Re-inventing your self. Itu adalah judul sebuah artikel yang
beredar di grup whatsapp beberapa hari yang lalu. Isinya cukup menarik bagi
saya. Sebuah proses menemukan-lalu menumbuhkan kembali diri sendiri dengan
tampilan yang berbeda dan lebih baik. Diceritakan beberapa perusahaan musti
re-inventing karena tuntutan zaman, yang justru membuatnya tidak hanya sekedar
bertahan hidup, namun justru bisa tampil lebih unggul.
Tuntutan re-inventing sebenarnya tidak hanya relevan dengan
kondisi perusahaan yang terdesak dengan kondisi pasar/zaman. Idealnya,
re-inventing sudah menjadi siklus bagi siapapun yang selalu ingin tumbuh. Sama
halnya dahan sebuah pohon yan selalu tumbuh bergerak ke arah sinar matahari
datang.
Situasi ini mengingatkan saya jadi teringat saat selesai
wisuda. Masa kuliah telah usai, nilai IPK sudah keluar, karir organisasi telah
paripurna, dan status mahasiswa pun sukses ditanggalkan. Saatnya bergerak ke step selanjutnya, dunia pasca kampus.
Tak mudah awalnya. Saya tahu apa yang sejak dulu ingin saya tuju dan
saya hindari, tapi belum cukup yakin bagaimana caranya menuju ke arah sana. Setelah dipikirkan dengan masak, akhirnya mengerucutlah dua tujuan besar yang harus dikejar , yaitu
bekerja di multinational company dan sesegera mungkin berkeluarga, serta satu hal yang (kalau bisa) dihindari, yaitu profesi engineer
(lol).
Saya sejak awal lebih ingin berkarir di multinational
company karena beberapa pertimbangan. Pertama saya ingin scale up, dari yang
awalnya berinteraksi dengan teman-teman dalam level nasional, naik menjadi
internasional. Kedua, kesempatan untuk belajar (sekaligus mempraktekan)
keterampilan berbahasa asing pasti akan makin terasah. Ketiga, ada keinginan
besar untuk mensejajarkan diri dengan rekan dari bangsa lain. Keempat,
bergabung dengan multinational company tentu akan membuat peluang mendapatkan
overseas opportunity makin besar.
Gaji? Tidak terlalu menjadi pertimbangan, karena bagi saya poin 1 hingga 4 sudah cukup menggambarkan berapa pasaran gaji yang akan diterima.
Kelima, ini adalah keinginan yang terdengar agak kurang nyambung.
Pertimbangan yang kelima,saya ingin kerja di kota kelahiran saya, Cilacap.
Ini lebih karena saya ingin memenuhi permintaan orang tua saya. Beliau ingin
saya kembali ke rumah. Tapi siapa sangka, justru poin inilah yang akhirnya
memudahkan saya meraih poin 1 hingga poin 4.
Begini ceritanya, tiga bulan setelah lulus kuliah, saya mulai
bekerja di sebuah multinational company. Sembilan bulan selanjutnya, saya
dipindahkan ke Cilacap. Masya Allah, setelah tercapai keingingan saya di poin
1 (berkarir di multinational company), lalu terwujud poin 5 (kerja di kota kelahiran saya, Cilacap). Selanjutnya, berkat doa orang tua, poin 2 hingga 4
nampak begitu mudah.
Lima bulan berikutnya saya dikirim ke Vietnam selama satu
bulan. Sepulang dari Vietnam, saya dipindah ke Tuban dan bergabung dengan tim
project sebagai Mechanical Engineer. Tugas saya meliputi pekerjaan engineering
untuk project yang terkait auxiliary facilities, seperti fire
protection, water supply, workshop facility, warehouse facility, dan modifikasi
palletizer facilities.
Dalam kesehariannya, saya melapor langsung ke seorang manager
berkebangsaan Rumania. Di tim project saya terbiasa berinteraksi dengan rekan dari
berbagai negara, Canada, Rumania, Mexico, India, Kolombia, Jerman dan
sebagainya. Di sela-sela periode tersebut, saya menikah saat usia baru 24 tahun.
Dua tahun di tim project, saya lalu bergabung di tim
operasional sebagai Maintenance Engineer dengan tanggung jawab riset dan modifikasi
yang terkait peningkatan performa alat, pekerjaan terkait capex project, dan
root cause analysis untuk beberapa trouble
di pabrik yang terjadi berulang kali dan menyebabkan durasi stop yang
panjang.
Tidak sampai dua tahun di tim operasional, saya mendapatkan
kesempatan untuk ke Kenya, Afrika. Selama tiga minggu disana, saya menjalani program
pengembangan diri untuk sertifikasi sebagai Preventive Maintenance Engineer. Setahun
setelahnya, saya mempresentasikan sebuah proyek yang berhasil diselesaikan
dalam waktu 9 bulan dengan tema peningkatan efisiensi performa unit pengemasan
semen.
Alhamdulillah, saya sukses melewati fase sertifikasi tersebut bersama
sekitar 30-an rekan engineer dari negara lain.
Dalam rentang waktu lima tahun, semua yang
dicita-citakan saat selesai kuliah, baik yang terkait pekerjaan maupun keluarga
telah diraih. Kini saya memasuki lagi siklus re-inventing. Sama persis saat
selesai wisuda.
**
Seperti yang diceritakan dalam artikel re-inventing your
self, inilah saat nya saya menganalisis dan mengkaji current strength dalam
diri saya. Lalu mendefinisikan area baru (green field) yang memungkinkan saya
untuk tumbuh. Selanjutnya, tentukan strength dan knowledge apa yang perlu
terus dikembangkan untuk memasuki green field area. Terakhir, saya harus beranikan diri
untuk bergerak dan terus menantang diri sendiri agar tetap tumbuh.
Well, bukan step yang mudah untuk diselesaikan dalam waktu
semalam. Setidaknya perlu dimulai dari sekarang.
Bila dua tujuan besar telah
diraih, bekerja di multinational company dan berkeluarga. Maka starting point
selanjutnya bisa saya awali dengan mewujudkan satu hal yang sedari dulu justru
ingin saya hindari namun belum juga berhasil yaitu profesi engineer.
Yes, it’s time for re-inventing my self and going to next
level, beyond the engineer.
Doakan saya.
Keep Learning, Keep Growing!!