Akhir pekan kemarin saya menghabiskan banyak waktu di Surabaya. Mulai dari berkumpul bersama teman-teman satu kampus, menghadiri resepsi pernikahan 2 orang teman kami, hingga menikmati konser musik di kampus ITS bersama istri tercinta. Kebetulan di ITS sedang diselenggarakan serangkaian acara bertajuk Arch.Project 2013. Selain ada bazar, dimana istri saya dan teman-temannya membuka stand, juga ada lomba fotografi, dan sebai penutup ada penampilan band Indie "Efek Rumah Kaca".
Suasana yang berbeda saya temukan saat penampilan Efek Rumah Kaca. Tidak seperti pertunjukkan konser musik yang pernah saya jumpai sebelumnya, apalagi pertunjukkan dangdut koplo, suasana saat itu sangat classy. Meski hanya diselenggarakan di pelataran parkir Jurusan Teknik Arsitektur, bukan di dalam gedung musik.
Warna musik yang berbeda dan antusiasme penonton-lah yang membuat saya kagum. Sesaat sebelum para pemain Efek Rumah Kaca perform, semua penonton berteriak heboh, seperti halnya kebanyakan pagelaran musik. Namun saat mereka sedang memainkan hits-hitsnya, sebagian besar penonton tampak tenang menikmati, sembari mengikuti alunan lagu. Berbeda dengan pertunjukkan musik lainnya, dimana tak jarang para penonton berjoged dengan brutal hingga menimbulkan perkelahian antar penonton.
Kali ini sungguh berbeda. Saya benar-benar sedang berada diantara para penikmat musik yang tahu bagaimana caranya menikmati konser musik. Oleh karenanya, tiap kali Efek Rumah Kaca baru saja meyelesaikan sebuah lagu, sontak semua penonton pun memberikan applause. Persis seperti pertunjukkan orchestra.
Musik yang mereka bawakan juga cukup nyaman untuk didengar. Bukan tipikal musik yang rumit, namun juga bukan yang kacangan, seperti kebanyakan grup musik kebanyakan. Semua ini diperkuat dengan lirik-lirik yang sangat berkarakter.
**
Efek Rumah Kaca adalah sebuah band indie asal Jakarta yang beranggotakan Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar) (lihat lebih lengkap). Saya mendengar namanya untuk pertama kali di tahun 2007, namun baru kemarin adalah pertama kali saya menikmati penampilannya secara live. Melihat warna musik dan karakteristik penggemarnya, saya teringat catatan Guru Marketing Hermawan Kertajaya, segmented customer. Dan juga misi perusahaan semen asal Swiss, Holcim, yang menyasar segmented customer dalam strategi pemasarannya.
Segmented Customer pada hakikatnya adalah kalangan tertentu yang memiliki karakteristik, kultur, dan selera yang sama. Kelompok ini bukan kelompok seperti kebanyakan kelompok lainnya. Mereka memiliki ciri khas yang membedakannya dengan yang lainnya.
Inilah yang berhasil dibentuk dan diraih oleh Efek Rumah Kaca. Dengan warna musik yang khas dan berbeda dengan kebanyakan grup musik yang ada, mereka berhasil tampil dan merangkul anak-anak muda yang memang jengah dengan tren musik Indonesia saat ini. Efek Rumah Kaca berhasil menawarkan sesuatu yang lebih menarik dan classy.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, dengan keunikan dan perbedaan yang mereka miliki, mereka berhasil melawan mainstream. Sebuah hal yang sejatinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena apapun profesi kita, entah engineer, entrepreneur, designer, lecturer, hingga student sekalipun, selalu ada peluang untuk tampil beda dan menunjukkan keunggulan yang tidak dimiliki rekan lainnya.
Hingga, dalam bahasa yang lebih tinggi lagi, kita bisa menawarkan sesuatu yang baru dan dikenal sebagai sosok yang berbeda. Bahkan bila lebih hebat, kita bisa melawan mainstream atau mungkin bisa sampai membawa tren baru.
After all, selamat berkarya untuk rekan-rekan sekalian!!
Keep Learning, Keep Growing!!
Note : Terima kasih untuk istri saya , Tyzha Inandia, yang mengajak saya menonton Efek Rumah Kaca. Last but not least, terima kasih untuk segenap panitia Arch. Project 2013, selamat dan sukses selalu!
Suasana yang berbeda saya temukan saat penampilan Efek Rumah Kaca. Tidak seperti pertunjukkan konser musik yang pernah saya jumpai sebelumnya, apalagi pertunjukkan dangdut koplo, suasana saat itu sangat classy. Meski hanya diselenggarakan di pelataran parkir Jurusan Teknik Arsitektur, bukan di dalam gedung musik.
Warna musik yang berbeda dan antusiasme penonton-lah yang membuat saya kagum. Sesaat sebelum para pemain Efek Rumah Kaca perform, semua penonton berteriak heboh, seperti halnya kebanyakan pagelaran musik. Namun saat mereka sedang memainkan hits-hitsnya, sebagian besar penonton tampak tenang menikmati, sembari mengikuti alunan lagu. Berbeda dengan pertunjukkan musik lainnya, dimana tak jarang para penonton berjoged dengan brutal hingga menimbulkan perkelahian antar penonton.
Kali ini sungguh berbeda. Saya benar-benar sedang berada diantara para penikmat musik yang tahu bagaimana caranya menikmati konser musik. Oleh karenanya, tiap kali Efek Rumah Kaca baru saja meyelesaikan sebuah lagu, sontak semua penonton pun memberikan applause. Persis seperti pertunjukkan orchestra.
Musik yang mereka bawakan juga cukup nyaman untuk didengar. Bukan tipikal musik yang rumit, namun juga bukan yang kacangan, seperti kebanyakan grup musik kebanyakan. Semua ini diperkuat dengan lirik-lirik yang sangat berkarakter.
**
Efek Rumah Kaca adalah sebuah band indie asal Jakarta yang beranggotakan Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar) (lihat lebih lengkap). Saya mendengar namanya untuk pertama kali di tahun 2007, namun baru kemarin adalah pertama kali saya menikmati penampilannya secara live. Melihat warna musik dan karakteristik penggemarnya, saya teringat catatan Guru Marketing Hermawan Kertajaya, segmented customer. Dan juga misi perusahaan semen asal Swiss, Holcim, yang menyasar segmented customer dalam strategi pemasarannya.
Segmented Customer pada hakikatnya adalah kalangan tertentu yang memiliki karakteristik, kultur, dan selera yang sama. Kelompok ini bukan kelompok seperti kebanyakan kelompok lainnya. Mereka memiliki ciri khas yang membedakannya dengan yang lainnya.
Inilah yang berhasil dibentuk dan diraih oleh Efek Rumah Kaca. Dengan warna musik yang khas dan berbeda dengan kebanyakan grup musik yang ada, mereka berhasil tampil dan merangkul anak-anak muda yang memang jengah dengan tren musik Indonesia saat ini. Efek Rumah Kaca berhasil menawarkan sesuatu yang lebih menarik dan classy.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, dengan keunikan dan perbedaan yang mereka miliki, mereka berhasil melawan mainstream. Sebuah hal yang sejatinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena apapun profesi kita, entah engineer, entrepreneur, designer, lecturer, hingga student sekalipun, selalu ada peluang untuk tampil beda dan menunjukkan keunggulan yang tidak dimiliki rekan lainnya.
Hingga, dalam bahasa yang lebih tinggi lagi, kita bisa menawarkan sesuatu yang baru dan dikenal sebagai sosok yang berbeda. Bahkan bila lebih hebat, kita bisa melawan mainstream atau mungkin bisa sampai membawa tren baru.
After all, selamat berkarya untuk rekan-rekan sekalian!!
Keep Learning, Keep Growing!!
Note : Terima kasih untuk istri saya , Tyzha Inandia, yang mengajak saya menonton Efek Rumah Kaca. Last but not least, terima kasih untuk segenap panitia Arch. Project 2013, selamat dan sukses selalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar