Jumat, 07 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #7 : Pertanyaan basa-basi yang menohok

Seperti halnya kebanyakan pasangan muda,  kehadiran seorang anak adalah salah hal yang kami tunggu-tunggu. Bahkan “memiliki anak” adalah salah satu resolusi yang kami canangkan di tahun 2013.

Bagi kami, menikmati masa muda akan lebih seru dan menantang ketika ada buah hati. Karena kehadiran anak akan membuat kita berpikir berulang kali tiap kali akan bertindak. Oleh karena itu, secara otomatis kita akan tehindar dari aktivitas yang kurang bermanfaat.

Kami bukannya tidak menyadari konsekuensi memiliki anak kecil di usia muda. Di tahun-tahun awal, tidak akan mudah bagi kami untuk  travelling sesuka hati. Namun bila saatnya nanti sang anak sudah cukup besar dan aman, tentu travelling akan menjadi lebih mengesankan. Bepergian dan bertualang bertiga akan semakin seru.   

Kami tetap tidak berniat menunda momongan. Bagi kami, semakin cepat memiliki momongan, mengakselerasi kami untuk tumbuh lebih “dewasa” dan “matang” lebih cepat.

Getting faster in having children, getting faster in being stable, both in economic and social, means getting faster in readiness to support our family, our younger brothers & sisters. Not to mention that we’re not too old for having grandchildren.”

Faktanya tidak semudah itu kami dikaruniai seorang anak. Meski tak lama, namun kami tetap harus menunggu 6 bulan lamanya, terhitung dari Desember 2012 hingga Agustus 2013. 

Selama periode itu kami menikmati waktu-waktu berdua. Aktivitas kami banyak dihabiskan untuk bepergian bersama, menelusuri jalur-jalur perjalanan yang belum pernah kami lewati, menyewa beberapa film dan menonton bersama di rumah, “kulakan” kain berdua dan riweuh mengikuti bazzar dari satu mall ke mall lainnya.

Hingga saat “kesepian” mulai menghantui kami berdua, orang-orang diluar sana justru semakin gencar melancarkan pertanyaan yang awalnya biasa namun menohok bagi kami pada akhirnya. Hari demi hari, orang terus berganti, namun pertanyaannya tetap sama, “Mas, istrinya sudah isi belum?”atau “ Gimana, sudah mbathi belum istrinya?”

Pada awalnya, kami santai saja menanggapi pertanyaan seperti itu. Namun lama-kelamaan kami mulai gerah juga. Apakah mereka kira kami tidak “jungkir-balik berakrobatik mengerahkan seluruh tenaga” di sepertiga malam terakhir?

Sebuah pelajaran berharga buat kami, berhati-hatilah bila hendak menanyakan hal-hal yang pribadi, entah itu pekerjaan, pernikahan, kehamilan, atau bahkan kelulusan. Meski terkesan basa-basi, namun bisa jadi hal serius bila yang bersangkutan memang memiliki problem dalam hal mendapatkan pekerjaan, mencari jodoh, memiliki momongan, atau menyelesaikan kuliah.


bersambung..



Keep Learning, Keep Growing!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar