Jumat, 30 Maret 2012

Khitbah? Sure it's my dream!

Sudah bukan rahasia lagi bila di kalangan teman-teman dan keluarga besar,  saya terkenal sebagai anak yang suka berkhayal atau terlalu berpikir jauh ke depan. Meski pada awalnya sebagian khayalan itu hanya berupa senda gurau belaka, namun belakangan kebiasaan ini justru  menuntun alam bawah sadar saya untuk berlari menuju tempat yang hendak saya raih.

Sebuah contoh kecil. Saat saya kira-kira masih duduk di bangku kelas 5 SD, saya sudah berpikir ke mana kelak saya akan kuliah. Berbekal keterbatasan informasi dan inspirasi. Saya memilih ISI (Institut Seni Indonesia Jogjakarta) sebagai tujuan saya. Impian saya bekerja seperti halnya kompas dari Alloh yang mengarahkan saya untuk ke sana kemari. Perlahan saya pun mendapatkan banyak masukkan berharga. Hingga pada akhirnya saya pun mantap memilih Surabaya dan ITS sebagai labuhan selanjutnya.

Inilah nilai yang saya yakini, bahwa apa yang kita impikan hari ini, itulah kita di masa depan. Dan apa apa yang kita raih hari ini adalah hasil dari impian dan kerja keras di masa lalu.

Nilai ini pun saya terapkan dalam banyak hal. Termasuk saat akan memulai komitmen dengan seseorang, sebelum melangkah lebih jauh, saya sudah memperhitungkan dimanakah letak ujung dari langkah yang akan saya ambil. Di kemudian hari, berbekal doa dan upaya, saya pun ditunjukkan banyak kemudahan.   

Pada akhirnya siapakah yang mengira bila seorang gadis yang bertahun-tahun menutup pintu hatinya, seketika luluh membukakan pintu hatinya untuk saya dan sepaka untuk berkomiten bersama saya menyempurnakan agama. Siapa yang mengira bila jarak yang terpaut sangat jauh antara Bontang dan Cilacap bisa menjadi terasa sangat dekat.

Dan Alhamdulillah tepat pada tanggal 24 Maret 2012, saya beserta keluarga saya resmi meng-khitbah Tyzha Inandia. Keluarga kami sepakat untuk meneruskan proses ini menuju ikatan yang sah dan halal.

..Seperti halnya hidup yang diibaratkan dengan senapan mesin. Maka mimpi adalah amunisinya. Mimpilah yang telah membuat hidup ini terasa lebih hidup..
..Berjuang meraih kumpulan bintang bersama-sama tentu akan terasa lebih khidmat dan menyenangkan ketimbang harus mengejar matahari seorang diri..

 Subhanallah.



Keep Learning, Keep Growing!!
*Reff : http://www.tyzhainandia.blogspot.com/

Kamis, 29 Maret 2012

Fatkhur, Direktur Utama Kopma 2012!!

Saya mencoba menulis (dalam bahasa saya sendiri) tentang arti lain dari seorang “pemimpin” yang terinspirasi dari buku Prof. Djokosantoso (Ex. CEO BRI). Beliau kira-kira menyampaikan seperti ini ; seorang pemimpin (tentu saja) harus siap untuk memimpin dan (pada akhirnya pun harus siap) menyerahkan kepemimpinannya kepada penerusnya yang lebih baik.


Saya kembali teringat ke medio tahun 2009 dimana saya bersama teman-teman pengurus Koperasi Mahasiswa dr.Angka ITS (Kopma) memutuskan untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada generasi yang lebih muda.

Seperti halnya sebuah api unggun yang terus menyala. Seiring berjalannya waktu pasti membutuhkan pasokan kayu bakar untuk menjaga agar api tetap menyala. Sama halnya dengan organisasi, dimanapun dan kapanpun pasti akan selalu membutuhkan regenerasi. Semua dilakukan demi efektifitas kerja maupun pencapaian prestasi yang lebih baik.

Tepat 4 hari yang lalu telah terpilih, Fatkhur Rohman, seorang yang dipercaya untuk meneruskan perjuangan saya dan teman-teman. Dialah Direktur Utama setelah saya, Hirzul Umam, dan Kristianto Tanjung.

Kesan yang selalu saya ingat tentang dia adalah pembawaannya yang tenang dan kalem. Saya bangga pernah menjadi bagian dalam sejarah perjalanan karir akademiknya. Selain sebagai senior di Kopma, saya pun sempat menjadi asisten praktikum Metalurgi yang bertugas membimbingnya. Di antara teman-temannya, dialah yang paling rajin dan menonjol dalam segala hal. Baik nilai maupun attitude-nya sama-sama bisa diandalkan.

Berbekal prestasi akademik dan jiwa kepemimpinannya yang mumpuni, saya yakin dia bisa melewati amanah di Kopma dr.Angka ITS dan memimpin rekan-rekannya dengan lancar, tanpa harus mengorbankan prestasi akademik. Secara umum saya hanya mengingatkan 2 tugas besar harus diembannya, yaitu bekerja “sekeras-kerasnya” untuk memberikan kesuksesan Kopma selama kurun waktu 1 tahun ke depan dan bekerja “secerdas-cerdasnya” untuk menyiapkan generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangannya.

Naluri seorang pemimpin tidak terletak pada ambisinya untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan, namun terletak pada ketangkasannya menyiapkan figur-figur hebat yang kelak akan menggantikannya. Sebab kesuksesan seorang pemimpin bukan hanya dilihat dari hasil kerja keras dan keringat semasa dia memimpin, namun juga ditentukan oleh keberhasilan-keberhasilan lain yang berhasil diraih oleh generasi penerusnya.

Oleh karenanya, siapapun yang menjadi Direktur Utama saya secara pribadi siap membantu sekuat tenaga. Kegagalan pemimpin Kopma hari ini, sedikit banyak adalah andil saya dan teman-teman terdahulu, dan kesuksesan Kopma hari ini semata-mata karena hasil kerja keras bersama dan tentu ridlo Alloh SWT.

Selamat Bertugas, Selamat Berkarya!





Keep Learning, Keep Growing

Rabu, 28 Maret 2012

Catatan Awal Dedicated OJT di Cilacap

Hari ini adalah hari kerja ke 8 di Cilacap Plant sejak saya datang awal minggu kemarin. Terhitung mulai tanggal 19 Maret hingga 2 Juni 2012, saya akan melaksanakan tahapan terakhir dalam program GDP, yaitu Dedicated OJT (DOJT). Selama itu pula saya akan ditempatkan dalam sebuah departemen dimana saya akan terlibat dalam aktivitas keseharian sekaligus menyusun sebuah Final Project.


Cilacap bukanlah tempat yang asing bagi saya. Kini, setelah 5 tahun lebih pergi merantau, saya kembali menetap bersama keluarga saya di ke kota ini. Tempat dimana saya melewati masa kecil hingga beranjak remaja. Meski demikian, Holcim Cilacap Plant tetaplah sesuatu yang baru bagi saya. Lingkungan tempat kerja yang hijau karena hutan buatan dan kawanan rusa di dalamnya.

Secara teknis, tidak banyak perbedaan yang signifikan antara Cilacap Plant dan Narogong Plant. Sekalipun terdapat perbedaan, namun masih bisa untuk dipelajari dan dipahami dengan mudah karena baik Cilacap Plant maupun Narogong Plant dibangun oleh pabrikan yang sama.

Ada satu hal yang membuat saya terkagum-kagum, yaitu ikatan kekeluargaan antar karyawan yang sangat erat. Tidak heran mayoritas karyawan pasti fasih berbahasa Jawa dialek Cilacap, meskipun sebagian dari mereka berasal dari luar Cilacap atau bahkan luar Jawa. Itu sebabnya saya tidak banyak menemui kesulitan berarti dalam bergaul dan beradapatasi dengan lingkungan sekitar.

Namun berbagai kemudahan tersebut tidak serta merta membuat saya langsung merasa nyaman disini. Ada beberapa hal yang memang harus saya sesuaikan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kultur kerja yang sangat berbeda dengan tempat kerja sebelumnya dimana kepercayaan terhadap peserta GDP/EVE* sangat tinggi. Bahkan, meski masih berstatus student/trainee, beberapa peserta GDP/EVE pun sempat dipercaya untuk mensupervisi beberapa project selama overhaul. Singkatnya saya masih harus banyak menyesuaikan diri dengan ritme kerja di tempat ini.

Dari sekian banyak hal baru yang saya temui, tantangan terbesar justru terletak di dalam diri saya sendiri, yaitu tantangan terkait “zona nyaman”. Bila tidak hati-hati, saya bisa terjebak di dalam aneka kemudahan yang saya dapatkan baik di rumah maupun lingkungan kerja. Kenyamanan seringkali menggoda kita hingga tidak mau berjuang lebih keras atau yang paling mengerikan bagi saya adalah matinya kreativitas dan turunnya produktivitas diri. Inilah tantangan terbesar yang telah berhasil membuat saya sedikit “stress” selama beberapa hari (hingga kini) awal di Cilacap. (Seretnya produktivitas menulis-pun menjadai indikator betapa bahayanya zona nyaman disini hehe)

Namun bukan berarti saya menolak berbagai fasilitas dan kemudahan yang telah diberikan oleh Alloh. Karena bagaimanapun juga, semua opportunities tersebut harus saya manage betul supaya peluang tersebut memberikan manfaat untuk saya. Atau setidaknya opportunites tersebut tidak berubah menjadi threats/ancaman.

Sekali lagi, tidak semua yang kita anggap baik di awal, selalu baik juga pada akhirnya. Sebagian besar orang mengira saya akan langsung nyaman/tune in dengan DOJT di Cilacap. Namun kenyataannya, saya justru masih berkutat dalam proses adaptasi diri. Saya masih mencari pola hidup produktif yang tidak membuat saya terlena dengan segala kemudahan yang mengelilingi saya.

Pada akhirnya saya berpikir bahwa ke manapun kita “hijrah”, hendaknya dilandasi niat untuk beribadah dan mencari ridlo-Nya. Hijrah bukan sebatas pindah dari satu tempat ke tempat lain, namun juga pindah dari sebuah kondisi/kebiasaan/pola hidup yang kurang baik menuju kondisi yang lebih baik. Karena dalam pengertian yang lebih luas lagi, DOJT yang saya lakukan ini kelak akan diminta pertanggung jawabannya di hari akhir, baik itu terkait apa-apa yang telah saya kerjakan, waktu yang saya habiskan, dan sebagainya.

..Oleh karena itu, dengan segala macam fasilitas dan kemudahan yang sangat menggoda, saya tetap berkomitmen terhadap diri saya sendiri untuk selalu bekerja keras, tetap berkarya, dan terus berkreativitas..





Keep Learning, Keep Growing!!

*GDP : Graduate Develepoment Programp (Sebuah program pembinaan untuk lulusan S1)
  EVE : Enterprise Vocational Education (Sebuah program pembinaan untuk lulusan SMA/STM se-derajat) 

Sabtu, 17 Maret 2012

Gallery of the Week : The Outbond!!!


Hi readers. How’s life?

I haven’t been writing for almost 5 days due to out bond activities which started from Tuesday until Thursday. Then a day later, I had to pack my entire luggage and now I am on the way to Cilacap for having Dedicated OJT that started on 19th of March. Wuu, no wonder if I am not fit enough now because of having such hectic activities.

4 days ago my colleagues and I went to Puncak, Bogor for having self development training which is held by Holcim Academy. We spent 2 days and 2 nights in precious Villa, but please don’t think that we sleep in the warm bed room or some kind like that. We slept in the small tent but it quite warm due to small bed and blanket. It’s just like camping in the wild pine forest but in more comfortable condition.

We learned many things during the training. At the first day, the trainer delivered the material which most of them were talked about self awareness, respect, teamwork building, and mind-heart connection. He also gave us much small practice like “Guiding the Blind”. That game gets us to realize how valuable a loyal partner for us. Even in the end of the day the trainer created the emotional session which made us cry and brave for saying thanks and sorry to someone who had put the special place in our life.*at the moment I said thank you in front of audience for my beloved friends (specially) Ipung, Ferry, Hassan, and Aida. I am planning to write down that story in this blog.

At that day we also got a material related to human characteristic based on its tendency in learning something. There are Visual base who is more convenience in learning by seeing, Auditory base who has strength in learning by listening, and Kine static base who tend to learn by doing. But beyond that, the trainer also gave us the tricks to steal the heart based on theirs characteristic.
 
Then we had some kind of out bond which consisted of small games and war game in the last day. There were 4 games which connected each other. We were divided into 4 groups which competed to collect the point in each game as many as we can. The point would be redeemed for a treasure map. The group with highest score will be able to buy a complete map but it doesn’t mean that they can win the competition easily.
My group actually only got 50.000 less than the highest one, but we found the treasure! And automatically we win the out bond!!Here were some pictures which describe how fun we were.















Keep Learning, Keep Growing

Senin, 12 Maret 2012

Quote of the Week

" The great question of our times is how to reconcile and integrate human effort so people everywhere can work for their common good and not their common disaster. 

The Answer depends most largely upon capabilities of leaders in all positions in all segments of society"

(Allen, 1964,3)




Keep Learning, Keep Growing!!
*It was specially dedicated for everyone who will be the next Leaders at Kopma dr.Angka ITS. Be though!

Jumat, 09 Maret 2012

Yes, it's my Dreams!

Dua minggu ini adalah  Rotational OJT terakhir saya sebelum memasuki Dedicated OJT.  Lagi-lagi saya belajar banyak hal, mulai dari work permit, hazard report, OHS pyramid, Fatality Prevention Element, Job Safety Analysis, hingga patrol bersama fire brigade. Tanpa diduga, selama 2 minggu ini saya mendapatkan kesempatan emas untuk mewujudkan 2 impian yang pernah saya tulis sebelumnya, yaitu tentang ketertarikan saya terhadap dunia militer dan mengendarai alat berat entah bis atau truck.

Saya berkesempatan untuk memegang senjata api atas seijin petugas yang berwenang. Senjata yang saya pegang ini berjenis SS-1  V5 dan tentu saja dalam kondisi kosong tanpa peluru. Sebelumnya saya pernah melihat senjata serupa, bahkan  saya pun pernah kerja praktik di perusahaan pembuat senjata tersebut.



 

Berikutnya, saya sempat merasakan betapa menakjubkannya mengendarai sebuah truk pemadam kebakaran. Jangan dibayangkan saya berkeliling pabrik dengan mengendarai kendaraan ini. Saya tidak memiliki izin untuk itu. Saya hanya mengendarai truk ini masuk ke dalam tempat parkir, tentu saja dengan pengawasan yang ketat dari karyawan yang berwenang. Bagi saya, ini lebih dari cukup untuk mewujudkan impian saya sedari kecil.



 



Saya jadi teringat dua hal, pertama adalah hadist mengenai anjuran dari Rasul bagi seorang laki-laki untuk menguasai 3 keterampilan hidup, yaitu berkuda, memanah, dan berenang. Saya bersyukur bahwa ternyata anjuran tersebut in line dengan impian saya.

Kuda merupakan salah satu kendaraan tercanggih pada masa Rasululloh. Bila dikaitkan dengan kondisi terkini, kita sebagai laki-laki muslim harus bisa mengendarai paling tidak mobil, bila perlu alat berat atau bahkan pesawat terbang. Bukan tidak mungkin menerbangkan pesawat akan menjadi mimpi saya berikutnya.

Memanah pun merupakan cara menyerang musuh yang paling canggih. Sedang  saat ini, memanah bisa digantikan dengan menembak. Terkait tembak menembak, saya sepertinya harus banyak belajar banyak dengan Ayah, selain hobi berburu dan menembak beliau pun terdaftar sebagai anggota Perbakin.

Kedua, saya kembali membuktikan bahwa tidak ada salahnya untuk terus bermimpi dan menuliskan impian. Semakin banyak orang yang membaca dan mendoakan impian kita,  maka peluang terkabulnya impian tersebut pun semakin besar. Dan semakin banyak impian yang terwujud,  kita akan semakin ketagihan dan percaya diri untuk bermimpi yang lebih tinggi lagi. Karena bermimpi sekali lagi bukanlah dosa besar yang memalukan.hehe.


Keep Learning, Keep Growing!!

Selasa, 06 Maret 2012

Ini Desain Tidak Sekedar "Ndesain" Bung!





Beberapa hari terakhir ini saya banyak memperoleh pelajaran yang berharga. Diawali dari kisah junior saya (bukan mahasiswa desain) yang sedang merintis bisnis desainnya. Saya cukup memahami pasar/market yang dituju olehnya.  Namun karena harga yang dipatok sangat murah, sehingga bagi sebagian orang (terutama sesama desainer) hal ini mengesankan pekerjaan desain adalah sesuatu yang kurang berkelas. Akhirnya sang junior tersebut pun sempat menjadi perbincangan yang cukup hangat (dan panas) di antara mahasiswa desain di kampus saya.

Tidak lama kemudian muncul masalah pembajakan logo ITS oleh sebuah perusahaan asal Rusia. Setelah dikonfirmasi oleh pihak ITS, perusahaan Rusia tersebut pun terkejut. Karena selama ini merasa bahwa logo yang dibeli dari sebuah perusahaan desain tersebut belum pernah ada yang memiliki. Terlebih saat gagal menghubungi kembali perusahaan si pembuat desain, perusahaan Rusia pun semakin yakin ada yang tidak beres dengan desain logo yang telah dibelinya. Hingga mereka pun meminta waktu 1 – 2 minggu kepada ITS untuk mengganti existing logo mereka.  

Saya jadi teringat kuliah Prof. Abdullah Shahab yang membahas tentang pentingnya filsafat ilmu. Setiap ilmu pengetahuan pun memiliki filosofinya masing-masing. Ada cabang ilmu pengetahuan yang berkarakter "proses", "logika", "kreasi", "inovasi", dan lain sebagainya. Namun tidak semua orang (mulai dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi) mampu meresapi filosofi dari ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Karena untuk meraihnya, tidak hanya butuh kecerdasan semata, namun juga passion yang benar-benar tinggi.

Di era teknologi informasi yang semakin pesat, kita sangat dimudahkan dalam mempelajari sesuatu hal. Keberadaan situs mesin pencari, situs ensiklopedia, hingga situs yang bersifat komunitas, telah membuat kita mudah untuk mengakses segala macam bentuk informasi. Bila kita ingin belajar tentang korosi, kita tinggal ketik “korosi”, maka dalam hitungan detik situs mencari pencari akan menampilkan ribuan bahkan jutaan situs yang mengandung informasi tentang korosi.

Namun sekali lagi kemajuan teknologi ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi memberikan manfaat, di sisi lain teknologi juga tak lepas dari weakness. Kemudahan mendapatkan informasi tidak lantas membuat serta merta kita menguasai filosofi sebuah ilmu pengetahuan. Orang bisa saja mempelajari dan mengetahui jenis-jenis korosi. Kita pun bisa dengan mudah menemukan teknologi untuk melindungi sebuah alat dari korosi, tapi tidak semua orang paham bahwa korosi bukan untuk “dicegah/dihilangkan”, namun “dikendalikan”. Jadi concern-nya adalah mengendalikan korosi melalui proses pengendalian reaksi antara logam dengan lingkungan sehingga memudahkan manusia dalam melakukan preventive/predictive maintenance.

Hal yang  sama pun terjadi pada desain. Desain bukan hanya sesederhana kita bisa mengoperasikan software desain visual atau tidak. Bukan pula sekedar bisa menggambar atau melukis. Namun lebih dari itu, sebuah desain yang terlihat sederhana, justru lahir melalui serangkaian proses berpikir, analisa, dan sintesa yang tidak mudah. Bahkan di setiap bentuk, warna, dan corak pada logo, mengandung nilai filosofis yang bisa jadi sangat dalam. Tidak heran bila harga yang dipatok untuk sebuah logo bisa mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah.

Itu sebabnya, selayaknya-lah kita saling mengingatkan untuk terus saling menghargai kecakapan/keahlian/keterampilan seseorang. Tidak ada profesi atau keahlian yang lebih baik atau lebih buruk, namun yang ada adalah saling mendukung dan melengkapi. Karena bila sudah begitu, tidak ada lagi harga yang dianggap terlalu rendah untuk sebuah hasil karya, tidak akan muncul lagi bajak-membajak, yang ada tinggalah new invention, continous improvement atau new innovation.



Keep Learning, Keep Growing!!


Senin, 05 Maret 2012

Lulusan S1 : Berkarir atau menjadi Ibu Rumah Tangga


Bukhari-Muslim  meriwayatkan dari Abu Hurairah R.A, ia berkata :
"Seseorang pernah datang kepada  Rasulullah, lalu bertanya :
'Wahai Rasulullah. siapakah orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?'
Beliau menjawab : 'Ibumu.'
Orang tersebut bertanya : 'Lalu siapa lagi?' Beliau menjawab : 'Ibumu.'
Orang tersebut bertanya : 'Lalu siapa lagi?' Beliau menjawab : 'Ibumu. 
'Orang tersebut bertanya : 'Lalu siapa lagi?' beliau menjawab : 'Bapakmu."

Sejak kecil hingga kini dewasa, kita diajarkan untuk selalu menghormati orang tua, terlebih Ibu. Ibu merupakan sosok yang sangat spesial, seperti digambarkan dalam sebuah hadits yang menyebutkan bahwa surga di bawah telapak kaki Ibu. Kini setelah tumbuh dewasa, kita tidak hanya cukup belajar bagaimana menghormati dan menyayangi Ibu, lebih dari itu kita mulai dihadapkan pada sebuah tuntutan untuk menghadirkan sosok Ibu seperti apakah yang kelak akan menjadi figur yang dihormati oleh anak-anak kita.

Saya tertarik mengangkat topik ini setelah membaca sebuah status di akun FB milik teman saya. Dia menulis "Apakah buruk bekerja sebagai full ibu rumah tangga untuk seorang wanita yang bergelar ST?". Di era seperti sekarang ini, sulit rasanya menemukan perempuan dengan tittle pendidikan tinggi yang hanya beraktivitas di rumah. Mulai dari alasan ekonomi hingga kesetaraan gender, banyak wanita yang akhirnya bersama kaum pria berkecimpung di dunia kerja.

Sebagai sosok yang harus dihormati, sudah barang tentu seorang Ibu harus tampil sebagai figur yang bisa menjadi contoh dan tauladan bagi anak-anaknya. Seperti yang dikatakan oleh seorang narasumber di Kick Andy, Ust.Hasanan Junaini. Ibu adalah guru terbaik bagi seorang anak. Dilihat dari segi apapun, seorang guru di sekolah takkan pernah bisa menggantikan sosok Ibu. Baik dari segi waktu dan kualitas kasih sayang. Oleh karenanya, seorang perempuan harus dibekali pendidikan yang cukup tinggi. Karena para perempuan mengemban tugas yang sangat mulia, yaitu mendidik anak-anaknya (baca: menyiapkan para calon pemimpin bangsa).

Ada yang perlu diluruskan mengenai cara pandang yang keliru tentang arti penting pendidikan. Kita menuntut ilmu, sekolah tinggi, bukan hanya untuk mendapatkan ijazah, bukan hanya untuk mencari pekerjaan. Orang menuntut ilmu tidak lain tidak bukan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan memperluas pilihan dalam hidupnya. Selain itu, dengan wawasan dan pola pikir yang dimilikinya, seorang Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi secara logika akan mampu mendidik anaknya relatif lebih baik dibanding ibu lainnya.

Kini banyak perempuan dengan tittle pendidikan yang tinggi dihadapkan pada pilihan yang sulit, yaitu mengejar karir atau mengurus anak, meski tidak sedikit pula yang bisa menggabungkan keduanya.  Bagi saya, satu hal yang harus dipegang oleh seorang Ibu yaitu dia harus mampu tampil menjadi sosok yang menginspirasi anak-anaknya kelak. Oleh karenanya, apapun profesinya selama halal dan tidak mengurangi kualitas perhatian dan kasih sayang kepada keluarga dan anak-anaknya, saya pasti akan mendukungnya.

Saya sendiri tidak sepenuhnya sepakat bila seorang wanita dengan latar pendidikan tinggi hanya menghabiskan waktu untuk aktivitas rumah tangga. Saya yakin dengan wawasan, cara pandang, dan ilmu pengetahuan yang mumpuni, seorang perempuan bisa melakukan aktivitas extra mile di rumah, entah itu menulis, beraktivitas sosial atau bahkan mengelola sebuah bisnis. Karena sebagaimana manusia normal, seorang perempuan membutuhkan ruang untuk mengaktualisasikan dirinya. Namun hal ini juga bukan berarti saya mendukung seratus persen seorang perempuan untuk menghabiskan pagi hingga larut malam untuk bekerja. Aktivitas seperti ini tentu saja akan menyita waktu untuk keluarga dan anak.

Saya percaya masih banyak yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan untuk menyeimbangkan antara karir dan keluarga. Bukan tugas yang ringan memang, namun bukan pula hal yang sulit selama ada kerja sama dan pengertian yang baik di antara suami dan istri.

.. I would like to ensure that either my wife or I really deserve to be inspirative figures for our sons/daughters. (Whether they’ll be inspired to be Mech.Engineer or Visual Designer, Job Seeker or Job Creator, Public Speaker or Writer, Corrosion Engineer or Illustrator, and even Managing Director or Managing Editor).

Keep Learning, Keep Growing!!

Minggu, 04 Maret 2012

Selamat datang Maret!

Semasa masih aktif di Kopma, setiap awal bulan saya dan teman-teman pengurus terbiasa menuliskan apa-apa yang akan dilakukan di bulan itu. Tentu saja termasuk review apa-apa yang telah dilakukan di bulan sebelumnya.

Kini, saya merasa perlu utnuk menghidupkan lagi kebiasaan itu. Tidak lain tidak bukan, semata untuk kebaikan saya sendiri. Karena waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali lagi. Saya ingin memastikan bahwa waktu yang saya lewati benar-benar bermanfaat untuk saya pribadi dan orang-orang di sekitar saya.

Seperti apa yang telah saya tulis di sini (awal bulan Februari) lalu. Saya akan paparkan beberapa hal yang telah saya raih di bulan lalu

1.  Bulan ini (Maret) saya memiliki agenda besar dengan partner saya. Persiapan yang kami lakukan telah memasuki tahap akhir. Lebih lengkapnya akan saya muat di akhir bulan.Hehe.

2. Resolusi 2012 telah sukses saya selesaikan berikut detail aktivitas, tolok ukur keberhasilan, dan target yang harus saya penuhi di tiap bulannya. Saya tinggal melengkapinya dengan form evaluasi dan menjalaninya.Berikut ini saya sederhanakan dalam bentuk mind map. Bismillah semoga Alloh selalu memberikan kemudahan.




3. Di dalam resolusi 2012, saya cantumkan pula target membaca buku. Bulan Februari ini , saya hanya bisa menghabiskan sebuah buku dari 3 buah buku yang saya targetkan. Kesibukan selama overhaul berikut penyusunan report, sedikit banyak menyita waktu membaca saya.

4. Bulan lalu, saya diijinkan untuk meninggalkan rotational OJT. selama overhaul berlangsung. Ini artinya saya tidak bisa membantu saat presentasi bulanan kelompok ROJT untuk bulan Februari. Be ready for March monthly Presentation!!

5. Yess,,meski bulan Februari saya belum berhasil menggenapkan hafalan 30 ayat surat Al Mulk, setidaknya saya bisa mengejar ketertinggalan dengan teman-teman sesama liqo'an. Kami berhasil menyelesaikan separuh dari surat Al Mulk.

Kemudian untuk bulan ini, ada 5 hal pula yang menjadi concern saya.

1. Seperti yang telah saya utarakan di atas, bulan ini saya dan partner saya akan memiliki sebuah agenda besar. It's some kind of a small step toward big step ahead.

2. Pindah ke Cilacap!!Mulai per tanggal 19 Maret saya akan memulai Dedicated OJT hingga kira-kira 3 bulanke depan. Saya akan sangat banyak membutuhkan energi baik untuk proses kepindahan, maupun adaptasi di lingkungan kerja yang baru.

3. Bulan maret ini, saya harus meng-khatam-kan minimal 2 buku, satu buku karya Dr. Djokosantoso Moeljono, "Taking Lead", dan buku Quraish Shihab! Fixed price! Syukur-syukur bisa lebih dari ini.

4. Saya termasuk orang yang tidak mudah berubah pola tidurnya. Namun sekali berubah, maka akan sulit kembali ke kebiasaan semula. Semenjak overhaul, pola tidur saya berubah. Akibatnya pola bangun tidur saya pun terganggu, saya makin jarang berjamaah sholat Shubuh. Bulan ini, tidak muluk-muluk, saya hanya ingin makin rutin sholat Shubuh berjamaah di masjid. :)

5. Masih berkutat di masalah hafalan. Bulan ini Al Mulk harus khatam!

Itulah 5 target utama saya di bulan ini. Semoga Alloh selalu memudahkan jalan kita untuk mengisi sisa umur kita dengan aktivitas yang bermanfaat.


Keep Learning, Keep Growing!