Akhir minggu lalu saya terbang dari bandara Juanda
menuju Soetta. Seperti halnya penerbangan sebelumnya saya terbang menjelang
malam dan tiba di Bogor sebelum tengah malam. Namun yang berbeda dari
penerbangan kali ini. Saya mendapat “training” gratis dari seorang trainer dan businesman selama perjalanan.
Awalnya
saya tidak menaruh perhatian pada orang yang duduk di dekat saya. Hingga
kemudian saya memergoki beliau sedang mengerjakan materi seminar dan sesekali
membaca buku rangkuman HBR (Harvard Business Review). Saat saya melihat
namanya, rasa-rasanya saya tidak asing dengan beliau.
Kemudian
saya memberanikan diri bertanya kepadanya untuk memastikan bahwa beliau adalah
orang yang sering saya dengar di radio. Singkat cerita obrolan kami pun semakin
akrab saat saya tahu bahwa beliau adalah orang yang saya maksud.
Dari
obrolan yang hanya berkisar masalah aktivitas masing-masing hingga cerita keseharian beliau. Saya selalu
mengusahakan untuk bertanya dengan pertanyaan terbuka. Secara umum, saya hanya melemparkan
dua pertanyaan besar, yaitu bagaimana caranya hingga bsia menajdi trainer dan
apa yang beliau lakukan saat berusia 25 tahun.
Dua pertanyaaan
sederhana tersebut mebuat pembicaraan kami berkembang ke sana kemari. Hingga
akhirnya saya serasa mendapat kuliah gratis selama 1 jam. Dari pembicaraan
tersebut saya dapat merangkum pesan beliau menjadi 3 poin besar.
1. Networking currency
Beliau banyak berpesan tentang
pentingnya “memberi”. Memberi dalam hal ini berarti kita harus memiliki “sesuatu”
yang bisa kita berikan kepada sekitar kita. Bisa materi maupun materi. Dalam
bahasa lain kita harus memiliki semacam “valuable things” yang bisa kita
kontribusikan. Beliau menyebutnya dengan “networking
currency”, dengan demikian kehadiran kita selalu memberi manfaat.
2.
Zig Zag
Setelah mengetahui bahwa saya memulai
karir dari posisi engineer, beliau
berpesan agar saya tidak terlalu lama berkiprah di bidang pekerjaan yang banyak
berhubungan dengan asepek teknis. Sebisa mungkin bila ada kesempatan untuk
mencoba bidang lain, maka ambillah.
Karir tidak selalu harus diraih
secara “vertical” (urut sesuai strata
organisasi), namun bisa zig-zag (berpindah-pindah dari satu fungsi ke fungsi
pekerjaan yang lain). Bila ingat petuah ayah saya, berpindah-pindah fungsi
membuat pandangan kita akan semakin luas. Sehingga in case of kita dipercaya
menjadi pemimpin, bisa mengambil keputusan dalam berbagai sudut pandang dan
kepentingan.
3. Stay hungry stay foolish
Seperti halnya kebanyakan orang sukses,
beliau berpesan untuk terus belajar meski tidak lagi berstatus mahasiswa.
Setidaknya setelah lulus saya belajar tanpa harus takut memperoleh nilai yang
kecil. Hal-hal yang dipelajari pun bukan lahgi sesuatu yang secara fisik bisa
dilihat. Bial dulu belajar kalkulus maka kini belajar teamwork. Bila dulu belajar mekanika fluida, maka kini bila tidak
mempelajari communication skill, maka
segalanya tampak lebih sulit.
Pesan beliau mengingatkan saya kepada pesan
dari mendiang Steve Jobs, stay hungry
stay foolish
Meski
ketiga poin di atas tidak asing bagi kita, namun conversation kemarin cukup me-refresh
semangat saya. Di akhir cerita beliau mengejutkan saya, “Dik masa depan dunia training masih menjanjikan, sekali-kali cobalah”.
Saya memang
menyukai dunia training, namun bukan sekarang. Saat ini saya masih menikmati
peran sebagai seorang engineer. Ya
itulah perbincangan singkat saya dengan Tanadi Santoso.
Sumber : tanadisantoso.com |
Keep
learning Keep Growing!!
*Saya mulai mengenal Tanadi Santoso sejak SMP melalui program Business Wisdom yang disiarkan oleh sebuah jaringan radio komersil.
**Ingin mengenal beliau lebih dekat, silahkan kunjungi www.tanadisantoso.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar