Kamis, 28 Februari 2013

Sederhana Dalam Hidup, Kaya Dalam Karya!!

Saat saya akan menuliskan tentang seseorang yang inspiratif bagi saya, tiba-tiba saya teringat tag line dari band kesukaan saya 507 (Sheila On 7) di medio 2002-an, "sederhana dalam hidup, kaya dalam karya".
Kemudian saya coba search di Google tentang tag line tersebut, saya justru menemukan tulisan yang pernah saya publish sendiri di tahun 2010.

Siapa yang sangka, 3 tahun setelahnya saya pun bertemu dengan orang yang sepanjang hidupnya, disadari olehnya atau tidak, telah menjalani tag line seperti di atas.

**
Perawakannya tidak terlalu tinggi namun kekar. Pembawaannya selalu ceria dan murah senyum. Kulitnya gelap terbakar matahari, semakin menguatkan citra pria pekerja keras. Di usianya yang baru 14 tahun, dia sudah ditinggal pergi oleh mendiang ayahnya. Semenjak itu, dengan kondisi keluarga yang pas-pasan, membuatnya mau tidak mau bekerja keras membatu ibunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah adiknya.

Tidak heran bila semasa sekolah dia sudah akrab dengan segala bentuk aktivitas yang mendatangkan uang. Sepulangnya menuntut ilmu di sekolah, dia menjadi buruh tani hingga matahari tergelincir di ufuk barat. Uang yang dia peroleh disisihkan untuk dirinya, sedang sebagian besar sisanya diberikan untuk Ibu tercinta.

Sedang untuk menambah penghasilan, dia selalu meluangkan waktu untuk memancing ikan dan mencari belut. Khusus untuk urusan seperti ini, kemahirannya sangat komplit. Mulai dari teknik jaring, pancing, hingga tangan kosong sekalipun. Dia menceritakan betapa masa mudanya benar-benar dihabiskan untuk berjuang demi kelangsungan hidupnya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk bermain yang tidak jelas.
  
Dengan aktivitasnya yang banyak dihabiskan di sawah dan waduk, secara perlahan membuat kekuatan fisiknya berada di atas rata-rata. Oleh karenanya setiap ada event olah raga, entah itu sepak bola maupun bola voli, dia selalu menjadi andalan timnya. Konon semasa sekolah, dia sering menyumbangkan piala untuk sekolah tercinta. Selain itu dia pun menyisihkan sedikit waktunya untuk menuntut ilmu di sebuah perguruan silat yang sangat terkenal di Jawa Timur.

Tidak hanya unggul di olah raga, di tengah aktivitas yang padat untuk mencari tambahan uang, dia sempatkan untuk belajar gitar secara otodidak. Berbekal gitar milik tetangganya, dia terus mencoba sendiri dan berlatih tanpa mengenal lelah. Hingga kemudian dia bisa membentuk grup musik kecil-kecilan bersama teman-temannya.

Sayangnya, keterbatasan biaya membuatnya tidak meneruskan pendidikan ke jenjang SMA/MAN. Seusai lulus MTS (setingkat SMP) dia pergi merantau ke Kalimantan selama 9 bulan. Di sana dia menyambung hidup dengan berjualan bakso. Merasa tidak betah, dia pun pulang kembali ke Jawa. Selang berapa bulan dia kembali berlayar ke Kalimantan. Sayangnya, 6 bulan kemudian dia kembali ke Jawa.

Selepas dari Kalimantan, dia pun merantau ke daerah Cibinong, Bogor. Dia membantu usaha kecil pengecoran logam milik kakaknya. Meski belum berpenghasilan tetap, dia menyatakan lebih senang dengan pekerjaan ini. Dari kakaknya dia belajar bagaimana mengecor logam. Bila sedang mengantar pesanan pelanggan, dia bisa berkeliling Jawa Barat hingga Jawa Timur.

Belakangan dia mencoba peruntungan lain. Atas informasi dan bantuan dari rekan kakaknya, dia bekerja sebagai helper di sebuah pabrik semen di Bogor. Selama 3 tahun pertama penghasilannya hanya berkutat di kisaran 25.000 IDR hingga 30.000 IDR per hari. Baru di tahun ke 4 penghasilannya naik menjadi 85.000 IDR per hari.

Bekerja di pabrik semen membuatnya akrab dengan debu dan kotoran. Namun ini pula yang membuatnya click dengan pekerjaannya. Bisa jadi karena dia teringat dengan masa mudanya saat bermandikan lumpur di sawah. Kerja kerasnya pun membuat dia kini menjadi orang kepercayaan untuk menangani bag filter (masih termasuk dust collector). Rasa ingin tahunya yang besar yang ditunjang dengan semangat kerja yang spartan, telah membuatnya banyak mengetahui seluk beluk tentang bag filter.

***
Hal pertama yang membuat saya terkesan adalah pembawaannya yang tidak pernah mengeluh. Meski harus merelakan waktu bermainnya untuk bekerja di sawah, dia tetap semangat menjalani hidup dan terus membantu Ibu. Bahkan ketika dia harus dibayar dengan upah 25000 IDR per hari, dia masih bisa menikmati tiap liku kehidupan yang dilewatinya. Dia tetap bersemangat bekerja sembari menyerap ilmu yang dia temui di pabrik.

Tumbuh dengan kondisi lingkungan yang serba kekurangan sama sekali tidak mengurangi kepercayaan dirinya. Unggul dan berprestasi di bidang olah raga dan seni merupakan buktinya. Bahkan saat dia hanya berstatus lulusan MTs, dia tidak canggung untuk berbagi ilmu dan berpengalaman dengan orang yang berpendidikan lebih tinggi.

Sejujurnya, dengan kondisi ekonomi keluarga yang lebih baik dan kesempatan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, membuat saya malu bila melihat etos kerjanya yang penuh semangat. Belum lagi bila merasakan kematangan dan kedewasaannya dalam berpikir serta bertindak. Kali ini saya harus akui pola berpikirnya jauh menembus batas pendidikannya.

Darinya, saya sadar banyak dari kita (bahkan saya sendiri) masih sering menghabiskan waktu untuk aktivitas yang kurang bermanfaat. Bahkan terkadang belum apa-apa sudah berpikir uang dan pertimbangan materi lainnya. Hingga urusan untuk menuntut dan berbagi ilmu pun menjadi tersingkir.

Tidak pernah saya menyangka di balik kesederhanaannya dan sikap sahajanya, tersimpan nilai-nilai kerja keras dan semangat juang yang tinggi. Ya sikap yang sederhana dan sikap apa adanya bukan berarti kita tidak punya apa-apa. Justru sebaliknya, impian yang dibungkus dengan kesederhaan, diusahakan dan dijalani dengan sikap apa adanya membuat kita semakin bersyukur. Rasa syukur yang tulus akan terus melapangkan usaha kita untuk semakin mendekat dengan impian tersebut.


Demikianlah cerita saya tentang Mas Beny. Karenanya tidak berlebihan rasanya bila saya menyebutnya "sederhana dalam hidup, kaya dalam karya".


Keep Learning, Keep Growing!!!

Rabu, 27 Februari 2013

Quote of the Week


Orang pintar adalah orang yang bisa menjawab setiap persoalan
Orang cerdas adalah orang yang bisa memberikan solusi untuk setiap persoalan
Sumber : postcarrer.vi
Dan orang jenius adalah,
 orang yang bisa membuat orang pintar dan orang cerdas 
mau bekerja untuknya, 
tanpa membuat mereka merasa dipekerjakan

(Essa Abubakar Wahid)



Keep Learning, Keep Growing!!

Rabu, 20 Februari 2013

Quote of the Week

Tidak banyak orang yang mau "dimanfaatkan" oleh orang lain, bahkan cenderung tidak ada.
Karena, oleh sebagian besar orang, kata-kata "dimanfaatkan" seringkali berkonotasi negatif dan memalukan. 

Namun bila kita sedikit rela untuk mengurangi ego dan digunakan untuk hal-hal yang positif, "dimanfaatkan" (oleh orang lain) merupakan salah satu jalan kita untuk bermanfaat bagi orang lain. 
Karena kecerdasan untuk "memanfaatkan" orang lain dan keikhlasan untuk "dimanfaatkan" oleh orang lain merupakan sebuah bentuk siklus dan perpaduan yang pas dalam sebuah hubungan kerja sama yang sehat dan kuat.

(Essa Abubakar Wahid)

Sumber : discoveryourtime.com


Keep Learning, Keep Growing!!


Selasa, 19 Februari 2013

Keep The Learning Spirit Alive

Hari ini saya punya cerita singkat tentang 2 pemuda dengan semangat belajar yang luar biasa hebat. Pertama adalah kisah tentang teman saya semasa GDP (Graduate Development Program) yang sedang meniti karirnya di Narogong, Bogor. Avid dilahirkan sebagai anak tunggal dari keluarga yang pas-pasan telah membuat dia harus bekerja lebih keras di setiap segi  kehidupan yang dilaluinya. Perjuangannya sedari kecil hingga kuliah telah membawanya selalu dekat dengan kesuksesan. Setelah lulus dari ITS dengan predikat cumlaude, dia pun menyelesaikan program GDP sebagai lulusan terbaik. Kini 8 bulan setelah lulus, dia makin mendapatkan kepercayaan dari manajer dan rekan kerja lainnya. Fasilitas dan kemudahan pun mengikutinya, sebuah mobil dan rumah dinas menjadi buktinya.

Kemudian cerita kedua adalah tentang seorang pekerja lepas (out sourcing) yang berhasil menempuh pendidikan tinggi di tengah keterbatasan yang dimilikinya. Sebut saja Gatot. Dibesarkan dalam sebuah keluarga yang kurang harmonis, membuatnya pergi meninggalkan rumah selepas SMP. Di usianya yang masih sangat muda, dia pergi ke ibu kota untuk mengadu nasib. Mulai dari tukang batu hingga supir harian pernah ia jalani. Hingga kemudian dia bekerja pada sebuah perusahaan semen di Narogong, Bogor.

Lingkungan sekitar dan kondisi hidup yang serba pas-pasan telah menempa keduanya menjadi pribadi dengan semangat juang yang sangat tinggi. Berbekal tekad untuk hidup dan masa depan yang lebih cerah, mereka terus memacu diri untuk berbuat yang terbaik. Avid, semasa sekolah selalu belajar dengan gigih, hingga terus mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan tinggi. Sedang Gatot tidak kalah luar biasa, di tengah kesibukannya bekerja untuk menghidupi diri, dia sempatkan untuk mengambil paket C hingga lulus. Dan hebatnya, selepas paket C, dia meneruskan ke bangku kuliah!!

*
Saya sering merenung dan menjadikan kedua pribadi tersebut sebagai perbandingan. Terlebih bila semangat saya sedang menurun. Saya dibesarkan dengan kondisi ekonomi keluarga yang jauh lebih baik. Malu rasanya bila tidak bisa memiliki performa yang lebih baik dari mereka berdua.

Bila saya mengutip slogan yang tertulis di novel Negeri 5 Menara, Man Jadda Wa Jadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh niscaya kesuksesan akan diraih. Serta kutipan dari semboyan almamater saya yang terinspirasi oleh ucapan Hittler, Uber Alles, berada di atas segalanya. Maka tidak ada alasan untuk tidak sukses bagi orang yang terus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam men-deliver segala kemampuan dan potensi dirinya.

Oleh karenanya, sebagai mahluk yang diciptakan oleh Alloh dengan kesempurnaan tingkat tinggi, tiada yang bisa dilakukan selain terus berusaha untuk menjadi dan memberikan yang Terbaik. Sedang untuk menjadi yang terbaik, kita  hanya perlu usaha yang "sedikit" lebih keras dibanding orang lain.

Bila untuk menjadi terbaik sulit untuk diraih, maka jadilah yang Pertama dalam segala hal. Baik dalam hal belajar, berprestasi, ataupun berkontribusi.

Bila kemudian sudah ada orang yang lebih dulu meraihnya, maka jadilah yang Berbeda. Setiap pribadi memiliki keistimewaan yang membedakan antara pribadi satu dengan lainnya.

**
Bagi sebagian besar orang, usia muda identik dengan semangat yang menggebu-gebu. Kini tantangan terbesar bagi kita adalah bagaimana menjaga semangat tersebut. Siapa yang bisa menjamin bahwa semangat ala pemuda itu akan tetap hidup hingga kita memasuki usia senja?

Layaknya energi listrik, untuk memastikan bahwa semangat itu tetap menyala, maka kelilingilah diri kita dengan orang-orang yang memiliki energi dan semangat yang sama atau bahkan lebih tinggi. Pastikan lingkungan kita selalu memacu diri untuk terus belajar, berbenah, dan bekerja.

Berani berkata Tidak untuk aktivitas yang hanya membuang energi, tidak produktif, tidak kontributif, dan menjauhkan kita dari impian yang kita tuju. Karena, sekali lagi, terlalu sayang bila hidup yang sesaat ini dilewatkan tanpa prestasi dan kontribusi.

Avid dan Gatot adalah sedikit dari sekian banyak orang yang terus memelihara semangatnya untuk belajar dan memberikan yang terbaik. Keduanya sangat layak untuk dijadikan sahabat, yang darinya kita bisa saling bertukar ilmu dan semangat. Mari perbanyak teman seperti mereka. Let's keep our learning spirit alive!


Sumber : google.co.id

Keep Learning, Keep Growing