Malam ini adalah malam ke 80 sejak saya berikrar untuk sehidup-semati dengan seorang gadis penuh bakat, Tyzha Inandia. Perkenalan singkat yang tak pernah direncanakan sebelumnya, namun justru sukses berujung pada janji suci di depan mimbar Masjid Manarul Ilmi-ITS.
Seperti aliran mata air yang seakan telah ditakdirkan akan mengalir deras dan berakhir di samudera lepas. Sejak perkenalan itu seringkali kami berdiskusi singkat. Dari situlah kami pelan-pelan menyadari betapa banyak hal yang sama di antara kami. Agama, tentu saja! Membaca buku iya. Betah untuk berlama-lama di perpustakan pun iya. Mengajar iya. Melukis oke. Menulis, iya dong (khusus untuk satu ini, saya jauh di bawahnya). Ber-organisasi, iya. Menjadi pembicara dalam sebuah pelatihan, iya! Pergi ke pameran lukisan, apalagi! Dan masih banyak hal-hal kecil yang membuat kami menemukan sebuah hal besar yang mungkin/perlu/bisa/harus diwujudkan. Menikah!
**
Pernah saya menulis sebuah status di social media. Bahwa menikah bukan hanya menyatukan dua insan berbeda kelamin. Lebih dari itu, menikah adalah menyatukan impian-impian kecil menjadi sebuah impian besar yang diperjuangkan bersama. Tentu saja dengan berbekal bakat, potensi dan talenta yang tertanam secara alami di tiap individu dan secara otomatis menutupi semua kelemahan yang mengiringinya.
Sampai hari ini, impian untuk mengelola peternakan dan yayasan sosial, memimpin sebuah perusahaan, melanjutkan pendidikan ke jenjang master dan mengajar sebuah kelas, bisa jadi terdengar sangat idealis namun saya pastikan bahwa itu semua masih hidup bagai api di sanubari saya. Belum lagi bila dipadukan dengan cita-cita untuk mejadi seorang social-entrepreneur, memiliki butik, merinitis intregated cafe'n bookstore, berpose di depan menara Eiffel, dan mengejar gelar master.
**
Selanjutnya, menikah bagi kami bukanlah sebuah puncak ataupun akhir. Karena kami tetap harus berlari lebih cepat, mendaki tanpa lelah, terus berpeluh keringat, dan berjuang lebih keras untuk mewujudkan impian kami. Bukan hal yang mudah tapi kami yakin selalu ada jalan untuk setiap orang bersungguh-sungguh, Man Jadda Wa Jadda! Karena inilah yang kami sebut sebagai proses.
Tidak terlihat, namun sangat terasa. Tanggung jawab semakin besar. Malu bila kami bermalas-malasan dan tidak produktif. Sebagai seorang insinyur muda, saya semakin terlecut untuk bekerja lebih keras dan belajar lebih gigih. Tentu untuk mengejar gap dengan para insinyur senior. Sebagai seorang pengusaha pemula, istri saya pun demikian. Semakin serius dengan bisnisnya. Makin cermat berhitung dengan uang dan makin sigap dengan peluang yang lewat. Apalagi jika bukan karena aktualisasi diri.
Kami saling support satu sama lain. Sebab berlari bersama bukan hal yang mudah bila salah satu dari kami mulai kelelahan. Oleh karenanya selalu ada peran dia di tiap ayunan langkah saya, pun begitu juga sebaliknya. Tak terkecuali apa yang kami lalui hari ini.
Kami berdiskusi dan berkolaborasi sepanjang hari. Saya dengan senang hati membantunya dalam menyusun sebuah presentasi yang berbeda dengan kebanyakan, menarik dan membangkitkan semangat dari audience, (seperti presentasi yang banyak dilihat di link berikut). Baginya, diskusi di antara kami telah memudahkannya dalam memutuskan apa dan bagaimana slide yang akan dibuat. Sedang bagi saya, saya banyak belajar beberapa trik menarik dalam memilih font, lay out, dan desain visual.
***
Ya, akhir minggu ini istri saya mendapat amanah untuk berbicara di depan puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Di sebuah acara yang bertajuk Journalism Basic Insting, dia memiliki kesempatan emas untuk berbagi ilmu dan pengalamannya yang didapat selama malang-melintang di dunia jurnalistik kampus.
Lagi-lagi saya teringat akan impian kami untuk mengajar pada suatu hari nanti. Saya membayangkan sekaligus berdoa, kelak saat kami telah lanjut usia. Kami ingin menghabiskan umur yang tersisa dengan berbagi ilmu dan pengalaman. Tentu saja, dengan ilmu yang bermanfaat kami bisa berharap banyak bahwa masa depan dan peradaban akan menjadi lebih baik.
****
Pada akhirnya, saya harus mengakui betapa aura semangat dan roh dari soundtrack 5 cm sangat menyentuh hati. Lirik yang memang tepat menancap di tiap pasangan muda yang memutuskan menikah dan bersama mengejar impian-impiannya.
Seperti aliran mata air yang seakan telah ditakdirkan akan mengalir deras dan berakhir di samudera lepas. Sejak perkenalan itu seringkali kami berdiskusi singkat. Dari situlah kami pelan-pelan menyadari betapa banyak hal yang sama di antara kami. Agama, tentu saja! Membaca buku iya. Betah untuk berlama-lama di perpustakan pun iya. Mengajar iya. Melukis oke. Menulis, iya dong (khusus untuk satu ini, saya jauh di bawahnya). Ber-organisasi, iya. Menjadi pembicara dalam sebuah pelatihan, iya! Pergi ke pameran lukisan, apalagi! Dan masih banyak hal-hal kecil yang membuat kami menemukan sebuah hal besar yang mungkin/perlu/bisa/harus diwujudkan. Menikah!
**
Pernah saya menulis sebuah status di social media. Bahwa menikah bukan hanya menyatukan dua insan berbeda kelamin. Lebih dari itu, menikah adalah menyatukan impian-impian kecil menjadi sebuah impian besar yang diperjuangkan bersama. Tentu saja dengan berbekal bakat, potensi dan talenta yang tertanam secara alami di tiap individu dan secara otomatis menutupi semua kelemahan yang mengiringinya.
Sampai hari ini, impian untuk mengelola peternakan dan yayasan sosial, memimpin sebuah perusahaan, melanjutkan pendidikan ke jenjang master dan mengajar sebuah kelas, bisa jadi terdengar sangat idealis namun saya pastikan bahwa itu semua masih hidup bagai api di sanubari saya. Belum lagi bila dipadukan dengan cita-cita untuk mejadi seorang social-entrepreneur, memiliki butik, merinitis intregated cafe'n bookstore, berpose di depan menara Eiffel, dan mengejar gelar master.
**
Selanjutnya, menikah bagi kami bukanlah sebuah puncak ataupun akhir. Karena kami tetap harus berlari lebih cepat, mendaki tanpa lelah, terus berpeluh keringat, dan berjuang lebih keras untuk mewujudkan impian kami. Bukan hal yang mudah tapi kami yakin selalu ada jalan untuk setiap orang bersungguh-sungguh, Man Jadda Wa Jadda! Karena inilah yang kami sebut sebagai proses.
Tidak terlihat, namun sangat terasa. Tanggung jawab semakin besar. Malu bila kami bermalas-malasan dan tidak produktif. Sebagai seorang insinyur muda, saya semakin terlecut untuk bekerja lebih keras dan belajar lebih gigih. Tentu untuk mengejar gap dengan para insinyur senior. Sebagai seorang pengusaha pemula, istri saya pun demikian. Semakin serius dengan bisnisnya. Makin cermat berhitung dengan uang dan makin sigap dengan peluang yang lewat. Apalagi jika bukan karena aktualisasi diri.
Kami saling support satu sama lain. Sebab berlari bersama bukan hal yang mudah bila salah satu dari kami mulai kelelahan. Oleh karenanya selalu ada peran dia di tiap ayunan langkah saya, pun begitu juga sebaliknya. Tak terkecuali apa yang kami lalui hari ini.
Kami berdiskusi dan berkolaborasi sepanjang hari. Saya dengan senang hati membantunya dalam menyusun sebuah presentasi yang berbeda dengan kebanyakan, menarik dan membangkitkan semangat dari audience, (seperti presentasi yang banyak dilihat di link berikut). Baginya, diskusi di antara kami telah memudahkannya dalam memutuskan apa dan bagaimana slide yang akan dibuat. Sedang bagi saya, saya banyak belajar beberapa trik menarik dalam memilih font, lay out, dan desain visual.
***
Ya, akhir minggu ini istri saya mendapat amanah untuk berbicara di depan puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Di sebuah acara yang bertajuk Journalism Basic Insting, dia memiliki kesempatan emas untuk berbagi ilmu dan pengalamannya yang didapat selama malang-melintang di dunia jurnalistik kampus.
Sumber : www.facebook.com/jbifkua2013/photos_stream |
Lagi-lagi saya teringat akan impian kami untuk mengajar pada suatu hari nanti. Saya membayangkan sekaligus berdoa, kelak saat kami telah lanjut usia. Kami ingin menghabiskan umur yang tersisa dengan berbagi ilmu dan pengalaman. Tentu saja, dengan ilmu yang bermanfaat kami bisa berharap banyak bahwa masa depan dan peradaban akan menjadi lebih baik.
****
Pada akhirnya, saya harus mengakui betapa aura semangat dan roh dari soundtrack 5 cm sangat menyentuh hati. Lirik yang memang tepat menancap di tiap pasangan muda yang memutuskan menikah dan bersama mengejar impian-impiannya.
"....Melangkah di bawah mentari yang sama
Mencari tempat kita di masa depan
Berjanji kita tak akan putus asa
Walaupun semua tak akan mudah...."
Mencari tempat kita di masa depan
Berjanji kita tak akan putus asa
Walaupun semua tak akan mudah...."
Bila sudah demikian, apa yang ditunggu lagi bila pasangan sudah siap, bekal untuk hidup sudah ada? Menikah akan membuat segalanya makin mudah!
Keep Learning, Keep Growing!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar