang sudah 2 tahun tidak dipakai agar bisa dinaiki si bungsu. Lalu kita keliling di sore hari bertiga bersama.
Istri saya pun menyempatkan hampir setengah hari hanya bersama si sulung, karena selama ini dirasa lebih banyak menghabiskan waktu dengan si bungsu. Maka diajaklah si sulung berkeliling dari toko donat hingga reflexy massage. Sementara saya bersama si bungsu di rumah. Every body was happy.
As a couple we need to keep supporting each other, should get better everyday. As a parent we need to take care the children full heartedly. The at the end we elevate our value of "me time", since our family time is now our new me time.
Keep Learning, Keep Growing!!
Sabtu, 22 Juni 2019
Cerita Pasca Menikah : Malam Minggu Yang Lama Takkan Terulang
Istri saya mengandung anak pertama saat usia pernikahan menginjak kira kira 8 bulan. Saat itu, kami masih bisa menikmati momen momen malam minggu dengan santai di tempat makan, jalan-jalan ke mall, dan aktivitas lainnya as a couple.
Kemudian setelah lahir anak pertama, maka saat itulah kami menghabiskan banyak waktu tak lagi berdua, namun bertiga.
Maka tak banyak momen-momen seperti sebelumnya. Tak ada ceritanya duduk duduk santai menikmati kopi atau nongkrong. Tak ada lagi cerita berduaan ke sana ke mari dengan santai.
Situasi berubah menjadi "momong" anywhere-anytime. Beragam scene yang diwarnai dengan tangisan, rengekan, ngamukan khas anak kecil, aksi "pethakilan" tingkat dewa, umek tak berujung, tantrum tak berkesudahan, kita sudah kenyang! Belum lagi bila drama melibatkan anak lain ataupun orang tuanya. Complete! hehe.
Well, inilah fase yang harus kita lewati as a couple. Fase yang berawal dari mengandung, lanjut menggendong, lalu mengandung lagi sambil menggandeng yang besar, dan seterusnya hingga pada akhirnya mereka tumbuh dewasa.
This is phase which makes us as couple to learn by ourselves, since there was not set up yet at our formal education curriculum. We need to learn by sharing w/others, reading many books, googling, and of course by DOING.
This is a phase which I'm sure no body wants to fail. All of us want to see they grow. We don't want to miss this moment. A moment that only come once a life. Tidak akan pernah terulang. Karena semakin lama anak akan semakin besar dan dewasa, sementara kita di waktu yang sama makin tua dan lemah.
Inilah fase dimana banyak pengorbanan dan energi diperlukan. Oleh karenanya, pengingat untuk kita dan saya (terutama), untuk selalu sabar,sabar, dan sabar. Karena kita selalu berharap padaNya agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.
رَبَّنَا هَبۡ لَـنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعۡيُنٍ وَّاجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِيۡنَ اِمَامًا
[Our Lord! Grant us that our spouses and our offspring be a joy to our eyes,and do make us the leaders of the God-fearing. Al Furqan-74]
Keep Learning, Keep Growing!
Rabu, 19 Juni 2019
31 tahun!
Hari ini 30 tahun yang lalu saya genap berusia 1 tahun. Tak banyak yang bisa saya ingat. Selain cerita orang tua jikalau saya tak "doyan" ASI. Lebih banyak saya meminum susu sapi
Hari ini 20 tahun yang lalu saya genap berusia 11 tahun. Hal terbesar yg paling teringat adalah kesempatan pertama saya bepergian ke Jakarta. Berkumpul bersama anak-anak seluruh Indonesia dalam Lomba Mata Pelajaran SD tingkat Nasional.
Hari ini 10 tahun yang lalu saya genap berusia 21 tahun. Hal indah yang paling saya ingat selain aktivitas di kampus Mesin ITS, adalah tinggal dan berkumpul bersama mahasiswa dari seluruh ITS dalam sebuah program beasiswa SDM Iptek dan aktivitas di Kopma Dr Angka ITS.
Semua perjalanan dan pencapaian tersebut bermuara pada hari ini,dimana atas rahmat Allah SWT saya mencapai hari dimana usia saya genap 31 tahun.
Hal indah yang harus banyak saya syukuri adalah keberadaan "keluarga".
Kehadiran istri yang sangat perhatian membuat saya menjadi paham betapa "perhatian" guru atau dosen killer 10-20 tahun yang lalu, sangat bermanfaat untuk saya saat ini. Saya sudah terbiasa,ups.
Kehadiran 2 anak laki laki yang sangat aktif membuat saya betul betul sadar, betapa kedua orang saya dahulu sangat sabar dan luar biasa penyayang. Now I can feel what they feel 30 years ago. Hehe.
Anyway, keberadaan mereka membuat saya makin terpacu untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Love You!(makan2 yuk)
Dan pada akhirnya kehadiran orang-orang di sekeliling saya, baik di tempat kerja, lingkungan rumah, dan komunitas lainnya, membuat saya makin bersyukur akan kemurahan Allah SWT.
Pada hakikatnya kita hidup bukan menambah usia, namun menunggu sisa usia yang makin lama makin habis.
Mudah mudahan kesempatan usia yang tersisa makin barokah hingga bisa bersama-sama menuju jannah Nya bersama keluarga dan orang orang di sekeliling kita yang tercinta.
Keep Learning, Keep Growing!!