Konon di
sebuah negeri terdapatlah seorang pemuda yang sangat ulet. Kerja kerasnya
selama bertahun-tahun membawanya tumbuh menjadi seorang pengusaha yang kaya raya. Kekayaannya
meliputi tanah perkebunan, lahan pertanian hingga beberapa peternakan. Tak cukup
disitu, kekayaan yang melimpah telah membuat masyarakat sekitar sangat hormat
kepadanya.
Hingga
pada suatu hari tersiar kabar Sang Raja di negeri tersebut bermaksud menggelar
sebuah pesta untuk orang-orang terdekatnya. Pesta itu akan digelar di istana
kerajaan selama dua hari dua malam dan pemuda tersebut menjadi salah satu orang
yang diundang Sang Raja.
Hingga
waktunya tiba, sang pemuda kaya pun datang memenuhi undangan tersebut.
Pada hari
pertama dia datang ke pesta dengan menngunakan pakaian terbaik yang dia punya.
Mulai dari sepatu, celana hingga baju, semuanya terbuat dari bahan dan model
terbaik di eranya. Sesampainya di pintu masuk istana dia pun disambut bak tamu
agung oleh para pengawal.
Malam itu
dia juga suskes menyihir para tamu undangan. Selama pesta berlangsung tak
sedikit orang-orang yang mengerumuninya.
Sedang di
hari kedua dia mengubah penampilannya. Dia mengganti pakaian terbaiknya dengan
pakaian yang sederhana layaknya rakyat kecil kebanyakan. Tak nampak lagi hal istimewa
seperti malam sebelumnya.
Alhasil
dia pun diusir oleh pengawal istana saat hendak memasuki istana. Jangankan
masuk ke dalam istana, mendekati pintu masuk pun dia dilarang. Tak ada lagi
sorot mata yang memandangi dirinya.
Pada saat
itulah dia berpikir, bila memang yang
dinilai adalah pakaianku, mengapa aku harus senang dan bangga. Sebaliknya, bila
yang dihina bukan diriku melainkan pakaianku, mengapa aku pun harus bersedih
dan berkecil hati?
**
Jika kita
begitu dihormati dan disanjung oleh kebanyakan
orang, tidak perlu kita terlalu bangga atau senang. Sebaliknya bila kita dihina dan dicaci janganlah
kita terlalu bersedih. Belum tentu yang dilihat dan dinilai oleh orang lain
selalu benar. Karena tidak semua yang kita miliki harus terlihat oleh orang
lain.
Cukuplah
pujian dan cacian dijadikan renungan untuk terus selalu memperbaiki diri. Bukankah
Sang Khalik pun menilai kita bukan dari
harta atau jabatan yang kita miliki, melainkan semata-mata dari keimanan dan
ketakwaan.
Semoga
kita selalu terjaga dari berbagai penyakit hati, saling mengingatkan dan selalu semangat untuk terus
berlomba-lomba mengumpulkan kebaikan.
Semata-mata untuk mendapat ridlo-Nya.
Keep Learning
Keep Growing!!