Rabu, 05 Juni 2013

Cerita Pasca Menikah #4 : Rahasia Taklukan Suami

Dulu, saat saya masih ngekos, saya harus pergi keluar untuk mencari makan. Sekalipun memasak, bukan masakan yang rumit. Kalau tidak masak air (untuk membuat kopi, susu, dan teh), ya memasak mie instan. Paling hebat saya membuat sandwich sederhana, itu saja semua bahannya sudah siap saji.

Saya juga bukan tipikal mahasiswa yang suka berpetualang ke sana ke mari demi berburu aneka jenis makanan. Alhasil wawasan saya akan kuliner sangatlah terbatas. Bila tidak nasi pecel untuk sarapan pagi, ya paling banter nasi campur. Sedang, kalau ingin makanan yang sedikit "mewah", kalau tidak nasi padang (tepi Indomaret Keputih), ya nasi sate gulai (Keputih Gang 1).

Hal ini dikarenakan bukan karena saya tidak mampu untuk membeli (tapi pas-pasan..hehehe) makanan yang aneh-aneh, namun lebih karena saya memang tidak terlalu suka makan di luar. Saya lebih suka makan makanan rumahan. Bagi saya, belum ada yang bisa mengalahkan masakan seorang mama.

Inilah yang membuat saya mengidam-idamkan seorang istri yang suka memasak, bukan yang sudah pintar memasak. Sebab, susah tentunya bila harus mencari seorang wanita muda dengan skill memasak tingkat tinggi. Terlebih di era seperti ini, dimana makanan cepat saji banyak tersedia di berbagai tempat. Paling tidak suka memasak. Karena bila sudah "suka", perlahan skill akan meningkat dengan sendirinya seiring jam terbang yang semakin tinggi.

Selain terjamin kebersihan dan kesehatannya, ada ikatan emosional di setiap sendok makanan yang dimasak oleh istri. Meski, seringkali hanyalah sebuah masakan sederhaha, namun tetap saja kelezatan di setiap suapnya bisa meredam emosi yang masih membara di dada dan memikat hati saya,  bisa menyuntikkan semangat di setiap pagi hari, mengobati lelah setelah bekerja seharian, dan tentu saja menaikkan gairah dan semangat (di malam hari hehe). 

Belum lagi suasana romantisme ala pasangan muda di tiap jamuan makan berdua. Bahkan, seandainya hati saya terbuat dari bahan yang getas, sudah barang tentu hati saya akan sering patah. Karena memang, masakan istri selalu membuat saya jatuh hati berkali-kali.

Meski demikian, saya dan istri saya sepakat me-arrange sedemikian rupa sehingga pola makan kami tetap sehat bergizi dan efisien. Sepanjang hari kerja, kami selalu makan di rumah. Sedang di akhir pekan adalah kesempatan kami untuk bergerilnya mencoba menu makanan di luar rumah dan inspirasi untuk memasak di rumah.

Pada akhirnya saya banyak bersyukur memiliki seorang istri yang senang memasak dan bereksperimen dalam menyajikan sebuah makanan. Sehingga bukan hanya sekedar sehat dan kenyang semata, namun juga ada nilai kreatif di tiap makanan yang dimasaknya. 

Sarapan revolusioner. Baru ini saya sarapan french fries, burger tempe, dan fried chicken  ala chef Inan.

Apapun makanannya, sambal tetap harus ada.

Semur daging-tempe.

Ups, kalau ini bukan bikinan istri saya. Ini pesanan istri saya saat makan di sebuah rumah makan. Ya inilah cara istri saya mengedukasi dan memperluas wawasan kuliner saya. Hehe


Pada dasarnya porsi makan saya tidak banyak, juga tidak sedikit. Saya makan secukupnya Tidak sampai terlalu kenyang, namun juga menghilangkan rasa lapar. Walau demikian, ada perasaan dilematis bila saya mulai merasakan kenyang dan istri baru bertanya apakah masakannya enak atau tidak. Karena, bila saya jawab iya, maka saya akan diminta untuk terus menambah makan. Sedang bila saya jawab tidak dan tidak mau menambah makan, ini sama saja artinya membangunkan singa yang sedang tidur pulas.



Keep Learning, Keep Growing!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar