Selasa, 17 September 2013

Hadiah Ramadhan


Hi pembaca, it's too old no meet (sudah lama tidak ketemu - Vickysisasi) hehe..

Lebih dari 1 bulan saya tidak meng-up date  blog ini. Bila kemudian saya kembali bergairah untuk sejenak duduk di depan laptop dan menulis, salah satunya karena teringat salah satu postingan istri saya, "writing keeps me sane" . Terjemahan bebasnya kira-kira berbunyi seperti ini, "menulis menjaga saya tetap waras".

Entah terinspirasi dari mana istri saya saat menulis kalimat tersebut.Tapi saya merasakan betul betapa hidup ini akan terasa sangat monoton bila kita tidak memiliki karya.

Berkarya memang tidak terbatas pada hal-hal yang berbau seni saja. Bagi istri saya, bisa rutin berbagi cerita dan ide melalui tulisan sudah bisa disebut berkarya. Meski terlihat sederhana, namun dalam aplikasi sehari-harinya, tentu tidak sesederhana itu.

Bagi saya, bukan masalah mencari ide atau kehabisan ide, namun justru menjaga semangat menulis-lah yang terbilang sulit. Apalagi saya hampir tiap hari menghabiskan waktu 12 jam sejak mulai berangkat bekerja hingga pulang lagi di rumah. Hingga tidak mudah bagi saya untuk duduk sejenak menuliskan ide dan berbagi cerita. Karena fisik dan pikiran sudah terkuras untuk pekerjaan.

Di saat sulit inilah peran seorang partner sangat terasa. Saling mensupport dan "memanas-manasi" adalah hal yang rutin dilancarkan oleh istri saya. Meski saya lebih sering "tambeng-bandel/muka badak" hingga sangat susah untuk diberi masukan. Namun istri saya seperti anak kecil yang tak pernah kehabisan akal untuk mencari celah. Selalu berulang kali mencoba dan mengingatkan saya.

For that reason, akhirnya lahirnya saya mencoba duduk tenang di akhir pekan ini. Membuka laptop. Menancapkan modem. Mengayunkan jari-jemari di atas keyboard dan membiarkannya bernari-nari seirama dengan impuls yang dikirim oleh sel-sel otak.

*
Then, sebagai momen awal saya akan bercerita tentang beberapa hal yang berkesan selama satu bulan terakhir.

1.Holcim Tuban Sport Fiesta.

Ini adalah sebuah event perlombaan olah-raga antar departemen di lingkup perusahaan tempat saya bekerja. Ada begitu banyak cabang olah-raga yang diperlombakan, mulai dari tenis meja, bulu tangkis, tenis lapangan, hingga futsal.

Dari sekian cabang, hanya futsal yang saya ikuti. Hehe. Meski tidak terlalu pandai dan lihai, saya cukup antusias.

Berpose sebelum bertanding.

Setelah memenangkan pertandingan di babak final.


Kami sukses tidak terkalahkan di 2 pertandingan awal. Total 5 gol berhasil kami sarangkan ke gawan lawan. Meski kami juga harus kebobolan 5 gol juga. Hehehe.

Barulah di semifinal kami berhasil mengalahkan tim lawan. Melalui pertandingan yang sarat emosi, kami berhasil menyarangkan 3 gol. Sedang tim lawan hanya berhasil membalas 2 gol.

Hingga di pertandingan final, lagi-lagi kami berhasil memupuskan asa tim lawan untuk merengkuh Trophy Tuban Fiesta untuk pertama kalinya. Kami berhasil membuat tim lawan tak berkutik dengan skor 3-2.

GM Holcim Tuban Plant, Sidik Darusulistyo, saat memberikan trophy kepada saya dan Pak Sony Agus Laswanto

Berfoto bersama GM Holcim Tuban Plant dan para juara.

Kemenangan untuk semua :)

Saya banyak belajar dari kompetisi seperti ini. Bahwa keunggulan skill dan fisik tidak akan berarti apa-apa bila tidak disertai dengan kekuatan mental juara yang mumpuni. Bermental juara bukan berarti menganggap kita-lah yang terhebat dan menganggap lawan berada di bawah kita. Namun lebih ke arah memupuk sikap percaya diri yang terkontrol, tetap tenang dan fokus untuk terus berjuang keras hingga menit terakhir, tidak mudah terpancing emosi dan tidak memandang sebelah mata setiap lawan yang dihadapi.

Pada akhirnya, prestasi ini akan menjadi awal catatan manis bagi saya. Insya Allah prestasi selanjutnya akan menyusul.
 

2. Ramadhan Serba Pertama!!

Setelah lebh dari 20 tahun melewati Ramadhan dengan status "bujang", akhirnya tiba saatnya saya merasakan Ramadhan sebagai pasangan suami-istri. Ramadhan kali ini terasa lebih berat (di beberapa sisi), tapi lebih banyak cerianya. Kami sahur dan berbuka bersama, serta aneka ibadah Ramadhan lainnya yang kami lalui bersama.

Meski terasa aneh di awalnya, karena perbedaan kebiasaan selama berpuasa. Kami merasa semakin hari semakin menyatu. Menurut istri saya, saya akan lebih mudah "dikendalikan" bila perut sudah dibuat kenyang. Hehe. Oleh karenanya, hampir setiap pulang kerja, selalu ada camilan pengganjal perut :). Jauh berbeda saat saya masih hidup mengenaskan sebagai seorang bujang.

Hal seru lainnya adalah merencanakan mudik. Ada 2 keluarga besar yang terpisah jarak lebih dari 1000 km (Cilacap-Bontang). Kami berpikir bagaimana caranya bisa melewati Lebaran bersama kedua keluarga tanpa mengorbankan salah satu keluarga dan melewatkan kemuliaan 10 hari terakhir.

Mudik pertama bersama istri dengan kereta api (Argo Wilis).

Syukur Alhamdulillah, keluarga istri saya dari Bontang memutuskan berlebaran di Surabaya, sehingga memudahkan bagi kami berdua untuk menghabiskan waktu di Cilacap sebelum dan sesaat setelah lebaran serta kemudian bersama-sama berlebaran di Surabaya.

3. Hadiah Ramadhan

Datangnya bulan Syawal bukan berarti datangnya kebebasan setelah sebulan penuh menahan diri. Namun sebaliknya, bagaimana caranya jejak-jejak selama Ramadhan tetap berlanjut dan membekas di bulan-bulan berikutnya.

Oleh karenannya, kami mencoba sebisa mungkin saling mengingatkan untuk menjaga amalan-amalan tersebut. Seperti kami menjaga apa yang telah dititipkan oleh Allah di dalam perut istri saya. :)
(Selebihnya saya akan berbagi cerita di postingan berikutnya).




Keep Learning, Keep Growing!!