Seperti
halnya kebanyakan pasangan muda, kehadiran seorang anak adalah salah
hal yang kami tunggu-tunggu. Bahkan “memiliki anak” adalah salah satu
resolusi yang kami canangkan di tahun 2013.
Bagi
kami, menikmati masa muda akan lebih seru dan menantang ketika ada buah
hati. Karena kehadiran anak akan membuat kita berpikir berulang kali
tiap kali akan bertindak. Oleh karena itu, secara otomatis kita akan
tehindar dari aktivitas yang kurang bermanfaat.
Kami
bukannya tidak menyadari konsekuensi memiliki anak kecil di usia muda.
Di tahun-tahun awal, tidak akan mudah bagi kami untuk travelling sesuka hati. Namun bila saatnya nanti sang anak sudah cukup besar dan aman, tentu travelling akan menjadi lebih mengesankan. Bepergian dan bertualang bertiga akan semakin seru.
Kami
tetap tidak berniat menunda momongan. Bagi kami, semakin cepat memiliki
momongan, mengakselerasi kami untuk tumbuh lebih “dewasa” dan “matang”
lebih cepat.
“Getting
faster in having children, getting faster in being stable, both in
economic and social, means getting faster in readiness to support our
family, our younger brothers & sisters. Not to mention that we’re not too old for having grandchildren.”
Faktanya
tidak semudah itu kami dikaruniai seorang anak. Meski tak lama, namun
kami tetap harus menunggu 6 bulan lamanya, terhitung dari Desember 2012
hingga Agustus 2013.
Selama
periode itu kami menikmati waktu-waktu berdua. Aktivitas kami banyak
dihabiskan untuk bepergian bersama, menelusuri jalur-jalur perjalanan
yang belum pernah kami lewati, menyewa beberapa film dan menonton
bersama di rumah, “kulakan” kain berdua dan riweuh mengikuti bazzar dari satu mall ke mall lainnya.
Hingga
saat “kesepian” mulai menghantui kami berdua, orang-orang diluar sana
justru semakin gencar melancarkan pertanyaan yang awalnya biasa namun
menohok bagi kami pada akhirnya. Hari demi hari, orang terus berganti,
namun pertanyaannya tetap sama, “Mas, istrinya sudah isi belum?”atau “
Gimana, sudah mbathi belum istrinya?”
Pada
awalnya, kami santai saja menanggapi pertanyaan seperti itu. Namun
lama-kelamaan kami mulai gerah juga. Apakah mereka kira kami tidak
“jungkir-balik berakrobatik mengerahkan seluruh tenaga” di sepertiga
malam terakhir?
Sebuah
pelajaran berharga buat kami, berhati-hatilah bila hendak menanyakan
hal-hal yang pribadi, entah itu pekerjaan, pernikahan, kehamilan, atau
bahkan kelulusan. Meski terkesan basa-basi, namun bisa jadi hal serius
bila yang bersangkutan memang memiliki problem dalam hal mendapatkan
pekerjaan, mencari jodoh, memiliki momongan, atau menyelesaikan kuliah.
bersambung..
Keep Learning, Keep Growing!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar