Empat belas tahun silam saya tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa saya bisa pergi ke Jakarta. Karena bagi keluarga saya, sangat sulit bisa pergi ke ibu kota. Selain karena tidak ada saudara dan handai taulan yang bisa dikunjungi, kami pun tidak punya banyak uang untuk sekedar berlibur ke Jakarta. Namun nyatanya berkat doa dari ibu saya, akhirnya saya berangkat juga ke Jakarta. Saya pergi bukan hanya untuk bersenang-senang, namun untuk berlomba bersama teman-teman saya lainnya.
Hingga beberapa tahun kemudian dan lulus SMA, itulah prestasi "ter-amazing" yang pernah saya ukir. Saya tidak membayangkan bisa berkenalan dengan teman-teman dari luar Kabupaten Cilacap. Semua keluarga saya lahir, besar, berkembang, hidup, dan berdomisili di Cilacap.
Tidak heran saya begitu girang bisa berteman dengan anak dari Semarang, Pati, Demak dan Magelang. Saat itu kami sama-sama membawa nama Jawa Tengah di Lomba Mata Pelajaran tingkat Nasional. Meski gagal meraih emas, namun saya masih bangga karena bisa berkontribusi dengan mengamankan juara V di mata pelajaran Seni Rupa hingga Jawa Tengah menjadi Juara Umum kala itu.
Kini, saya sudah tidak terlalu ingat siapa saja teman-teman saya saat itu. Namun ada kebanggaan tersendiri bisa memiliki teman-teman di luar kota saya. Pertemanan ini lahir bukan sekedar asal kenal, namun kenal karena dipertemukan melalui sebuah ajang kompetisi.
Tujuh tahun setelah peristiwa fenomenal itu, saya pun kembali dipersatukan bersama 180 teman lainnya dalam satu angkatan Jurusan Teknik Mesin. Saya banyak memiliki teman mulai dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur. Sesaat saya merasa seperti de javu, berkenalan dan bergaul dengan orang-orang baru dari daerah yang masih asing bagi saya.
Hingga kemudian di suatu hari saat training pengembangan diri di Pesma SDM IPTEK, seorang trainer (Pak Ahmad Guntar) menyampaikan sebuah konsep self development yang diilhami dari pidato mendiang Steve Jobs saat seremoni kelulusan di Harvard University. Pak Guntar membakar semangat kami lewat connecting the dots principle. Persis seperti apa yang disampaikan Steve Jobs.
Alam bawah sadar saya menggiring saya ke medio 97 saat saya berlomba di Jakarta. Kemudian lari lagi ke masa pengkaderan Maba Mesin 2006 (POROS 2006). Saya kemudian berpikir sedikit liar. Bila di usia 10 tahun saja saya bisa melebarkan pergaulan ke level provinsi, kemudian usia 18 tahun merambah level nasional. Maka selambat-lambatnya 10 tahun lagi saya harus sudah bisa menembus level regional atau internasional.
Sedikit terkesan muluk saat itu. Namun bila kita tidak berani bermimpi bagaimana kita bisa meraih sesuatu yang istimewa. Saya teringat quotes yang sangat popular dari Walt Disney, "if you can dream it, you can do it".
Belum juga 4 tahun sejak saya bermimpi seperti itu, Alloh telah membukakan jalan-Nya. Meski hanya merupakan bagian kecil dari tim Tuban Plant Benchmarking, namun saya harus banyak bersyukur bisa menembus hingga level ini. Banyak teman-teman baru dari negeri tetangga yang bisa saya kenal dan menjadi rekan kerja yang baru. Banyak hal dan budaya baru yang telah saya pelajari disini. Dan kesempatan untuk mengembangkan diri di level internasional pun semakin terbuka lebar.
Terus terang kesempatan saya ke Vietnam membuat saya semakin kecil di hadapan Nya. Saya takkan mampu berbuat dan meraih segalanya tanpa pertolongan Nya. Saya langsung teringat impian saya 4 tahun yang lalu akan mimpi ke luar negeri. Sekali lagi, saya membuktikan bahwa kita memang harus berani bermimpi. Bila memang sudah bermimpi maka berusaha dengan keras dan banyak-banyaklah meminta doa. Dan untuk meng-akselerasi doa, jangan lupa meminta doa restu dari ibu kita tercinta.
Sampai jumpa di Indonesia.
Keep Learning, Keep Growing!!
Hingga beberapa tahun kemudian dan lulus SMA, itulah prestasi "ter-amazing" yang pernah saya ukir. Saya tidak membayangkan bisa berkenalan dengan teman-teman dari luar Kabupaten Cilacap. Semua keluarga saya lahir, besar, berkembang, hidup, dan berdomisili di Cilacap.
Tidak heran saya begitu girang bisa berteman dengan anak dari Semarang, Pati, Demak dan Magelang. Saat itu kami sama-sama membawa nama Jawa Tengah di Lomba Mata Pelajaran tingkat Nasional. Meski gagal meraih emas, namun saya masih bangga karena bisa berkontribusi dengan mengamankan juara V di mata pelajaran Seni Rupa hingga Jawa Tengah menjadi Juara Umum kala itu.
Kini, saya sudah tidak terlalu ingat siapa saja teman-teman saya saat itu. Namun ada kebanggaan tersendiri bisa memiliki teman-teman di luar kota saya. Pertemanan ini lahir bukan sekedar asal kenal, namun kenal karena dipertemukan melalui sebuah ajang kompetisi.
Tujuh tahun setelah peristiwa fenomenal itu, saya pun kembali dipersatukan bersama 180 teman lainnya dalam satu angkatan Jurusan Teknik Mesin. Saya banyak memiliki teman mulai dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur. Sesaat saya merasa seperti de javu, berkenalan dan bergaul dengan orang-orang baru dari daerah yang masih asing bagi saya.
Hingga kemudian di suatu hari saat training pengembangan diri di Pesma SDM IPTEK, seorang trainer (Pak Ahmad Guntar) menyampaikan sebuah konsep self development yang diilhami dari pidato mendiang Steve Jobs saat seremoni kelulusan di Harvard University. Pak Guntar membakar semangat kami lewat connecting the dots principle. Persis seperti apa yang disampaikan Steve Jobs.
Alam bawah sadar saya menggiring saya ke medio 97 saat saya berlomba di Jakarta. Kemudian lari lagi ke masa pengkaderan Maba Mesin 2006 (POROS 2006). Saya kemudian berpikir sedikit liar. Bila di usia 10 tahun saja saya bisa melebarkan pergaulan ke level provinsi, kemudian usia 18 tahun merambah level nasional. Maka selambat-lambatnya 10 tahun lagi saya harus sudah bisa menembus level regional atau internasional.
Sedikit terkesan muluk saat itu. Namun bila kita tidak berani bermimpi bagaimana kita bisa meraih sesuatu yang istimewa. Saya teringat quotes yang sangat popular dari Walt Disney, "if you can dream it, you can do it".
Belum juga 4 tahun sejak saya bermimpi seperti itu, Alloh telah membukakan jalan-Nya. Meski hanya merupakan bagian kecil dari tim Tuban Plant Benchmarking, namun saya harus banyak bersyukur bisa menembus hingga level ini. Banyak teman-teman baru dari negeri tetangga yang bisa saya kenal dan menjadi rekan kerja yang baru. Banyak hal dan budaya baru yang telah saya pelajari disini. Dan kesempatan untuk mengembangkan diri di level internasional pun semakin terbuka lebar.
Terus terang kesempatan saya ke Vietnam membuat saya semakin kecil di hadapan Nya. Saya takkan mampu berbuat dan meraih segalanya tanpa pertolongan Nya. Saya langsung teringat impian saya 4 tahun yang lalu akan mimpi ke luar negeri. Sekali lagi, saya membuktikan bahwa kita memang harus berani bermimpi. Bila memang sudah bermimpi maka berusaha dengan keras dan banyak-banyaklah meminta doa. Dan untuk meng-akselerasi doa, jangan lupa meminta doa restu dari ibu kita tercinta.
Sampai jumpa di Indonesia.
Kien Luong District, Vietnam 2012 |
Keep Learning, Keep Growing!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar