Kamis, 13 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #9 : Kunjungan Perdana Ke Dokter Kandungan

--lanjutan dari cerita sebelumnya--

Malam harinya kami berdua pergi memeriksakan diri ke dokter kandungan. Sengaja kami mencari dokter perempuan. Bagi kami, selama masih ada dokter kandungan perempuan kami tidak akan datang ke dokter laki-laki. Semata-mata karena pertimbangan syariah dan kenyamanan dalam pemeriksaan.

Singkat cerita, kami meluncur ke sebuah klinik dokter kandungan. Kami duduk bersama pasien lainnya di ruang tunggu. Ada pasien yang diantar suaminya, ada pula yang diantar keluarga besarnya. Maklum praktik dokter kandungan perempuan di Tuban sangat jarang, wajar bila peminatnya sangat banyak dan datang dari berbagai pelosok pedesaan.

Menariknya, baru kali ini saya melihat begitu banyak perempuan dengan perut membesar berkumpul dalam sebuah tempat, at the same time and same moment. Ada yang mungkin baru 4 bulan, ada pula yang sudah sangat besar, mungkin usia 7-8 bulan.

Sebagai laki-laki yang tidak pernah ke klinik dokter kandungan, saya takjub menyaksikan pemandangan seperti ini. Terlintas di pikiran, betapa dahsyatnya efek yang diakibatkan oleh proses ovulasi yang dilakukan sepasang lawan jenis.

Bagi pria urusan mungkin selesai seketika itu juga di atas ranjang (bila dilakukan di atas ranjang), namun tidak bagi perempuan. Ini baru permulaan. Dialah yang akan mengandung selama kurang lebih 9 bulan dan kemudian baru melahirkan.

Singkat cerita, setelah beberapa pasien saling bergantian keluar dan masuk, tibalah kami pasangan muda, yang lebih pas terlihat sebagai anak kuliah ketimbang pasagan suami istri, masuk ke ruang periksa.

Seorang dokter perempuan dan suster menyambut kami berdua. Tidak ada ekspresi yang spesial, setidaknya sedikit senyuman. Maklum di kota kecil seperti Tuban pelayanan terhadap konsumen belum sebaik Surabaya.

Setelah ditanya apakah ada keluhan atau tidak, istri saya pun mulai dipersilahkan untuk berbaring di tempat yang telah disediakan. Bu dokter mulai menyiapkan alat USG, persis seperti seorang engineer melakukan ultrasonic test untuk melihat defect pada sebuah logam.
  
Setelah suster mengolesi perut istri dengan semacam gel, barulah Bu Dokter dengan dinginnya mulai menggerak-gerakan probe diatas perut istri saya. Tak lama kemudian tampaklah sebuah titik hitam kecil.

Sumber : tyzhainandia.blogspot.com

Ya! Itulah yang kami tunggu selama 6 bulan pernikahan. Dialah satu-satunya sel kelamin jantan yang berhasil menembus ovum dan bertransformasi menjadi zygot. Dialah  Sang Juara yang berhasil menyisihkan berjuta-juta sel lainnya dalam sebuah pertarungan hidup atau mati.

Inilah Sang Juara yang survive berenang menempuh jarak dan medan yang sangat berat. Bahkan, bila kelak dia hidup sehat dan dewasa, mungkin inilah pertarungan paling mengerikan yang pernah dia jalani.

Semoga dengan bekal pengalaman menyisihkan jutaan kompetitor, dia bisa tumbuh menjadi pemimpin ummat yang bermental juara. Pemimpin yang tumbuh bukan karena pencitraan, tapi karena memang terlahir dan berkembang untuk menjadi seorang pemimpin.

**

Malam itu kami berdua hanya saling memandang, cengar-cengir, dan (lagi-lagi) speechless.

Sementara itu, saya berbisik dalam hati, Great job buddy!





Keep Learning, Keep Growing!!

Selasa, 11 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #8 : Biii...POSITIF!!!

Sepertinya, saya memang termasuk salah seorang korban dari tayangan “sinetron”. Sinetron memberikan beberapa pemahaman yang menyesatkan kepada saya.

Saya mengira bahwa seorang perempuan yang hamil akan muntah-muntah di pagi hari setelah “jungkir-balik berakrobatik mengerahkan seluruh tenaga” bersama suami pada malam harinya, persis seperti apa yang pernah saya saksikan di sinetron “Pernikahan Dini”. Hehe. Hal ini yang membuat saya selalu harap-harap cemas di pagi hari. Apalagi Jumat pagi. Berharap istri saya mual-mual dan muntah-muntah

Pada kenyataannya, rentang waktu antara berhubungan badan dengan gejala muntah-muntah tidaklah secepat yang saya bayangkan. Setiap perempuan akan mengalami rentang waktu yang berbeda-beda.

Selain itu, gejala seorang perempuan hamil tidak selalu disertai dengan muntah-muntah. Seperti yang dialami oleh istri saya. Gejala-gejala kehamilan tanpa kami sadari sudah mulai tampak di akhir bulan Ramadhan tahun lalu.

Diawali pembengkakan gusi sebelum mudik, hingga pegal-pegal di seluruh badan saat Hari Raya Idul Fitri. Kami mengira setelah melakukan perjalanan mudik sejauh ratusan kilometer dari Tuban-Surabaya hingga Cilacap, sewajarnya badan akan kelelahan. Itu sebabnya kami sedikit menghiraukan gejala tersebut.

Sekembalinya kami di Surabaya, istri saya masih saja mengeluhkan gejala yang sama. Sekujur badan serasa lemas-pegal. Sampai di sini kami masih berpikir bahwa ini akibat setelah melakukan perjalanan jauh. Kami baru mulai gelisah ketika istri saya sadar bahwa sudah beberapa minggu dia telat datang bulan. Ini saatnya kami mencoba lagi peruntungan test pack.

Ya, sayangnya ini bukan pertama kalinya istri saya telat datang bulan. Itu sebabnya kami tidak terlalu berharap banyak. Istri saya memang sering telat datang bulan. Hampir setiap telat datang bulan saya selalu membeli test pack. Selama itu pula hasilnya selalu negative. Itu sebabnya, saya tidak terlalu berharap banyak pada hasil test pack. 

Karena di Surabaya saat itu masih ramai sanak saudara dan orang tua, kami menunda pengecekan test pack sampai kami kembali di Tuban.

Sampai suatu pagi, saat saya sudah mulai kerja. Sebuah panggilan masuk ke HP saya. Saya yang masih berkutat di depan laptop mencoba mengalihkan perhatian ke HP. Saya terima panggilan tersebut, sejurus kemudian terdengar suara perempuan berteriak lantang di sana.

“BII…POSITIFF!”





Setelah memastikan bahwa itu benar-benar suara istri sah saya, langsung saja saya merasakan surprise, haru, dan senang. Semua bercampur menjadi satu. Saya speechless. Rasanya bumi berhenti berotasi selama 10 detik, persis seperti pertama kali bertemu istri saya. Perfect


bersambung


Keep Learning, Keep Growing!!

Senin, 10 Februari 2014

My Younger Brother's Dream : "Aero Space Shuttle"






Those sketches show us how 12-years old kid has much imagination than us. 
Hopefully all of Indonesian kid are able to find their way in making their huge dreams become true.

Good luck Essa Zulfikar Salas!!



Keep Learning, Keep Growing!!

Jumat, 07 Februari 2014

Cerita Pasca Menikah #7 : Pertanyaan basa-basi yang menohok

Seperti halnya kebanyakan pasangan muda,  kehadiran seorang anak adalah salah hal yang kami tunggu-tunggu. Bahkan “memiliki anak” adalah salah satu resolusi yang kami canangkan di tahun 2013.

Bagi kami, menikmati masa muda akan lebih seru dan menantang ketika ada buah hati. Karena kehadiran anak akan membuat kita berpikir berulang kali tiap kali akan bertindak. Oleh karena itu, secara otomatis kita akan tehindar dari aktivitas yang kurang bermanfaat.

Kami bukannya tidak menyadari konsekuensi memiliki anak kecil di usia muda. Di tahun-tahun awal, tidak akan mudah bagi kami untuk  travelling sesuka hati. Namun bila saatnya nanti sang anak sudah cukup besar dan aman, tentu travelling akan menjadi lebih mengesankan. Bepergian dan bertualang bertiga akan semakin seru.   

Kami tetap tidak berniat menunda momongan. Bagi kami, semakin cepat memiliki momongan, mengakselerasi kami untuk tumbuh lebih “dewasa” dan “matang” lebih cepat.

Getting faster in having children, getting faster in being stable, both in economic and social, means getting faster in readiness to support our family, our younger brothers & sisters. Not to mention that we’re not too old for having grandchildren.”

Faktanya tidak semudah itu kami dikaruniai seorang anak. Meski tak lama, namun kami tetap harus menunggu 6 bulan lamanya, terhitung dari Desember 2012 hingga Agustus 2013. 

Selama periode itu kami menikmati waktu-waktu berdua. Aktivitas kami banyak dihabiskan untuk bepergian bersama, menelusuri jalur-jalur perjalanan yang belum pernah kami lewati, menyewa beberapa film dan menonton bersama di rumah, “kulakan” kain berdua dan riweuh mengikuti bazzar dari satu mall ke mall lainnya.

Hingga saat “kesepian” mulai menghantui kami berdua, orang-orang diluar sana justru semakin gencar melancarkan pertanyaan yang awalnya biasa namun menohok bagi kami pada akhirnya. Hari demi hari, orang terus berganti, namun pertanyaannya tetap sama, “Mas, istrinya sudah isi belum?”atau “ Gimana, sudah mbathi belum istrinya?”

Pada awalnya, kami santai saja menanggapi pertanyaan seperti itu. Namun lama-kelamaan kami mulai gerah juga. Apakah mereka kira kami tidak “jungkir-balik berakrobatik mengerahkan seluruh tenaga” di sepertiga malam terakhir?

Sebuah pelajaran berharga buat kami, berhati-hatilah bila hendak menanyakan hal-hal yang pribadi, entah itu pekerjaan, pernikahan, kehamilan, atau bahkan kelulusan. Meski terkesan basa-basi, namun bisa jadi hal serius bila yang bersangkutan memang memiliki problem dalam hal mendapatkan pekerjaan, mencari jodoh, memiliki momongan, atau menyelesaikan kuliah.


bersambung..



Keep Learning, Keep Growing!!!

Selasa, 04 Februari 2014

Anomali Waktu (Semakin hari, waktu terasa makin singkat)

Beberapa tahun belakangan ini, terutama semenjak memasuki dunia kerja, waktu terasa lebih cepat. Rasanya baru kemarin mengawali aktivitas di hari Senin, tanpa terasa hari Juma't sudah tiba. Satu minggu serasa seperti satu hari. Satu bulan terasa seperti satu minggu, dan akhirnya satu tahun akan terasa seperti satu bulan.

*
Bila kita mengingat kembali materi fisika yang diajarkan di SMP tentang besaran pokok. Kita akan menemukan bahwa salah satu yang termasuk besaran pokok adalah "waktu". Besaran "waktu" tidak diturunkan dari besaran-besaran lainnya, melainkan berdiri sendiri. Hal ini dikarenakan satuan "waktu", 1 sekon,  memiliki standard yang tetap dalam menentukan besar 1 sekon.

Mulanya, 1 sekon ditetapkan sama dengan 1/86400 rata-rata gerak semu matahari dalam mengelilingi Bumi. Namun, dalam perkembangannnya, metode ini dinilai kurang tepat akibat adanya pergeseran. Hingga akhirnya, pada tahun 1956, ditetapkan bahwa 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan atom cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.

**
Kemudian bila kita melihat contoh sederhana dari hukum relativitas yang dipopulerkan oleh Albert Einstein. Bahwa sebenarnya kecepatan sebuah partikel bisa berbeda tergantung dari mana kita meninjaunya. Seorang penumpang kereta akan mengatakan bahwa orang-orang di luar kereta bergerak sangat cepat, padahal mereka sebenarnya diam. Sebaliknya orang-orang di luar kereta akan mengatakan bahwa penumpang kereta bergerak sangat cepat, padahal penumpang tersebut diam tak bergerak di dalam kereta.


Sumber : http://hdwallpapers4free.com/

***

Bahwa sejatinya waktu yang kita lalui tidaklah berubah. 1 sekon tetaplah 1 sekon sesuai dengan waktu yang dibutuhkan atom cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. 1 menit tetaplah 60 sekon. 1 jam tetaplah 60 menit dan 1 hari tetaplah 24 jam. Semua tetap sesuai dengan ketentuannya, tidak berkurang dan bertambah sedikit pun.

Namun, mengapa waktu tetap saja terasa lebih cepat?

Pada umumnya, kita akan merasakan waktu berjalan lebih cepat bila kita melakukan hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebihan. Bermain game on line, larut dalam rutinitas pekerjaan yang menumpuk atau berlibur ke sebuah tempat wisata.

Satu jam akan terasa sangat cepat, bila kita bermain game on line. Satu hari akan terasa sangat cepat bila hanya untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor. Dan tentu saja satu minggu akan sangat kurang bila hanya untuk sekedar berkeliling dan berlibur di sebuah tempat.

Sebaliknya, untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan akhirat, waktu terasa sangat lambat. Meski normalnya hanya 5 menit yang dibutuhkan untuk membaca 1 halaman Al Quran, namun kita merasa sangat lama untuk membacanya. Begitu pula untuk sholat tarawih berjamaah, sholat jum'at, dan ibadah puasa. Waktu terasa sangat panjang bila dihabiskan untuk beribadah.

Inikah tanda-tanda kiamat yang diriwayatkan oleh Anas RA?

Rasulullah bersabda


"Hari Kiamat tak akan datang kecuali waktu semakin singkat. Penyingkatan ini terjadi sedemikian cara seperti satu tahun yang berlalu seperti sebulan, dan sebulan yang berlalu seperti seminggu, dan seminggu berlalu seperti satu hari dan satu hari yang berlalu seperti satu jam dan satu jam yang berlalu seperti secepat kilat.'' 
(Tirmidhi, Zuhd: 24, 2333).


 Urusan dunia memiliki kecenderungan untuk membuat kita "ketagihan", terus dan terus. Sebaliknya bila berurusan dengan akhirat, kita merasa sangat berat. Oleh karenanya kita tidak boleh lengah, marilah kita manfaatkan waktu yang tersisa dengan cerdas, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ 

(HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)



Dengan demikian, tidak ada lagi alasan untuk menghabiskan waktu dengan aktivitas yang sia-sia.
Mari kelilingi diri dengan lingkungan yang selalu mendukung kita untuk terus berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita sibukkan diri kita dengan aktivitas yang selalu bernilai ibadah. :)



Keep Learning, Keep Growing!!


Referensi.
1. www.ittelkom.ac.id