Kamis, 04 Oktober 2012

Kuliah Gratis di Pesawat


Akhir  minggu lalu saya terbang dari bandara Juanda menuju Soetta. Seperti halnya penerbangan sebelumnya saya terbang menjelang malam dan tiba di Bogor sebelum tengah malam. Namun yang berbeda dari penerbangan kali ini. Saya mendapat “training” gratis dari seorang trainer dan businesman selama perjalanan.

Awalnya saya tidak menaruh perhatian pada orang yang duduk di dekat saya. Hingga kemudian saya memergoki beliau sedang mengerjakan materi seminar dan sesekali membaca buku rangkuman HBR (Harvard Business Review). Saat saya melihat namanya, rasa-rasanya saya tidak asing dengan beliau.

Kemudian saya memberanikan diri bertanya kepadanya untuk memastikan bahwa beliau adalah orang yang sering saya dengar di radio. Singkat cerita obrolan kami pun semakin akrab saat saya tahu bahwa beliau adalah orang yang saya maksud.

Dari obrolan yang hanya berkisar masalah aktivitas masing-masing  hingga cerita keseharian beliau. Saya selalu mengusahakan untuk bertanya dengan pertanyaan terbuka. Secara umum, saya hanya melemparkan dua pertanyaan besar, yaitu bagaimana caranya hingga bsia menajdi trainer dan apa yang beliau lakukan saat berusia 25 tahun.

Dua pertanyaaan sederhana tersebut mebuat pembicaraan kami berkembang ke sana kemari. Hingga akhirnya saya serasa mendapat kuliah gratis selama 1 jam. Dari pembicaraan tersebut saya dapat merangkum pesan beliau menjadi 3 poin besar.

1.      Networking currency
Beliau banyak berpesan tentang pentingnya “memberi”. Memberi dalam hal ini berarti kita harus memiliki “sesuatu” yang bisa kita berikan kepada sekitar kita. Bisa materi maupun materi. Dalam bahasa lain kita harus memiliki semacam “valuable things” yang bisa kita kontribusikan. Beliau menyebutnya dengan “networking currency”, dengan demikian kehadiran kita selalu memberi manfaat.

2.      Zig Zag
Setelah mengetahui bahwa saya memulai karir dari posisi engineer, beliau berpesan agar saya tidak terlalu lama berkiprah di bidang pekerjaan yang banyak berhubungan dengan asepek teknis. Sebisa mungkin bila ada kesempatan untuk mencoba bidang lain, maka ambillah.

Karir tidak selalu harus diraih secara “vertical” (urut sesuai strata organisasi), namun bisa zig-zag (berpindah-pindah dari satu fungsi ke fungsi pekerjaan yang lain). Bila ingat petuah ayah saya, berpindah-pindah fungsi membuat pandangan kita akan semakin luas. Sehingga in case of kita dipercaya menjadi pemimpin, bisa mengambil keputusan dalam berbagai sudut pandang dan kepentingan.

3.      Stay hungry stay foolish
Seperti halnya kebanyakan orang sukses, beliau berpesan untuk terus belajar meski tidak lagi berstatus mahasiswa. Setidaknya setelah lulus saya belajar tanpa harus takut memperoleh nilai yang kecil. Hal-hal yang dipelajari pun bukan lahgi sesuatu yang secara fisik bisa dilihat. Bial dulu belajar kalkulus maka kini belajar teamwork. Bila dulu belajar mekanika fluida, maka kini bila tidak mempelajari communication skill, maka segalanya tampak lebih sulit.

 Pesan beliau mengingatkan saya kepada pesan dari mendiang Steve Jobs, stay hungry stay foolish

Meski ketiga poin di atas tidak asing bagi kita, namun conversation kemarin cukup me-refresh semangat saya. Di akhir cerita beliau mengejutkan saya, “Dik masa depan dunia training masih menjanjikan, sekali-kali cobalah”. 

Saya memang menyukai dunia training, namun bukan sekarang. Saat ini saya masih menikmati peran sebagai seorang engineer. Ya itulah perbincangan singkat saya dengan Tanadi Santoso.

Sumber : tanadisantoso.com


Keep learning Keep Growing!!

*Saya mulai mengenal Tanadi Santoso sejak SMP melalui program Business Wisdom yang disiarkan oleh sebuah jaringan radio komersil.
**Ingin mengenal beliau lebih dekat, silahkan kunjungi www.tanadisantoso.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar