Kamis, 30 Agustus 2018

Fail to Plan - Plan to Fail

Ada sebuah quote yang sangat dalam maknanya, fail to plan - plan to fail. Bila kita gagal dalam membuat rencana, sama halnya kita sedang merencanakan kegagalan kita sendiri.

Dalam banyak aspek dalam hidup kita, kita memiliki domain untuk merencanakan sesuatu sebelum akhirnya, Allah-lah yang akan menentukan, man propose, god dispose. Paduan ikhtiar dan doa.

Begitu pula dalam aktivitas operasional pabrik. Dikatakan sebuah pabrik yang memiliki performa baik, bila indeks NAI, PRI, dan OEE, memenuhi target. Tentu pencapaian itu tidak akan lepas dari performa Maintenance yang efisien. Dimana di dalam maintenance, ada unsur Planner yang merancang dan menjadwal segala aktivitas maintenance hingga terselenggara dengan tertib. Tertib biaya, tertib waktu, dan tepat sasaran.

Sama seperti yang dituliskan Jamil Azzain dalam bukunya, Tuhan Inilah Proposal Hidupku. Demi sebuah kesukesan acara 17-an yang hanya terselenggara dalam hitungan hari. Namun perencanaan dan persiapannya dilakukan berminggu-minggu sebelumnya.

Itu hanya untuk acara 17-an dan sebuah operasional pabrik, perencanaan sesuatu yang sangat serius. Apalagi untuk kehidupan akhirat yang kekal, maka perencanaan hidup atau beken disebut life planning akan menjadi sebuah hal yang perlu kita sikapi dengan sungguh-sungguh. 

Karena kita perlu merencanakan hidup kita agar waktu yang singkat ini bisa lebih bernilai dan bermanfaat atau kalau kata anak gaul yang baru hijrah menyebutnya "berkah".

Hingga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi atau menyia-nyiakan nikmat waktu dan kesempatan.

**
Alkisah ada 2 orang sahabat yang sama-sama dirawat di sebuah sakit jiwa, sebut saja Bang Bokir dan Bang Jack. Suatu ketika Bang Jack berkeluh kesah kepada Bang Bokir. Disampaikannya bahwa dia mulai jenuh dirawat di rumah sakit. Setali tiga uang, Bang Bokir pun sudah bosan tinggal di rumah sakit jiwa. Lalu munculah ide untuk melarikan diri. Mereka pun mulai berdiskusi merancang aksinya dan tentu berbagi tugas.

Rencana disiapkan sedemikian rapinya. Disusunnya pula rute melarikan diri hingga detail. Bang Bokir, sebelumnya adalah tukang mekanik, dia ditugaskan untuk menjebol gembok pintu gerbang dan melumpuhkan penjaga. Sementara Bang Jack, sebelumnya adalah tukang listrik, dia ditugaskan untuk menon-aktifkan semua sistem kamera pengintai dan sistem komunikasi.

Hari yang dinantikan telah tiba. Dua orang sahabat yang telah bulat tekadnya untuk meninggalkan rumah sakit jiwa pun mulai melangkahkan kaki. Mereka mengendap-endap dari satu titik ke titik berikutnya. Disusurinya lorong rumah sakit bersama-sama.

Alangkah terkejutnya mereka, sesampainya di dekat pintu gerbang mereka menemukan tak ada penjaga yang bertugas. Pintu gerbang dalam kondisi terbuka lebar. Dicarinya control dan power panel, ternyata listrik pun dalam kondisi mati. Tentu saja tak ada kamera pengintai dan sistem komunikasi  pun tak berfungsi.

Lalu keduanya pun memutuskan tidak jadi kabur sambil menggerutu, "Ah payah, ndak sesuai rencana!"

Mereka pun balik kanan kembali masuk ke dalam rumah sakit dengan jengkel.



Keep Learning, Keep Growing!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar