--lanjutan dari cerita sebelumnya--
Malam harinya kami berdua pergi memeriksakan diri ke dokter
kandungan. Sengaja kami mencari dokter perempuan. Bagi kami, selama masih ada
dokter kandungan perempuan kami tidak akan datang ke dokter laki-laki.
Semata-mata karena pertimbangan syariah dan kenyamanan dalam pemeriksaan.
Singkat cerita, kami meluncur ke sebuah klinik dokter kandungan.
Kami duduk bersama pasien lainnya di ruang tunggu. Ada pasien yang diantar
suaminya, ada pula yang diantar keluarga besarnya. Maklum praktik dokter
kandungan perempuan di Tuban sangat jarang, wajar bila peminatnya sangat banyak
dan datang dari berbagai pelosok pedesaan.
Menariknya, baru kali ini saya melihat begitu banyak perempuan
dengan perut membesar berkumpul dalam sebuah tempat, at the same time and same moment. Ada yang mungkin baru 4 bulan,
ada pula yang sudah sangat besar, mungkin usia 7-8 bulan.
Sebagai laki-laki yang tidak pernah ke klinik dokter kandungan,
saya takjub menyaksikan pemandangan seperti ini. Terlintas di pikiran, betapa
dahsyatnya efek yang diakibatkan oleh proses ovulasi yang dilakukan sepasang
lawan jenis.
Bagi pria urusan mungkin selesai seketika itu juga di atas ranjang
(bila dilakukan di atas ranjang), namun tidak bagi perempuan. Ini baru
permulaan. Dialah yang akan mengandung selama kurang lebih 9 bulan dan kemudian
baru melahirkan.
Singkat cerita, setelah beberapa pasien saling bergantian keluar dan
masuk, tibalah kami pasangan muda, yang lebih pas terlihat sebagai anak kuliah ketimbang
pasagan suami istri, masuk ke ruang periksa.
Seorang dokter perempuan dan suster menyambut kami berdua. Tidak
ada ekspresi yang spesial, setidaknya sedikit senyuman. Maklum di kota kecil
seperti Tuban pelayanan terhadap konsumen belum sebaik Surabaya.
Setelah ditanya apakah ada keluhan atau tidak, istri saya pun mulai
dipersilahkan untuk berbaring di tempat yang telah disediakan. Bu dokter mulai
menyiapkan alat USG, persis seperti seorang engineer melakukan ultrasonic test untuk melihat defect
pada sebuah logam.
Setelah suster mengolesi perut istri dengan semacam gel, barulah Bu Dokter dengan dinginnya mulai menggerak-gerakan probe diatas
perut istri saya. Tak lama kemudian tampaklah sebuah titik hitam kecil.
Sumber : tyzhainandia.blogspot.com |
Ya! Itulah yang kami tunggu selama 6 bulan pernikahan. Dialah satu-satunya sel kelamin
jantan yang berhasil menembus ovum dan bertransformasi menjadi zygot. Dialah
Sang Juara yang berhasil menyisihkan berjuta-juta sel lainnya dalam
sebuah pertarungan hidup atau mati.
Inilah Sang Juara yang survive
berenang menempuh jarak dan medan yang sangat berat. Bahkan, bila kelak dia
hidup sehat dan dewasa, mungkin inilah pertarungan paling mengerikan yang
pernah dia jalani.
Semoga dengan bekal pengalaman menyisihkan jutaan kompetitor, dia
bisa tumbuh menjadi pemimpin ummat yang bermental juara. Pemimpin yang tumbuh
bukan karena pencitraan, tapi karena memang terlahir dan berkembang untuk menjadi seorang pemimpin.
**
Malam itu kami berdua hanya saling memandang, cengar-cengir, dan (lagi-lagi) speechless.
Sementara itu, saya berbisik dalam hati, Great job buddy!